baku mutu yang ditetapkan dalam PP 4199 sebesar 150 μgm
3
. Emisi debu di empat lokasi PT Krakatau Steel bulan September Tahun 2007 selengkapnya ditampilkan pada
Tabel 25 dan Gambar 19. Tabel 25. Hasil pengukuran emisi debu pada suhu baku 25
o
C dan tekanan 1 atmosfer di lokasi PT KS
No Lokasi Satuan Nop-05 Agust-06 Nop-06 Mart-07 Sept-07 1 SSP1
μgm
3
10,00 56,00 12,30 12,50 2,99 2 SSP2
μgm
3
- - 6,70
21,54 1,28 3 DRP2
μgm
3
- - 0,82
0,67 0,46 4 BSP
μgm
3
59,26 28,57 13,33 12,31 0,54
a. Hasil pengukuran emisi SO2 di PT KS
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
120.00 140.00
Nop-05 Agust-06
Nop-06 Mart-07
Sept-07
Periode SO
2 u
g m
3
SSP1 SSP2
DRP2 BSP
b. Hasil pengukuran emisi Debu di PT KS
10 20
30 40
50 60
70
Nop-05 Agust-06
Nop-06 Mart-07
Sept-07
Periode D
e bu
u g
m 3
SSP1 SSP2
DRP2 BSP
Gambar 19. Hasil pengukuran emisi SO
2
dan debu pada suhu baku 25
o
C dan tekanan 1 atmosfer di PT KS
4.4 Validasi Model Emisi
Berdasarkan analisis sebaran, bahwa pada kecepatan angin 1 ms SO
2
dan debu yang diemisikan dari zona Ciwandan pada stabilitas A sangat tidak stabil dan B tidak
stabil menengah masih di dalam kawasan, sedangkan pada stabilitas C sedikit tidak stabil sampai E agak stabil menyebar sampai ke luar kawasan industri. Kemudian
pada zona KS SO
2
dan debu yang diemisikan sampai ke luar kawasan industri terjadi pada stabilitas D netral dan E agak stabil. Sementara itu pada zona Pulomerak SO
2
dan debu yang diemisikan sampai ke luar kawasan industri terjadi pada stabilitas B tidak stabil menengah sampai E agak stabil. Perbedaan jarak sebaran diakibatkan
oleh tinggi cerobong yang digunakan. Semakin tinggi cerobong asap, konsentrasi polutan di sekitar cerobong asap semakin kecil karena lintasan pergerakan polutan
otomatis akan lebih jauh. Untuk menilai kehandalan model emisi yang telah digunakan, maka hasil dari
model dibandingkan dengan hasil pengukuran. Pengukuran emisi SO
2
dan debu dilakukan di dua kawasan industri. Hasil analisis program model dengan pengukuran
emisi SO
2
dan debu yang dilakukan di kawasan Pulomerak dan kawasan Krakatau Steel, selengkapnya ditampilkan pada Tabel 26 dan 27, dan Gambar 20 dan 21.
Tabel 26. Hasil pengukuran dan model emisi SO
2
dan Debu di PLTU Suralaya
Stabilitas Pengukuran
A B C D
E No Lokasi
SO2 Debu SO2 Debu SO2 Debu SO2 Debu SO2 Debu
SO2 Debu 1 Unit-1 295,57 99,95 866,00 143,00 374,40 127,20 245,30 107,00 24,85 94,30 12,68 63,40
2 Unit-2 323,36 129,68 866,00 143,00 374,40 127,20 245,30 107,00 24,85 94,30 12,68 63,40 3 Unit-3 378,82 117,38 866,00 143,00 374,40 127,20 245,30 107,00 24,85 94,30 12,68 63,40
4 Unit-4 414,14 94,24 866,00 143,00 374,40 127,20 245,30 107,00 24,85 94,30 12,68 63,40 5 Unit-5 258,39 119,91 592,40 132,95 237,20 119,90 148,90 106,87 4,82 98,30 1,07 73,80
6 Unit-6 309,47 109,83 592,40 132,95 237,20 119,90 148,90 106,87 4,82 98,30 1,07 73,80 7 Unit-7 271,50 126,93 592,40 132,95 237,20 119,90 148,90 106,87 4,82 98,30 1,07 73,80
Emisi SO
2
yang ditunjukkan pada Gambar 20 hasil model yang mendekati hasil pengukuran pada stabilitas B tidak stabil menengah yaitu pada kisaran waktu siang
dan sore hari pukul 13.00 sampai 19.00 dengan kecepatan angin rata-rata bulanan 2,5 ms. Hal ini sesuai dengan saat waktu pengukuran yang berlangsung di kawasan
Pulomerak. Sementara itu pada saat pengukuran di kawasan Krakatau Steel berlangsung
dari pagi sampai malam hari. Pada Gambar 21 ditunjukkan bahwa angka kisaran hasil model pada berbagai stabilitas memenuhi hasil pengukuran. Emisi debu yang
ditunjukkan pada ke dua gambar tersebut, yang diemisikan dari kawasan Pulomerak dan kawasan Krakatau Steel pada berbagai stabilitas angka hasil model berbeda jauh dengan
hasil pengukuran.
a. Hasil pengukuran dan m odel em isi SO2 PLTU Suralaya