17 Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 telah mengubah hasil kerja
puluhan tahun yang seolah-olah kembali ke titik nol dan praktis menambah angka kemiskinan. Kontribusi krisis moneter ini bagi pendatang baru mungkin masih
memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, tetapi bagi yang miskin sejak dahulu seperti nelayan dan keluarganya, petani kecil di desa dan berbagai kalangan yang
kehidupannya subsistem serupa akan semakin miskin terpuruk. Bila strategi dan arah kemandirian warga binaan menjadi fokus utama pemberdayaan usaha
ekonomi, maka dampak krisis monoter dapat segera teratasi dan masyarakat pesisir akan lebih tahan terhadap berbagai gejolak dan konflik yang terjadi.
Kemandirian harus dipahami sebagai kemampuan warga binaan untuk menjangkau fasilitas yang tersedia dan kemampuan mengambil keputusan sendiri
untuk mencapai kesejahteraannya. Kemandirian ini harus menjadi cita-cita utama setiap program pemberdayaan yang dilakukan masyarakat pesisir.
Menurut Satria 2001, program penanggulangan kemiskinan yang dewasa ini banyak dilakukan kurang memiliki pemahaman mendalam tentang hakekat
kemiskinan, orang miskin dipandang sebagai orang tidak berupaya The Have Not bahkan dipandang sebagai beban pembangunan. Hal ini menyebabkan
terjadinya salah tafsir dalam pengembangan sumberdaya manusia, dimana pengembangan masyarakat miskin telah dikacaukan menjadi Human
DevelopmentHD pengembangan manusia bukan Human Resource
Development, padahal Human Resource Development lebih diarahkan untuk mendidik tenaga terampil dan handal tanpa semata melihat manusia sebagai
obyek.
2.5 Tipikal Kebijakan Perikanan Tangkap
Kebijakan dapat berupa formal law positive law dan informal law written. Kebijakan policy sering diartikan sebagai aturan main atau set of rules
of law. Dalam suatu negara, kebijakan biasanya dibuat oleh pemerintah, dan kalaupun tidak membuat secara langsung, tetapi pemerintah mempunyai peran
dan wewenang untuk melegitimasi dan melindungi kebijakan yang dibuat secara legal oleh suatu lembaga tertentu sebagai aturan internal lembaga tersebut.
18 Terkait dengan tatanan kenegaraan, kebijakan merupakan suatu bentuk keputusan
pemerintah atau lembaga yang dibuat agar dapat memecahkan suatu masalah dalam rangkah mewujudkan suatu keinginan rakyat. Menurut Abidin 2004,
suatu kebijakan mampu mempengaruhi keikutsertaan komponen masyarakat dan kehidupan rakyat sangat dipengaruhi oleh proses kebijakan diambil, implementasi
kebijakan, dan penilaianpencitraan kebijakan. Berdasarkan tingkatannya, kebijakan dapat dibedakan atas tiga macam,
yaitu : a. Kebijakan umum; kebijakan umum merupakan kebijakan yang dalam bentuk
Undang-Undang. Kebijakan umum lebih menekankan pada isu strategis. a. Kebijakan pelaksanaan; kebijakan pelaksanaan merupakan kebijakan dalam
bentuk peraturan pemerintah pusat dan daerah yang biasanya berupa aturan umum operasional. Kebijakan pelaksanaan cenderung memberikan
perimbangan pada isu strategis dan masalah teknis. b. Kebijakan teknis; kebijakan teknis merupakan kebijakan operasional yang
dibawahi oleh kebijakan pelaksanaan. Kebijakan teknis lebih menekankan pada masalah teknis yang terjadi di lapangan.
Menurut Tara 2001 dikutip Jusuf 2005, kemajuan yang dicapai oleh suatu masyarakat dalam berbagai kegiatan ekonomi dan sosial baik yang
dilakukan oleh pemerintah maupun swasta sehingga dapat menciptakan perbaikan taraf hidup masyarakat dengan luas dan cepat merupakan suatu bentuk
pengelolaan. Terkait dengan ini, pengelolaan dapat diartikan sebagai suatu upaya yang selalu dilakukan menuju perbaikan kehidupan masyarakat.
Kebijakan pengelolaan policy management perlu diupayakan untuk dapat menangani isu kebijakan dari awal hingga akhir pengelolaan. Kebijakan
pengelolaan suatu sumberdaya akan selalu berubah sesuai dengan sifat khasnya yang tidak ditemukan pada sumberdaya lain. Kekhasan sifat tersebut dalam
pengelolaan terdapat tiga bentuk sifat utama, yaitu ekskludabilitas, substraktabilitas, dan indivisibilitas. Sifat yang dimiliki pemerintah adalah sifat
yang terkait dengan pengendalian dan pengawasan terhadap akses sumberdaya ekskludabilitas Nikijuluw, 2002.
19 Perikanan tangkap merupakan aktivitas perekonomian yang meliputi
penangkapan atau pengumpulan hewan dan atau tanaman air yang hidup di perairan laut atau perairan umum secara bebas. Terkait dengan ini, maka
kebijakan pengelolaan perikanan tangkap merupakan acuan legal dari setiap upaya untuk menjamin produksi yang berkelanjutan dari waktu ke waktu dari
berbagai stok ikan resource conservation di perairan laut atau perairan umum secara bebas melalui berbagai tindakan pengaturan regulations dan pengkayaan
enhancement yang dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan. Pengelolaan perikanan tangkap perlu diupayakan secara menyeluruh mulai
dari praproduksi, produksi, pengolahan dan pemasaran. Hal ini penting agar tidak terjadi ketimpangan pada salah satu bagian tatkala upaya pengelolaan
dikembangkan. Mengacu kepada tujuan pembangunan nasional yang tertuang dalam GBHN 1999, maka semua upaya pembangunan termasuk pengelolaan
perikanan tangkap harus diarahkan pada : a meningkatkan aktivitas perekonomian rakyat yang berorentasi global sesuai dengan perkembangan
teknologi yang dibangun secara kooperatif demi kesejateran rakyat yang adil dan merata; b menumbuhkan ekonomi rakyat yang bertumpuh pada mekanisme
pasar dengan daya saing yang sehat dan berkualitas serta mampu melindungi hak- hak konsumen dan seluruh rakyat; dan c meningkatkan peran pemerintah dalam
mengoreksi kondisi pasar yang tidak sehat, mengupayakan kehidupan masyarakat yang lanyak, memberdayakan pengusaha kecil, menengah dan koperasi lebih
efisien, dan mengembangkan kebijakan makro dan mikro ekonomi secara sinergis dan terkoordinir.
Dalam kaitan dengan pengelolaan kebijakan ini, ada empat kategori kebijakan umum Buck,1996 diacu oleh Nikijuluw, 2002, yaitu kebijakan
distributif distributive policy, kebijakan pengaturan kompetisi competitive regulatory policy, kebijakan pengaturan perlindungan protective regulatory
policy, dan kebijakan redistributif redistributive policy. Dari keempat kategori kebijakan tersebut, kebijakan distributif dan redistributif merupakan kebijakan
yang sangat kontroversial, dimana kehendak pemerintah akan selalu bertentangan dengan pelaksanaan kebijakan. Kebijakan ini akan lebih efektif jika dilakukan
pada bidang ekonomi dan keuangan. Selanjutnya dinyatakan oleh Jentoft 1989
20 yang diacu Nikijuluw 2002 bahwa pemerintah ikut mengelola sumberdaya
perikanan karena alasan efisiensi, keadilan dan administrasi. Di sisi lain, partisipasi masyarakat dapat mempengaruhi seluruh proses kebijakan mulai dari
perumusan, pelaksanaan dan penilaian kebijakan. Abidin 2004 menyatakan bahwa kebijakan merupakan pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu. Hal penting yang tidak bisa dipisahkan dari kebijakan pengelolaan adalah
analisis kebijakan De Coning, 2004. Menurut Hogwood and Gunn 1986, terdapat tujuh jenis analisis kebijakan yang perlu dilakukan oleh pembuat
kebijakan sehingga kebijakan yang diambil sesuai dengan kebutuhan nyata, yaitu : a. Studi-studi isi kebijakan studies of policy content. Studi ini menggambarkan
dan menjelaskan asal mula serta perkembangan kebijakan. b. Studi-studi tentang proses kebijakan, yang lebih menjelaskan tahap-tahap
yang dilakukan dalam implementasi kebijakan pemerintah sebelumnya dengan menilai pengaruh dari usaha-usaha yang dilakukan dan berbagai faktor yang
berkaitan. c. Studi mengenai output kebijakan studies of policy outputs pada umumnya
menjelaskan tingkat pengeluaran biaya yang berbeda dari setiap daerah. d. Studi-studi evaluasi evaluation studies batas-batas antara analisis kebijakan,
untuk melihat dampak dari suatu kebijakan terhadap kelompok sasaran. e. Informasi untuk pembuatan kebijakan information for policy making. Hal
diperoleh dalam bentuk penyusunan dan pengumpulan data guna membantu pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan
f. Proses nasehat process advocacy, merupakan proses pemberian saranmasukan yang dilakukan dalam berbagai moment menyempurnakan
kinerja pemerintah. g. Nasehat kebijakan policy advocacy kegiatan yang melibatkan analis dalam
pemilihan alternatif yang mendesak dalam proses kebijakan baik secara perorangan maupun kelompokkerjasama.
Weimer dan Vining 1998 menyatakan bahwa produk dari analisis kebijakan merupakan saran advice yang berorientasi pada pengguna yang
berkaitan dengan keputusan-keputusan publik dengan mengindahkan nilai-nilai
21 sosial. Kebijakan merupakan proses sintesa informasi untuk menghasilkan suatu
rekomendasi opsi disain kebijakan publik.
2.6 Arahan Kebijakan Perikanan Tangkap