Senyawa Sulfur Pencemar Udara

menjadi partikel anorganik dan fly ash sisa debu dari sistem cerobong industri yang menggunakan bahan bakar fosil. Partikel yang lebih halus, PM 10 dan khususnya PM 2,5 yang ultra-halus, adalah yang paling berbahaya. Pada udara ambien, partikel biasanya ada dengan sejumlah zat pencemar lain. Nakaguchi et.al. 2005 melakukan penelitian distribusi partikulat di atmosfer selama 9 bulan di Osaka Jepang. Partikulat yang diteliti PM-1 10 μm, PM-2 10 – 2,5 μm dan PM-3 2,5 μm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio total PM selama 9 bulan adalah 0,880 ± 0,011 untuk 207206 Pb 2,137 ± 0,033 untuk 208206 Pb dan 0,413 ± 0,007 untuk 207208 Pb. Terdapat hubungan yang signifikan antara rasio PM-1 dengan 207206 Pb dan 208206 Pb dalam PM-1 dan PM-2. Berdasarkan hasil pengukuran Badan pengendalian dampak lingkungan Bapedal Indonesia 2000 konsentrasi TSP mulai Tahun 1996 sampai Tahun 1998 di sebagian besar kota-kota Indonesia meningkat dengan cepat. Konsentrasi TSP tertinggi terjadi di kota Ujung Pandang Tahun 1997. Sementara itu hasil pengukuran Bapedalda Jakarta 2002 menunjukkan bahwa PM 10 selama Tahun 2001 terjadi sangat tinggi pada bulan Juni – September. Berkaitan dengan sebaran partikulat dari kawasan industri, Bapedalda Banten 2002 menganalisis jarak sebaran partikulat dari sumber Cilegon yang jatuh pada permukaan tanah adalah 16230 meter dengan konsentrasi sebesar 34,95 μgm 3 . Jarak sebaran partikulat dari sumber Serang adalah 5008 meter dengan konsentrasi sebesar 6,9 μgm 3 . Jarak sebaran tersebut terjadi pada stabilitas atmosfer E agak stabil. Sementara itu hasil pemantauan udara ambien pada 24 titik sampel yang dilakukan DLHPE Kota Cilegon 2005 dengan baku mutu 230 μgm 3 , menunjukkan bahwa debu yang melebihi baku mutu terjadi pada 9 titik sampel, tertinggi terjadi di lokasi kantor Bea Cukai dengan konsentrasi sebesar 514 μgm 3 . Selengkapnya ditampilkan pada Gambar 2.

2.2.2 Senyawa Sulfur

Menurut Seinfeld 1986, sumber senyawa sulfur di atmosfer adalah penghancuran secara biologi, pembakaran bahan bakar fosil dan bahan bakar organik, percikan air laut serta industri peleburan logam. Sulfur terutama terlepas dalam bentuk SO 2 , selanjutnya teroksidasi menjadi SO 3 , kedua senyawa tersebut dikenal sebagai oksida sulfur SOx. SO 2 bersifat larut dalam air dan dapat mengiritasi mata, kulit, selaput lendir dan sistem pernafasan serta pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian. Jika membentuk kabut haze dari reaksi fotokimia aerosol, SO 2 , oksida nitrogen dan hidrokarbon di atmosfer. Senyawa sulfur dapat menurunkan jarak pandang, jika bereaksi dengan air hujan akan meningkatkan keasaman air hujan yang dapat menyebabkan asidifikasi sumber air serta penurunan unsur hara tanah, juga menyebabkan korosi logam dan bahan bangunan lain. Emisi sulfur dioksida terutama timbul dari pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung sulfur terutama batubara yang digunakan untuk pembangkit tenaga listrik atau pemanasan rumah tangga. 100 200 300 400 500 600 Lokasi Pengukuran K o n sen tr asi u g m Konsentrasi ugm3 Baku Mutu ugm3 a Rata-rata Konsentrasi b Konsentrasi PM 10 c Konsentrasi debu di Kota TSP Tahunan di Indonesia di Jakarta, 2001 Cilegon, 2005 Gambar 2. Konsentrasi TSP, PM 10 dan debu Sulfur dioksida SO 2 adalah gas yang tidak berwarna, memedihkan mata irritating, mudah larut dalam air dan reaktif. Gas yang berbau tajam tapi tak bewarna ini dapat menimbulkan serangan asma, gas ini menetap di udara, bereaksi dan membentuk partikel-partikel halus dan zat asam. Gas ini dibentuk pada saat bahan bakar minyak dan batubara yang mengandung sulfur dibakar, terutama dari kegiatan industri. SO 2 dapat mematikan dan menghambat pertumbuhan pepohonan, hasil produksi pertanian dapat merosot, hutan-hutan menjadi kurang produktif sehingga akan mengurangi peranan hutan sebagai tempat rekreasi dan keindahan. Pada manusia dapat menimbulkan efek iritasi pada saluran nafas sehingga menimbulkan gejala batuk dan sesak nafas. SO 2 dihasilkan oleh kendaraan bermotor dan industri, dan dapat menyebabkan hujan asam. Penyumbang pencemar SO 2 terbesar adalah industri 76 diikuti dengan transportasi 15. Perkiraan besarnya emisi SO 2 yang berasal dari kendaraan bermotor menurut Bapedal 2001 pada Tahun 1999, 2000 dan 2001 secara berurutan adalah 46.562,7 tontahun; 48.482 tontahun; 53.401,9 tontahun. Tasic et.al. 2007 mengimplementasikan sistem monitoring kualitas udara, untuk mengestimasi konsentrasi SO 2 dengan menggunakan TScreen. Hasil model untuk waktu rata-rata 1 jam pada 8 titik sampel menunjukkan adanya hubungan antara tingkat emisi dengan konsentrasi SO 2 . Berkaitan dengan sebaran SO 2 di Kota Cilegon, DLHPE Tahun 2005 melakukan pemantauan udara ambien pada 24 titik sampel. Hasil pemantauan dengan baku mutu 365 μgm 3 , menunjukkan bahwa SO 2 tertinggi terjadi di lokasi depan PENI Desa Gerem Kecamatan Grogol dengan konsentrasi sebesar 15,12 μgm 3 . Selengkapnya disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Konsentrasi SO2 di 24 titik sampel 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 SO2 Lokasi pemnantauan K o n se n tr asi Kelapa Tujuh Kant or Bea Cukai ASDP M erak Pasar M erak Depan PENI Cikuasa Baru Cikuasa Lama Kruwuk Sumur Wuluh Jalan Tol Pabuaran Lor Komp, Arga Baja Pura Polres Palem Hills Perum KS Telkom Warnasari Semangraya Nirmala Optik Pelindo Ramayana PCI Randakari KBSSebrang rel Pengabuan Cilodan

2.3 Sumber Pencemar Udara