b. Emisi dari pertanian dan hutan: erosi tanah oleh angin, slash burning dari
kebakaran hutan, komponen pupuk dan pestisida yang terbawa erosi angin, dekomposisi limbah pertanian dan peternakan;
c. Emisi yang terjadi secara alami dalam skala global: tiupan debu dari daerah
kering dan gurun, kebakaran hutan, semak dan rumput, letusan gunung berapi, emisi hidrokarbon dari hutan dan aktivitas budidaya hutan, percikan air laut,
serta evaporasi dari tubuh air.
2.4 Pencemaran Udara
Pencemaran udara dapat diartikan sebagai adanya satu atau lebih pencemar yang masuk ke dalam udara atmosfer yang terbuka, yang dapat berbentuk sebagai
debu, uap, gas, kabut, bau, asap, atau embun yang dicirikan bentuk jumlahnya, sifatnya dan lamanya. Pencemaran udara dibataskan sebagai menurunnya kualitas
udara sehingga akibatnya akan mempengaruhi kesehatan manusia yang menghirupnya. Salah satu faktor penyebab meningkatnya pencemaran udara
adalah semakin meningkatnya populasi penduduk di suatu tempat, terutama di Kota-kota Besar. Kegiatan transportasi, industri dan aktivitas penduduk menjadi
sumber pencemaran udara. Miller 1979 membagi bahan pencemar udara menjadi: karbon oksida CO, CO
2
, sulfur oksida SO
2
, SO
3
, nitrogen oksida N
2
O, NO, NO
2
, hidrokarbon CH
4
, C
4
H
10
, C
6
H
6
, fotokimia oksidan O
3
, PAN dan aldehida, partikel asap, debu, jelaga, asbestos, logam, minyak dan garam,
senyawa inorganik asbestos, HF, H
2
S, NH
3
, H
2
SO
4
, H
2
NO
3
, senyawa inorganik lain pestisida, herbisida, alkohol, asam-asam dan zat kimia lainnya, zat
radioaktif, panas, dan kebisingan. Pengaruh yang sangat penting adanya pencemaran udara pada manusia adalah dalam aspek: kesehatan, kenyamanan,
keselamatan, estetika dan perekonomian. Pencemaran udara dapat digolongkan ke dalam tiga kategori; pergesekan
permukaan, penguapan, dan pembakaran. Pergesekan permukaan adalah penyebab utama pencemaran partikel padat di udara dan ukurannya dapat bemacam-macam,
misalnya: penggergajian, dan pengeboran. Kemudian penguapan merupakan perubahan fase cair menjadi gas. Polusi udara banyak disebabkan zat-zat yang
mudah menguap, seperti pelarut cat dan perekat. Sementara itu pembakaran
merupakan reaksi kimia yang berjalan cepat dan membebaskan energi cahaya atau panas. Bahan bakar yang umum digunakan ialah kayu, batubara, kokas, minyak,
semuanya mengandung karbon, sehingga dalam proses pembakaran dihasilkan senyawa karbon dioksida dan air, disamping arang dan jelaga.
Kriteria dampak pencemaran udara, mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 dan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan No. KEP-056Tahun 1994 sebagai berikut: 1 jumlah manusia yang terkena dampak, 2 luas wilayah persebaran dampak, 3 lamanya dampak
berlangsung, 4 intensitas dampak, 5 banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak, 6 sifat kumulatif dampak, dan 7 berbalik reversible
atau tidak berbalik irreversible dampak. Pengaruh pencemaran udara terhadap manusia tergantung pada pencemar
yang ada di udara. Pada Tabel 4 dimuat beberapa jenis pencemar udara dan pengaruhnya terhadap manusia. Menurut Adel 1995 dan Hill 1984, CO
merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau, mempunyai afinitas yang tinggi dengan hemoglobin, yaitu sekitar 240 kali lebih kuat dibandingkan afinitas O
2
terhadap hemoglobin. Apabila CO masuk ke dalam paru-paru akan berikatan dengan hemoglobin membentuk karboksi-hemoglobin CO-Hb. Chi-Wen 1999
meneliti penyebaran pencemar udara dari industri kimia dan serat di Taiwan, yang dilakukan sebagai tanggapan atas keberatan atau reaksi terhadap bau yang
ditimbulkan. Pencemar udara yang diemisikan adalah senyawa sulfur SO
2
, H
2
S, CS
2
dan merkaptan dan beberapa senyawa organik volatif benzene, toluena, pxylene aseton dan kloroform. Pengukuran di udara ambien dilakukan di empat
lokasi sekitar industri tersebut. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa di keempat lokasi pengukuran, H
2
S dengan rata-rata hasil pengukuran 7,6 ppb telah melewati ambang batas bau odoran threshold sekitar 0,47 ppb, di satu lokasi CS
2
pada malam hari dapat mencapai 256 ppb melewati ambang batas bau sebesar 210 ppb.
Sementara itu Bokowa dan Liu 2003 mengestimasi kebauan yang diemisikan dari sumber fugitive dengan menggunakan model screen3. Konsentrasi kebauan
hasil model antara 0,6 sampai 1,2 dengan rata-rata 0,9 sedangkan hasil monitoring antara 0,98 sampai 1,1. Hasil model menunjukkan nilai sedikit dibawah hasil
monitoring.
Tabel 4 . Beberapa jenis pencemar udara dan pengaruhnya terhadap manusia Jenis pencemar udara
Pengaruh terhadap manusia Karbon monoksida CO
Sulfur dioksida SO
2
Nitrogen oksida NO
x
Hidrokarbon Oksigen fotokimia O
3
Debu
Amonia NH
3
Hidrogen sulfida H
2
S Logam dan senyawa logam
Menurunkan kemampuan darah membawa oksigen, melemahkan berpikir, penyakit jantung,
pusing, kelelahan, sakit kepala dan kematian
Memperberat penyakit saluran pernafasan, melemahkan pernafasan dan iritasi mata
Memperberat penyakit jantung dan pernafasan, dan iritasi paru-paru
Mempengaruhi sistem pernafasan, beberapa jenis dapat menyebabkan kanker
Memperberat penyakit jantung dan pernafasan, iritasi mata, iritasi kerongkongan dan saluran
pernafasan
Penyakit kanker, memperberat penyakit jantung dan pernafasan, batuk, iritasi kerongkongan dan
dada tak enak
Iritasi saluran pernafasan Mabuk pusing, iritasi mata dan kerongkongan
dan racun pada kadar tinggi Menyebabkan penyakit pernafasan, kanker,
kerusakan syaraf dan kematian Sumber: Hartogensis 1977; Fardiaz 1992; Nukman 1998; Holper dan Noonan
2000 Vinitnantharat dan Khummongkol 2003 melakukan penelitian deposisi
sulfur dan nitrogen yang disebabkan oleh pencemar udara industri dan kendaraan di enam wilayah di Thailand. Penelitian dilakukan baik terhadap deposisi basah
dan deposisi kering. Pengumpulan sampel basah dilakukan dengan menampung air hujan menggunakan penakar hujan rain gauge, sedangkan sampel kering
dikumpulkan menggunakan filter empat tahap. Terhadap sampel basah diukur pH di tempat, dianalisis SO
4 2
dan NO
3
, terhadap sampel kering dilakukan analisis SO
4 2
dan NO
3
. Hasil analisis menunjukkan bahwa pH air hujan berkisar dari 5,5 sampai 6,3 bahkan di satu wilayah dengan pH lebih rendah dari 5,6 yang
merupakan pH batas hujan asam. Hal ini berarti bahwa telah terjadi hujan asam akibat pencemaran sulfur dan nitrogen.
2.5 Penyebaran Pencemar Udara