Aplikasi Model di Kota Cilegon

1 1 o e w P PE WP x S x t x x φ ρ θ θ φ δ δ ⎡ ⎤ Γ Γ Δ + − − − − + Δ ⎢ ⎥ Δ ⎣ ⎦ Bentuk standar dari persamaan tersebut adalah: 1 1 o o o P E W P E E E W W W a a a a a θ φ θφ θ φ θφ θ φ ⎡ ⎤ ⎡ ⎤ ⎡ ⎤ + − = + − + + − ⎣ ⎦ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦ 1 1 o o P E W P a a a b θ θ φ ⎡ ⎤ + − − − − + ⎣ ⎦ 1 1 1 1 o o o o P P W W W E E E P W E P a a a a a a b φ θφ θ φ θφ θ φ θ θ φ ⎡ ⎤ ⎡ ⎤ ⎡ ⎤ = + − + + − + − − − − + ⎣ ⎦ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦ dengan : P x a t ρ Δ = Δ ; w W WP a x δ Γ = ; e E PE a x δ Γ = ; o P W E P a a a a θ = + + ; dan b S x φ = Δ . Aliran penyebaran menggunakan scheme implisit θ = 1 untuk kasus dua dimensi, sebagai berikut: o o P P W W E E S S N N P P u a a a a a a S φ φ φ φ φ φ = + + + + + ……. 4.9 dengan : P W E S N P P a a a a a a F S = + + + + + Δ − dan o p o p x y a t ρ Δ Δ = Δ keterangan: o p φ = pencemar pada kondisi awal

4.5.2 Aplikasi Model di Kota Cilegon

Hasil pengukuran kualitas udara ambien yang dilakukan selama 5 periode dari Tahun 2005 sampai 2007 menunjukkan fluktuasi konsentrasi pada beberapa titik sampel. Sebaran debu dan SO 2 pada 24 titik sampel di Kota Cilegon disajikan pada Gambar 23. Berdasarkan gambar tersebut, konsentrasi debu yang menyebar di Kota Cilegon, kosentrasi tertinggi mencapai 686 μgm 3 terukur pada pengukuran ke tiga Tahun 2006. Konsentrasi tersebut terjadi di lokai Nirmala Optik Desa Jombang Wetan Kecamatan Jombang. Sementara itu konsentrasi SO 2 tertinggi terjadi di ASDP Merak Desa Tamansari Kecamatan Pulomerak sebesar 55,75 μgm 3 . Besarnya konsentrasi tersebut terukur pada pengukuran periode kelima Tahun 2007. Untuk aplikasi model sebaran, polutan yang dianalisis didasarkan pada hasil analisis model screen3. Pada model ini dianalisis dua jenis polutan yang diemisikan dari sumber pencemar yakni SO 2 dan debu. Berdasarkan validasi model screen3, menunjukkan bahwa secara umum emisi SO 2 diklasifikasikan sebagai ‘hasil yang dapat diterima’ acceptable performance, sedangkan emisi debu secara umum aplikasi model termasuk pada kategori ‘hasil yang diragukan questionable performance. 100 200 300 400 500 600 700 800 10 20 30 40 50 60 Sulfur dioksida ugm3 D e bu ug m 3 SO2 Debu Gambar 23. Sebaran Debu dan SO 2 pada 24 titik sampel di Kota Cilegon periode 2005 – 2007 Hasil pengukuran SO 2 selama 24 jam yang dilakukan pada tanggal 4 Juli Tahun 2007 periode 5 menunjukkan konsentrasi tertinggi terukur di ASDP Merak Desa Tamansari sebesar 55,75 μgm 3 , sedangkan konsentrasi terendah terukur di Pallem Hills dengan konsentrasi sebesar 7,65 μgm 3 . Hasil pengukuran SO 2 di semua lokasi secara kualitatif masih jauh berada di bawah baku mutu yang ditetapkan dalam PP 411999 sebesar 365 μgm 3 pengukuran 24 jam. Interval hasil pengukuran konsentrasi SO 2 selama 5 kali pengukuran disajikan dalam Gambar 24. Berdasarkan gambar tersebut, interval kenaikkan konsentrasi tertinggi terjadi di lokasi ASDP Merak Desa Tamansari Kecamatan Pulomerak No. 3. Pada periode pertama terukur konsentrasi SO 2 sebesar 13,92 μgm 3 sedangkan pada periode kelima terumur sebesar 55,75 μgm 3 . Kemudian di lokasi depan PENI Desa Gerem Kecamatan Grogol No. 5 periode pertama konsentrasi SO 2 sebesar 15,12 μgm 3 sedangkan pada periode kelima hasil pengukuran sebesar 41,42 μgm 3 . Secara umum hasil pengukuran SO 2 pada beberapa titik sampel cenderung meningkat, namun terjadi pula penurunan konsentrasi di beberapa titik lainnya. Hasil pengukuran SO 2 tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh tinggi rendahnya aktivitas sekeliling titik pengukuran, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor meteorologi setempat terutama sebagai akibat stabilitas atmosfir secara mikro. Dalam menganalisis sebaran SO 2 di Kota Cilegon menggunakan hasil analisis faktor meteorologi, hasil model sebaran di kawasan industri, nilai kondisi awal initial conditions dan nilai kondisi batas boundary conditions sebagai input model. Input lain untuk aplikasi model adalah nilai difusivitas. Pencemar SO 2 difusivitasnya dikaji terhadap udara. Model dispersi untuk mengetahui distribusi laju penyebaran SO 2 merupakan aplikasi dari persamaan 4.9. Model tersebut dibangun dengan menggunakan software Matlab. Sementara itu difusivitas SO 2 terhadap udara dikaji dengan menggunakan persamaan Bird persamaan 3.4, disajikan pada Tabel 29. Lokasi Pengukuran titik sampel Konsentra si SO2 ugm3 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 30 20 10 Tabel 29. Difusivitas SO 2 terhadap udara Non-polar gas- pairs Difusivitas Zat Tempe ratur K Tekan an atm Massa Massa Jenis Kgm3 Tempe ratur Kritis K Tekan an Kritis atm a b cm 2 sec 10 -4 kgms Udara - - 28,97 1,29 132 36,4 - - SO2 302,3 0,995 64,07 - 430,7 77,8 0,0002745 1,823 0,129 0,1664 Untuk menganalisis sebaran SO 2 di Kota Cilegon dikaji dengan persamaan 4.9. Sebaran SO 2 dikaji dalam dua dimensi, berdasarkan karakteristik udara di Kota Cilegon dan survey lapang sebagai berikut: Gambar 24. Interval konsentrasi SO2 pada 24 titik sample di Kota Cilegon periode 2005 – 2007 1 Arah angin rata-rata di Kota Cilegon bergerak dari Barat ke Timur 2 Sumber pencemar udara berada di antara Barat dan Timur 3 Tidak ada sumber pencemar udara pada batas antara Serang dan Cilegon Persamaan sebaran dianalisis dengan menggunakan matriks, analisis persamaan menggunakan Tri-Diagonal Matrix Algorithm TDMA. Thomas 1949 membangun teknik TDMA untuk mengimplementasikan dengan cepat suatu persamaan Versteeg and Malalasekela, 1995. Untuk menyelesaikan sistem TDMA pada kasus dua dimensi untuk sebaran SO 2 di Kota Cilegon, disesuaikan dengan jumlah grid sedangkan aliran sebaran polutan dipilih dari Barat ke Timur w – e. Analisis sebaran pencemar udara berdasarkan persamaan 4.9 untuk kasus dua dimensi adalah sebagai berikut: o o P P W W E E S S N N P P u a a a a a a S φ φ φ φ φ φ = + + + + + P W E S N P P a a a a a a F S = + + + + + Δ − dengan: w w W WP A a x δ Γ = ; e e E PE A a x δ Γ = ; s s S SP A a x δ Γ = ; dan n n N PN A a x δ Γ = menurut Versteeg dan Malalasekera 1995 untuk kasus dua dimensi berlaku: w e A A y = = Δ dan n s A A x = = Δ . Susunan grid Kota Cilegon diperoleh 192 cell, luas area setiap cell adalah 1 km 2 , dengan ukuran 1,0 x 1,0 km. Susunan grid Kota Cilegon ditampilkan pada Gambar 25. Difusivitas SO 2 berdasarkan Tabel 29 diperoleh bahwa difusivitas SO 2 dengan massa jenis 1,289 kgm 3 adalah 2 4 0,1664 10 SO x − Γ = kgm.sec. Analisis koefisien dari persamaan tersebut untuk pencemar udara adalah: 1 koefisien pada kondisi awal 2 2 2 3 4 1 10 2 0,1664 10 2 udara so x x t x ρ − Δ Δ = Γ 10 3, 005 10 t x sekon Δ dan 3 1 udara kg m ρ = koefisien untuk waktu tiga bulan, adalah: 2 3 2 8 1 10 0,12853 0,129 10 7, 78 10 o udara p x x y a x t x ρ − Δ Δ = = = Δ ฀ Gambar 25. Grid Kota Cilegon 2 koefisien sulfur dioksida 4 3 4 3 0,1664 10 10 0,1664 10 10 W E S N x a a a a x − − = = = = = Konveksi massa F Δ dihitung dengan menggunakan persamaan: e w n s F F F F F Δ = − + − ……. 4.10 dengan: w w w F u A ρ = ; e e e F u A ρ = ; n n n F v A ρ = dan s s s F v A ρ = Arah angin yang digunakan dari Barat ke Timur, pada penelitian ini hanya menggunakana satu arah maka konveksi massa, dengan kecepatan u = 2,5 ms adalah: 3 3 1 2, 5 10 2,5 10 w e udara F F u y x x x ρ = = Δ = = n s F F = = e w n s F F F F F Δ = − + − = ……. 4.11 Dari persamaan 4.11 diperoleh bahwa konveksi massa adalah nol. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran SO 2 di Kota Cilegon hanya ditinjau secara difusi. Dengan kata lain SO 2 menyebar dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Berdasarkan model prediksi yang dilakukan serta hasil analisis difusivitas, maka diperoleh persamaan distribusi sebaran SO 2 sebagai fungsi waktu. Analisis penyebaran SO 2 dilakukan dengan menggunakan dua skenario. Skenario pertama adalah dalam keadaan ada sumber pencemar dengan proses penyebaran SO 2 menyebar ke semua arah melalui proses difusi. Sementara itu skenario kedua adalah dalam keadaan tidak ada sumber pencemar. Analisis sebaran SO 2 di Kota Cilegon sebagai berikut: a Dalam keadaan ada sumber pencemar Pada skenario ini, menggunakan asumsi bahwa arah angin hanya satu arah, dari Barat ke Timur. Analisis sebaran untuk masing-masing node menggunakan persamaan sebagai berikut: Node sebelah Barat W a = dan p u S S = = , karena tidak ada sumber: P E S N P a a a a a F = + + + + Δ 4 2 3 0,1664 0,1664 0,1664 10 0,129 10 0 1,34 10 P a x x − − − = + + + + = o o P P E E S S N N P P a a a a a φ φ φ φ φ = + + + 2 4 2 0,134 10 0,1664 0,1664 0,1664 10 0,129 10 o P E S N P x x φ φ φ φ φ − − − = + + + atau 134 0, 01664 0, 01664 0, 01664 129 o P E S N P φ φ φ φ φ = + + + ……. 4.12.1 Node antara Barat dan Timur: P W E S N P a a a a a a F = + + + + + Δ 4 2 3 0,1664 0,1664 0,1664 0,1664 10 0,129 10 0 1,36 10 P a x x − − − = + + + + + = o o P P W W E E S S N N P P u a a a a a a S φ φ φ φ φ φ = + + + + + 2 4 2 0,136 10 0,1664 0,1664 0,1664 0,1664 10 0,129 10 o P W E S N P u x x S φ φ φ φ φ φ − − − = + + + + + atau 136 0, 01664 0, 01664 0, 01664 0, 01664 129 o P W E S N P u S φ φ φ φ φ φ = + + + + + ……. 4.12.2 dengan: S u = Sumber emisi Node sebelah Timur E a = dan p u S S = = , karena tidak ada sumber: P W S N P a a a a a F = + + + + Δ 4 2 3 0,1664 0,1664 0,1664 10 0,129 10 0 1,34 10 P a x x − − − = + + + + = o o P P W W S S N N P P a a a a a φ φ φ φ φ = + + + 2 4 2 0,134 10 0,1664 0,1664 0,1664 10 0,129 10 o P W S N P x x φ φ φ φ φ − − − = + + + atau 134 0, 01664 0, 01664 0, 01664 129 o P W S N P φ φ φ φ φ = + + + ……. 4.12.3 b Dalam keadaan tidak ada sumber pencemar Pada skenario ini, menggunakan asumsi bahwa S = 0 tidak ada sumber dan arah angin hanya satu arah, dari Barat ke Timur. Analisis sebaran untuk masing- masing node menggunakan persamaan sebagai berikut: Node sebelah Barat W a = dan p u S S = = : P E S N P a a a a a F = + + + + Δ 4 2 3 0,1664 0,1664 0,1664 10 0,129 10 0 1,34 10 P a x x − − − = + + + + = o o P P E E S S N N P P a a a a a φ φ φ φ φ = + + + 2 4 2 0,134 10 0,1664 0,1664 0,1664 10 0,129 10 o P E S N P x x φ φ φ φ φ − − − = + + + atau 134 0, 01664 0, 01664 0, 01664 129 o P E S N P φ φ φ φ φ = + + + ……. 4.13.1 Node antara Barat dan Timur p u S S = = : P W E S N P a a a a a a F = + + + + + Δ 4 2 3 0,1664 0,1664 0,1664 0,1664 10 0,129 10 0 1,36 10 P a x x − − − = + + + + + = o o P P W W E E S S N N P P a a a a a a φ φ φ φ φ φ = + + + + 2 4 2 0,136 10 0,1664 0,1664 0,1664 0,1664 10 0,129 10 o P W E S N P x x φ φ φ φ φ φ − − − = + + + + atau 136 0, 01664 0, 01664 0, 01664 0, 01664 129 o P W E S N P φ φ φ φ φ φ = + + + + ……. 4.13.2 Node sebelah Timur E a = dan p u S S = = : P W S N P a a a a a F = + + + + Δ 4 2 3 0,1664 0,1664 0,1664 10 0,129 10 0 1,34 10 P a x x − − − = + + + + = o o P P W W S S N N P P a a a a a φ φ φ φ φ = + + + 2 4 2 0,134 10 0,1664 0,1664 0,1664 10 0,129 10 o P W S N P x x φ φ φ φ φ − − − = + + + atau 134 0, 01664 0, 01664 0, 01664 129 o P W S N P φ φ φ φ φ = + + + ……. 4.13.3 4.5.3 Sebaran SO 2 di Kota Cilegon Untuk menganalisis penyebaran SO 2 di Kota Cilegon menggunakan arah angin dominan. Sesuai dengan arah angin dominan tersebut, maka penyebaran SO 2 berlangsung ke arah timur. Berdasarkan hasil analisis model, sebaran SO 2 untuk masing-masing skenario adalah sebagai berikut: 1 Hasil model sebaran SO 2 berdasarkan skenario ada sumber pencemar Hasil analisis model menunjukkan bahwa pada stabilitas A sangat tidak stabil sebaran SO 2 terjadi dikawasan industri. Sebaran SO 2 dari kawasan industri ke seluruh Kota Cilegon terjadi pada stabilitas tidak stabil menengah sampai agak stabil B – E. SO 2 yang menyebar di Kota Cilegon pada stabilitas B tidak stabil menengah dengan kecepatan angin 1 ms dan 1,5 ms diemisikan dari kawasan Pulomerak, sementara dari kawasan Ciwandan dan KS sebaran SO 2 masih di kawasan masing-masing. Pada kecepatan angin 2 ms ke atas, sebaran SO 2 masih disekitar kawasan industri masing- masing. Pada stabilitas C sedikit tidak stabil dengan kecepatan angin 1 ms SO 2 yang menyebar di Kota Cilegon diemisikan dari kawasan Pulomerak dan Ciwandan. Sementara itu pada kecepatan angin 1,5 ms ke atas hanya kawasan Pulomerak yang mengemisikan SO 2 ke Kota Cilegon, sedangkan kawasan KS dan Ciwandan sebaran SO 2 masih di sekitar kawasan masing-masing. Pada stabilitas netral sampai agak stabil D – E pada berbagai kecepatan angin, SO 2 yang menyebar di Kota Cilegon terjadi karena emisi dari ketiga kawasan industri. Pada stabilitas B tidak stabil menengah dengan kecepatan angin 1 ms kosentrasi SO 2 tinggi, dengan nilai 13 μgm 3 ke atas terjadi di empat kecamatan, yakni: di Kecamatan Pulomerak dua lokasi, Kecamatan Grogol empat lokasi, Kecamatan Purwakarta satu lokasi dan Kecamatan Citangkil satu lokasi. Kemudian pada stabilitas atmosfer yang sama dengan kecepatan angin 1,5 ms konsentrasi tinggi terjadi di tiga kecamatan, yakni: di Kecamatan Pulomerak dua lokasi, Kecamatan Grogol empat lokasi dan Kecamatan Purwakarta satu lokasi. Pada stabilitas C sedikit tidak stabil dengan kecepatan angin 1 ms kosentrasi SO 2 tinggi, dengan nilai 13 μgm 3 ke atas terjadi di tiga kecamatan, yakni: di Kecamatan Pulomerak dua lokasi, Kecamatan Grogol empat lokasi, dan Kecamatan Purwakarta satu lokasi. Kemudian pada stabilitas atmosfer yang sama dengan kecepatan angin 1,5 – 3 ms konsentrasi tinggi terjadi di empat kecamatan, yakni: di Kecamatan Pulomerak dua lokasi, Kecamatan Grogol empat lokasi, Kecamatan Purwakarta satu lokasi, dan Kecamatan Citangkil satu lokasi. Pada stabilitas D netral dengan kecepatan angin 1 ms kosentrasi SO 2 tinggi, dengan nilai 13 μgm 3 ke atas terjadi di empat kecamatan, yakni: di Kecamatan Pulomerak satu lokasi, Kecamatan Grogol lima lokasi, Kecamatan Purwakarta satu lokasi, dan Kecamatan Citangkil satu lokasi. Kemudian pada kecepatan angin 1,5 ms konsentrasi tinggi terjadi di empat kecamatan, yakni: di Kecamatan Pulomerak satu lokasi, Kecamatan Grogol empat lokasi, Kecamatan Purwakarta satu lokasi, dan Kecamatan Citangkil satu lokasi. Pada kecepatan angin 2 – 3 ms konsentrasi tinggi terjadi di Kecamatan Pulomerak satu lokasi, Kecamatan Grogol empat lokasi, Kecamatan Purwakarta satu lokasi, dan Kecamatan Citangkil dua lokasi. Pada stabilitas E agak stabil dengan kecepatan angin 1 ms kosentrasi SO 2 tinggi, dengan nilai 13 μgm 3 ke atas terjadi di empat kecamatan, yakni: di Kecamatan Pulomerak satu lokasi, Kecamatan Grogol empat lokasi, Kecamatan Purwakarta satu lokasi, dan Kecamatan Citangkil dua lokasi. Kemudian pada kecepatan angin 1,5 – 3 ms konsentrasi tinggi terjadi di Kecamatan Pulomerak satu lokasi, Kecamatan Grogol empat lokasi, Kecamatan Purwakarta satu lokasi, dan Kecamatan Citangkil satu lokasi. Pencemar SO 2 di Kecamatan Pulomerak di Desa Tamansari pada berbagai stabilitas atmosfer dengan berbagai kecepatan angin dalam rentang 1 – 3 ms, konsentrasi diprediksi pada kisaran antara 6,797 – 51,058 μgm 3 . Hasil pengukuran di desa tersebut yang berlokasi di Kantor Bea Cukai, ASDP Merak dan Pasar Merak, konsentrasi SO 2 terukur sebesar 10,35 - 16,56 μgm 3 , 13,92 - 55,75 μgm 3 dan 8,69 - 16,93 μgm 3 . Konsentrasi SO 2 di Kecamatan Grogol pada berbagai stabilitas dan berbagai kecepatan angin dalam rentang 1 – 3 ms, di Desa Gerem diprediksi berkisar dari 9,013 μgm 3 sampai 13,216 μgm 3 , di Desa Rawaarum diprediksi berkisar dari 10,513 μgm 3 sampai 12,702 μgm 3 , dan di Desa Kotasari diprediksi berkisar dari 11,812 μgm 3 sampai 13,825 μgm 3 . Hasil pengukuran di Desa Gerem yang berlokasi di Cikuasa Baru dan Cikuasa Lama, konsentrasi SO 2 sebesar 9,57 - 13,39 μgm 3 dan 8,28 - 15,88 μgm 3 . Di Desa Rawaarum yang berlokasi di Kruwuk dan Pabuaran Lor, konsentrasi SO 2 sebesar 5,35 - 13,73 μgm 3 dan 14,57 – 17,32 μgm 3 . Di Desa Kotasari yang berlokasi di komplek Arga Baja, konsentrasi SO 2 sebesar 5,21 – 5,35 μgm 3 . Konsentrasi SO 2 di Kecamatan Purwakarta pada berbagai stabilitas dan berbagai kecepatan angin dalam rentang 1 – 3 ms, di Desa Ramanuju dan Desa Kotabumi diprediksi berkisar dari 9,76 – 17,75 μgm 3 dan 4,51 – 15,85 μgm 3 . Hasil pengukuran di Desa Ramanuju yang berlokasi di depan Polres, konsentrasi SO 2 terukur sebesar 9,76 - 20,46 μgm 3 . Sementara itu di Desa Kota Bumi yang berlokasi di Palem Hills dan Perum KS, konsentrasi SO 2 terukur sebesar 4,51 – 7,65 μgm 3 dan 10,58 – 15,85 μgm 3 . Konsentrasi SO 2 di Kecamatan Citangkil pada berbagai stabilitas dan berbagai kecepatan angin dalam rentang 1 – 3 ms, di Desa Warnasari dan Desa Citangkil diprediksi berkisar dari 5,979 - 7,002 μgm 3 dan 2,983 – 3,491 μgm 3 . Hasil pengukuran di Desa Warnasari yang berlokasi di depan Telkom Warnasari, konsentrasi SO 2 terukur sebesar 5,77 – 12,72 μgm 3 dan di Desa Citangkil yang berlokasi di Semangraya, konsentrasi SO 2 terukur sebesar 7,97 – 16,12 μgm 3 . Konsentrasi SO 2 di Kecamatan Ciwandan pada berbagai stabilitas dan berbagai kecepatan angin dalam rentang 1 – 3 ms, di Desa Tegalratu, Randakari, Kepuh dan Desa Gunungsugih diprediksi berkisar dari 3,594 – 8,261 μgm 3 , 3,410 – 8,395 μgm 3 , 3,274 – 4,575 μgm 3 dan 6,505 – 7,229 μgm 3 . Hasil pengukuran di Desa Tegalratu yang berlokasi di depan Pelindo dan KBSseberang Rel, konsentrasi SO 2 terukur sebesar 8,90 – 13,25 μgm 3 dan 7,69 – 11,47 μgm 3 . Di Desa Randakari yang berlokasi di Randakari, konsentrasi SO 2 terukur sebesar 3,45 – 10,85 μgm 3 . Di Desa Kepuh dan Desa Gunungsugih yang berlokasi di Pengabuan dan Cilodan, konsentrasi SO 2 terukur sebesar 5,98 – 11,94 μgm 3 dan 9,57 – 16,12 μgm 3 . Konsentrasi SO 2 di Kecamatan Cibeber dan Jombang pada berbagai stabilitas dan berbagai kecepatan angin dalam rentang 1 – 3 ms, di Desa Sukmjaya, Kedaleman dan Desa Jombangwetan diprediksi berkisar dari 7,168 – 9,601 μgm 3 , 8,051 – 9,106 μgm 3 dan 5,485 – 6,424 μgm 3 . Hasil pengukuran di Desa Sukmajaya yang berlokasi di Ramayana konsentrasi SO 2 terukur sebesar 9,96 – 19,78 μgm 3 . Di Desa Kedaleman yang berlokasi di Perumahan Cilegon Indah PCI konsentrasi SO 2 terukur sebesar 6,40 – 14,25 μgm 3 . Di Desa Jombangwetan yang berlokasi di Nirmala Optik konsentrasi SO 2 terukur sebesar 14,46 – 23,96 μgm 3 . Sebaran SO 2 hasil pengukuran dan hasil di 24 titik sampel yang menyebar di Kota Cilegon pada berbagai kecepatan angin, disajikan pada Gambar 26. Sementara itu persentase hasil model dan hasil pengukuran pada berbagai kecapatan angin dan berbagai stabilitas atmosfer, disajikan pada Gambar 26. Berdasarkan gambar tersebut, secara umum hasil model berada pada kisaran hasil pengukuran. Sebaran SO 2 pada berbagai stabilitas dan kecepatan angin di Kota Cilegon selengkapnya disajikan pada Gambar 33 pada Lampiran2. Sebaran konsentrasi SO 2 terjadi perbedaan yang besar di beberapa lokasi. Perbedaan tersebut terjadi karena faktor lain misalnya kepadatan lalulintas dari model tersebut tidak diperhitungkan. Di lokasi seperti Pasar Merak, depan PENI, Sumur Wuluh Jalan Tol, Perum KS, Telkom Warnasari, Pelindo, Ramayana dan PCI padat penduduk dan padat kendaraan, baik karena aktivitas penduduk maupun padat kendaraan untuk mendistribusikan hasil industri. 2 Hasil model sebaran SO 2 berdasarkan skenario tidak ada sumber pencemar Hasil analisis model berdasarkan skenario tidak ada sumber dan skenario ada sumber, terjadi perbedaan konsentrasi SO 2 yang di beberapa lokasi. Pebedaan hasil analisis untuk masing-masing skenario ditunjukkan pada Gambar 27. 10 20 30 40 50 60 70 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 Kecepatan angin ms K on s en tr as i S O 2 ug m 3 Pengukuran Prediksi Gambar 26. Sebaran SO 2 hasil model dan hasil pengukuran di 24 titik sampel pada kecepatan angin 1 – 3 ms Gambar 27. Sebaran SO2 di Kota Cilegon skenario tidak ada sumber 5 10 15 20 25 30 P-1 P-2 P-3 P-4 Periode tiga bulanan K o n s en tr as i S O 2 u g m 3 Berdasarkan Gambar 27 tampak bahwa dalam periode tiga bulanan dari periode satu P-1 sampai periode empat P-4 konsentrasi SO 2 pada setiap titik sampel terjadi penurunan. Dari P-1 sampai P-4 konsentrasi tertinggi di Kecamatan Purwakarta di Desa Ramanuju yang berlokasi di depan Polres Cilegon. Pada P-1 konsentrasi SO 2 sebesar 24,759 μgm 3 kemudian terjadi penurunan, sehingga pada P-4 konsentrasinya menjadi 21,137 μgm 3 . Hal ini terjadi karena nilai kondisi awal di lokasi tersebut lebih besar dari pada titik sampel lainnya. Di Kecamatan Pulomerak konsentrasi tertinggi terjadi di Desa Tamansari yang berlokasi di ASDP Merak. Pada periode satu dilokasi tersebut konsentrasi SO 2 sebesar 17,645 μgm 3 sedangkan pada periode empat konsentrasinya menurun menjadi 16,823 μgm 3 . Sementara itu di Kecamatan Grogol konsentrasi tertinggi terjadi di Desa Grogol yang berlokasi di komplek Arga Baja Pura. Pada periode satu dilokasi tersebut konsentrasi SO 2 sebesar 13,825 μgm 3 sedangkan pada periode empat konsentrasinya menurun menjadi 11,810 μgm 3 . Di Kecamatan Citangkil, Jombang, Ciwandan dan Cibeber konsentrasi SO 2 berkisar dari 4,127 – 9,601 μgm 3 . Konsentrasi tertinggi terjadi di Desa Sukmajaya yang berlokasi di depan Ramayana. Pada periode satu dilokasi tersebut konsentrasi SO 2 sebesar 9,601 μgm 3 sedangkan pada periode empat konsentrasinya menurun menjadi 8,198 μgm 3 .

4.6 Prediksi Sebaran SO