dari pagi sampai malam hari. Pada Gambar 21 ditunjukkan bahwa angka kisaran hasil model pada berbagai stabilitas memenuhi hasil pengukuran. Emisi debu yang
ditunjukkan pada ke dua gambar tersebut, yang diemisikan dari kawasan Pulomerak dan kawasan Krakatau Steel pada berbagai stabilitas angka hasil model berbeda jauh dengan
hasil pengukuran.
a. Hasil pengukuran dan m odel em isi SO2 PLTU Suralaya
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
Unit-1 Unit-2
Unit-3 Unit-4
Unit-5 Unit-6
Unit-7 Lokasi Pabrik
K o
n s
en tr
as i
Pengukur an Stabi l i tas A
Stabi l i tas B Stabi l i tas C
Stabi l i tas D Stabi l i tas E
b. Hasil pengukuran dan m odel em isi Debu PLTU Suralaya
20 40
60 80
100 120
140 160
Unit-1 Unit-2
Unit-3 Unit-4
Unit-5 Unit-6
Unit-7 Lokasi Pabrik
K o
ns entr
a s
i
Pengukur an Stabi l i tas A
Stabi l i tas B Stabi l i tas C
Stabi l i tas D Stabi l i tas E
Gambar 20. Hasil pengukuran dan model di PLTU Suralaya
Tabel 27. Hasil pengukuran dan model emisi SO
2
dan Debu di Krakatau Steel
Stabilitas Pengukuran
A B C D E No Lokasi
SO2 Debu SO2 Debu SO2 Debu SO2 Debu SO2 Debu SO2 Debu
1 SSP-1 5,00
12,50 7,205 28,890 7,795
39,480 6,200 31,420 2,752
13,980 3,143 16,490
2 SSP-2 5,00
21,54 7,173 28,720 7,698
38,500 6,117 30,600 2,709
13,550 2,997 14,990
3 HYL 154,10 4,00 194,330 27,180 153,380 26,700 140,690 20,350 116,190 8,097 119,163 4,583
4 DRP-2 20,70 0,67 72,780 2,880 80,120 3,899 63,820 3,101 28,450 1,376 34,960 1,572
5 BSP 5,00 13,30
7,237 28,890 7,893
39,480 6,282 31,420 2,794
13,980 3,297 16,490
a. Hasil pengukuran dan m odel em isi SO2 PT KS
50 100
150 200
250
SSP-1 SSP-2
HYL DRP-2
BSP Lokasi Pabrik
K ons
ent ras
i
Pengukur an Stabi l i tas A
Stabi l i tas B Stabi l i tas C
Stabi l i tas D Stabi l i tas E
b. Hasil pengukuran dan m odel em isi Debu PT KS
5 10
15 20
25 30
35 40
45
SSP-1 SSP-2
HYL DRP-2
BSP Lokasi Pabrik
K on
s entr
as i
Pengukur an Stabi l i tas A
Stabi l i tas B Stabi l i tas C
Stabi l i tas D Stabi l i tas E
Gambar 21. Hasil pengukuran dan model di PT KS
Untuk menilai kehandalan model emisi yang telah digunakan, maka hasil dari model dibandingkan dengan hasil pengukuran. Hasil analisis program model dengan
pengukuran emisi SO
2
dan debu untuk kawasan industri yang dilakukan di kawasan Pulomerak dan kawasan Krakatau Steel, selengkapnya ditampilkan pada Tabel 28.
Pada Tabel 28a untuk kawasan Pulomerak konsentrasi SO
2
yang diemisikan dari Unit Bisnis Pembangkitan UBP Suralaya pada unit-1 sampai unit-4 diperoleh rata-rata
hasil model sebesar 304,646 μgm
3
dengan simpangan baku 312,01. Kemudian dianalisis dengan menggunakan persamaan 3.9 untuk memperoleh nilai mutlak z-score.
Pada unit-1 diperoleh nilai mutlak z-score sebesar 0,183 pada unit-2 diperoleh nilai mutlak z-score sebesar 0,377 pada unit-3 diperoleh nilai mutlak z-score sebesar 1,492
dan pada unit-4 diperoleh nilai mutlak z-score sebesar 2,203. Kemudian pada unit-5 sampai unit-7 diperoleh rata-rata hasil model sebesar 197,878
μgm
3
dengan simpangan baku 21,707. Pada unit-5 diperoleh nilai mutlak z-score sebesar 0,589 pada unit-6
diperoleh nilai mutlak z-score sebesar 1,079 dan pada unit-7 diperoleh nilai mutlak z- score sebesar 0,715. Berdasarkan syarat nilai z-score, untuk pencemar SO
2
pada unit-1, unit-2, unit-3, unit-5, unit-6, dan unit-7 aplikasi model termasuk pada kategori ‘hasil
yang dapat diterima’ acceptable performance. Sementara itu pada unit-4 aplikasi model termasuk pada kategori ‘hasil yang diragukan’ questionable performance. Hal
ini disebabkan karena input data pada program model menggunakan data emisi yang sama.
Berdasarkan data pada Tabel 28b untuk kawasan Krakatau Steel konsentrasi SO
2
yang diemisikan sebagai berikut: pada unit BSP diperoleh rata-rata hasil model sebesar 5,501
μgm
3
dengan simpangan baku 2,075 pada unit SSP1 rata-rata hasil model sebesar 5,419
μgm
3
dengan simpangan baku 2,085 pada unit SSP2 rata-rata hasil model sebesar 5,339
μgm
3
dengan simpangan baku 2,095 pada unit DRP2 rata-rata hasil model sebesar 56,026
μgm
3
dengan simpangan baku 20,621 dan pada unit HYL rata-rata hasil model sebesar 146,751
μgm
3
dengan simpangan baku 29,230. Pada unit BSP diperoleh nilai mutlak z-score sebesar 0,610 pada unit SSP1 diperoleh nilai mutlak z-score sebesar
0,461 pada SSP2 diperoleh nilai mutlak z-score sebesar 0,342 pada unit DRP2 diperoleh nilai mutlak z-score sebesar 5,522 dan pada unit HYL diperoleh nilai mutlak z-score
sebesar 1,435. Berdasarkan syarat nilai z-score, untuk pencemar SO
2
pada unit BSP,
unit SSP1, unit SSP2, dan unit HYL aplikasi model termasuk pada kategori ‘hasil yang dapat diterima’ acceptable performance. Akan tetapi pada unit DRP2 aplikasi model
termasuk pada ketgori ‘hasil yang diragukan’ questionable performance. Hasil verifikasi pada berbagai stabilitas atmosfer menunjukkan bahwa emisi pencemar udara
SO
2
hasil pengukuran pada umumnya masih memenuhi kisaran angka yang dihasilkan model. Secara umum hasil analisis sebaran emisi SO
2
di kawasan industri dengan model screen3 termasuk pada kategori hasil yang dapat diterima acceptable performance.
Tabel 28a. Angka hasil pendugaan menurut model scree3 dan data hasil pengukuran dalam satuan
μgm
3
emisi SO
2
dan debu di Kawasan Industri Pulomerak
SO2 Debu M M
No Lokasi P
Minimal Maksimal P
Minimal Maksimal 1 Unit-1 295,57 12,68
866,00 99,95
63,40 143,00
2 Unit-2 323,36 12,68 866,00
129,68 63,40
143,00 3 Unit-3 378,82 12,68
866,00 117,38
63,40 143,00
4 Unit-4 414,14 12,68 866,00
94,24 63,40
143,00 5 Unit-5 258,39
1,07 592,40
119,91 73,80
132,95 6 Unit-6 309,47
1,07 592,40
109,83 73,80
132,95 7 Unit-7 271,50
1,07 592,40
126,93 73,80
132,95
Tabel 28b. Angka hasil pendugaan menurut model screen3 dan data hasil pengukuran dalam satuan
μgm
3
emisi SO
2
dan debu di Kawasan Industri Krakatau Steel
SO2 Debu M M
No Lokasi P
Minimal Maksimal P
Minimal Maksimal 1 SSP1
5,000 2,752
7,795 12,500
13,980 39,480
2 SSP2 5,000
2,709 7,698
21,540 13,550
38,500 3 HYL
154,100 116,190 194,330
4,000 4,583
27,180 4 DRP2
20,700 28,450 80,120
0,670 1,376
3,899 5 BSP
5,000 2,794
7,893 13,300
13,980 39,480
Keterangan : M = angka menurut model P = data hasil pengukuran
Konsentrasi debu yang diemisikan dari UBP Suralaya pada unit-1 sampai unit-4 diperoleh rata-rata hasil model sebesar 106,980
μgm
3
dengan simpangan baku 27,446. Pada unit-1 diperoleh nilai mutlak z-score sebesar 1,204 pada unit-2 diperoleh nilai
mutlak z-score sebesar 3,887 pada unit-3 diperoleh nilai mutlak z-score sebesar 1,781
dan pada unit-4 diperoleh nilai mutlak z-score sebesar 2,182. Kemudian pada unit-5 sampai unit-7 diperoleh rata-rata hasil model sebesar 106,364
μgm
3
dengan simpangan baku 20,079. Pada unit-5 diperoleh nilai mutlak z-score sebesar 3,415 pada unit-6
diperoleh nilai mutlak z-score sebesar 1,807 dan pada unit-7 diperoleh nilai mutlak z- score sebesar 5,428. Berdasarkan syarat nilai z-score, untuk pencemar debu pada unit-1,
unit-3, dan unit-6 aplikasi model termasuk pada kategori ‘hasil yang dapat diterima’ acceptable performance. Kemudian pada unit unit-4 aplikasi model termasuk pada
ketgori ‘hasil yang diragukan’ questionable performance, sedangkan pada unit-5 dan unit-7 aplikasi model termasuk pada kategori ‘hasil yang tidak dapat diterima’
unacceptbale performance. Sementara itu konsentrasi debu yang diemisikan dari kawasan Krakatau Steel sebagai berikut: pada unit BSP diperoleh rata-rata hasil model
sebesar 26,052 μgm
3
dengan simpangan baku 9,533 pada unit SSP1 rata-rata hasil model sebesar 26,025
μgm
3
dengan simpangan baku 9,333 pada unit SSP2 rata-rata hasil model sebesar 25,272
μgm
3
dengan simpangan baku 9,575 pada unit DRP2 rata- rata hasil model sebesar 2,566
μgm
3
dengan simpangan baku 0,956 dan pada unit HYL rata-rata hasil model sebesar 17,382
μgm
3
dengan simpangan baku 9,399. Pada unit BSP diperoleh nilai mutlak z-score sebesar 3,154 pada unit SSP1 diperoleh nilai mutlak
z-score sebesar 3,351 pada SSP2 diperoleh nilai mutlak z-score sebesar 0,893 pada unit DRP2 diperoleh nilai mutlak z-score sebesar 0,906 dan pada unit HYL diperoleh nilai
mutlak z-score sebesar 2,197. Berdasarkan syarat nilai z-score, untuk emisi pencemar debu pada unit SSP2, dan unit DRP2 aplikasi model termasuk pada kategori ‘hasil yang
dapat diterima’ acceptable performance. Sementara itu pada unit HYL aplikasi model termasuk pada ketgori ‘hasil yang diragukan’ questionable performance dan pada unit
BSP dan SSP1 aplikasi model termasuk pada kategori ‘hasil yang tidak dapat diterima unacceptable performance. Secara umum model screen3 untuk menganalisis sebaran
emisi debu di kawasan industri termasuk pada kategori hasil yang diragukan. Dalam menganalisis emisi debu di kawasan tersebut, perlu diperhatikan kandungan partikel
pada bahan bakar yang digunakan karena akan berimplikasi pada debit emisi pencemar yang diemisikan masing-masing sumber.
Aplikasi model screen3 untuk kawasan industri memiliki kelemahan dan kelebihan dalam menganalisis sebaran polutan. Hal ini ditunjukkan adanya pebedaan
hasil dalam menganalisis sebaran SO
2
dan debu di kawasan industri Cilegon. Kelebihan model screen3 dalam menganalisis sebaran, lebih cepat serta membutuhkan input yang
sederhana. Bentuk dan tinggi bangunan, dan posisi cerobong dengan menggunakan model ini, tidak diperhitungkan. Sementara itu kelemaham hasil model ditunjukkan
dengan perbedaan hasil analisis, hal ini terjadi karena banyaknya cerobong dengan tinggi yang berbeda pada masing-masing unit operasi. Aplikasi model screen3 dalam
menganalisis sebaran, harus di running pada setiap tinggi cerobong. Jika dalam setiap unit operasi terdapat 4 cerobong, maka harus dilakukan running sebanyak empat kali.
Berdasarkan hasil survey, perbedaan tinggi cerobong pada masing-masing unit operasi menunjukkan perbedaan kapasitas bahan bakar yang digunakan oleh pabrik tersebut.
Dengan kata lain model screen3 terdapat kelemahan, jika diaplikasikan pada kawasan industri, karena tidak memperhitungkan posisi cerobong pada setiap unit operasi pada
masing-masing pabrik.
4.5 Prediksi Sebaran Polutan di Kota Cilegon