Identifikasi Strategi Pengelolaan Perikanan Tangkap di Teluk Lampung

84 c. Interaksi nelayan tradisional dengan nelayan besar d. Interaksi KUD Mina Jaya dengan KUD Lestari e. Interaksi Petugas Keamanan Laut dengan Nelayan f. Interaksi Pemerintah Daerah khususnya Pemerintah Kota dengan nelayan g. Interaksi Pemerintah Kota dengan Pemerintah Propinsi Dalam kaitan dengan kegiatan perikanan tangkap di Teluk Lampung, maka potensi konflik tersebut lebih disebabkan oleh benturan kepentingan diantara stakeholders yang berinteraksi di Teluk Lampung. Ketujuh konflik yang ada saat ini, semuanya terjadi dari adanya interaksi tersebut, kecuali interaksi KUD Mina Jaya dengan KUD Lestari, tetapi interaksi ini tetap sangat berpeluang menimbulkan konflik misalnya dalam perebutan anggota KUD dan lingkup usaha yang dilakukan. Gambar 10 memperlihatkan persepsi responden tentang potensi konflik antar berbagai stakeholders dalam pengelolaan perikanan tangkap di Teluk Lampung. 9.62 4.81 22.12 32.69 11.54 15.38 3.85 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 Interaksi Pemerintah Kota vs Pemerintah Propinsi Interaksi Pemerintah Daerah vs Nelayan Interaksi Petugas Keamanan Laut vs Nelayan Interaksi Nelayan T radisional vs Nelayan Besar Interaksi Nelayan T radisional vs Nelayan Pendatang Interaksi Nelayan Besar vs Nelayan Pendatang Interaksi KUD Mina Jaya vs KUD Lestari Pote nsi konflik Gambar 10 Persepsi responden 104 orang tentang potensi konflik antar berbagai stakeholders dalam pengelolaan perikanan tangkap di Teluk Lampung

4.3 Identifikasi Strategi Pengelolaan Perikanan Tangkap di Teluk Lampung

Faktor internal dan eksternal yang berpengaruh dalam pengelolaan perikanan tangkap di Teluk Lampung format matriks IFAS pada analisis SWOT disajikan dalam Tabel 17. Perikanan tangkap Teluk Lampung memiliki enam kekuatan dan empat kelemahan. Keenam kekuatan tersebut adalah sumber daya manusia, 85 infrastruktur pelabuhan perikanan, fasilitas pabrik es, instalasi BBM, air tawar, dan unit penangkapan ikan yang ramah lingkungan. Keempat kelemahan tersebut adalah belum diketahuinya batas maksimum produksi ikan, spesifikasi kapal yang belum standar, konflik internal penangkapan ikan, dan pengaturan hari operasi. Sumber daya manusia yang dapat diberdayakan sebagai tenaga kerja perikanan tangkap di Teluk Lampung cukup banyak tersedia. Saat ini tercatat ada 8.500 orang yang dapat bekerja baik secara tetap maupun sampingan sebagai nelayan. Dari jumlah tersebut, yang aktif dan benar-benar bekerja tetap sebagai nelayan sekitar 1.786 orang. Hampir semua anak buah kapal ABK yang bekerja pada bidang perikanan adalah penduduk lokal yang kemampuannya dapat diandalkan rating 3. Survei lapang menunjukkan bahwa sekitar 12,3 ABK adalah lulusan SMU, 34,1 lulusan SMP, dan hanya 5,2 yang tidak mengenyam pendidikan. Kualifikasi ABK Teluk Lampung ini termasuk tinggi. Pabrik es yang ada merupakan fakor kedua yang menjadi kekuatan utama pengelolaan perikanan tangkap di Teluk Lampung. Pabrik es selalu mensuplai secara kontinyu kebutuhan es bagi kegiatan perikanan tangkap di Teluk Lampung rating 3, meskipun es tersebut tidak secara khusus diperuntukkan bagi kegiatan perikanan tangkap. Kebutuhan es bagi kegiatan perikanan tangkap di PPI Lempasing disediakan oleh sekitar 6 buah pabrik es. Kapasitas produksi dari 6 pabrik es tersebut sebenarnya bisa mencapai 18.619 balok per hari atau 6,8 juta balok per tahun. Namun karena karena pasokan listrik yang masih terbatas dan peralatan pendukung produksi es yang belum lengkap, maka jumlah es yang bisa disediakan secara kontinyu untuk armada perikanan tangkap Teluk Lampung sekitar 3,29 juta balok per tahun atau setiap harinya sekitar 9.000 balok. Di PPI Lempasing juga tersedia SPBU yang siap melayani kebutuhan BBM bagi kapal-kapal penangkapan ikan. SBPU ini dapat difungsikan lebih maksimal bila kegiatan perikanan tangkap dikembangkan di Teluk Lampung. Saat ini, kapasitas suplai BBM dari instalasi yang tersedia di PPI Lempasing adalah 30.000 liter per hari atau 10.950.000 liter per tahun. Air tawar yang disediakan oleh PDAM Kota Bandar Lampung tidak pernah bermasalah dalam menyuplai kebutuhan air bagi kegiatan perikanan tangkap di 86 Teluk Lampung khususnya di PPI Lempasing sebagai pusat kegiatan perikanan tangkap. Kebutuhan air tawar yang ada masih rendah rating 2, namun akan dapat memenuhi kebutuhan yang lebih besar bila kegiatan perikanan tangkap dikembangkan mengingat sumber air tawar yang ada berlimpah. Saat ini, kapasitas suplai air tawar dari instalasi PDAM yang tersedia adalah 1.029.396 liter per hari atau 375.729.540 liter per tahun. Sedangkan kapasitas suplai yang diperuntukkan untuk armada perikanan tangkap Teluk Lampung sekitar 23.000 liter per hari atau 8,4 juta liter per tahun. Tabel 17 Faktor strategis internal pengelolaan perikanan tangkap di Teluk Lampung No Faktor Internal Bobot Rating Skor Kekuatan : 1 SDM yang bisa direkrut banyak 0,17 3 0,51 2 SPBU instalasi BBM tersedia dan berfungsi baik 0,08 2 0,16 3 Pelabuhan perikanan yang memadai 0,05 2 0,1 4 Pabrik es yang selalu dapat mensuplai kebutuhan es 0,09 3 0,27 5 Sumber air tawar yang berlimpah 0,07 2 0,14 6 Unit penangkapan yang ada umumnya ramah lingkungan dan tidak banyak interaksi merusak dengan perairan 0,11 2 0,22 Kelemahan : 7 Ketentuan jumlah tangkapan yang diperbolehkan 80 MSY belum diketahui secara luas di nelayan 0,18 3 0,54 8 Ukuran kapal dan mesin yang belum standar semua 0,05 2 0,1 9 Konflik internal perikanan tangkap di lokasi 0,11 1 0,11 10 Pengaturan hari operasi yang belum tertib 0,09 2 0,18 Jumlah

1.00 2,33