Perumusan Masalah Model pengelolaan perikanan tangkap di teluk lampung dalam perspektif efisiensi interaksi antar stakeholder

4 Daerah Lampung berada di sebelah ujung tenggara Pulau Sumatera, terletak pada posisi geofrafis antara 30 45’ LS – 60 45’ LS dan 103 40’ BT dan 105 50’ BT. Wilayah pesisir Propinsi Lampung dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian yaitu Pantai Barat panjang pantai 210 km, Pantai Timur panjang pantai 270 km, Teluk Semangka panjang pantai 200 km dan Teluk Lampung panjang pantai 160 km. Luas daratan secara keseluruhan 35.376,5 km 2 Kota Bandar Lampung adalah ibukota Propinsi Lampung yang berfungsi juga sebagai pusat kegiatan pemerintahan, sosial politik, pendidikan dan kebudayaan, juga merupakan pusat kegiatan perekonomian, pusat perdagangan, industri, dan pariwisata. Letaknya yang strategis, menjadikan Bandar Lampung sebagai daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Sektor ekonomi yang besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi kota Bandar Lampung secara keseluruhan yaitu sektor perdagangan, jasa hotel dan restoran serta sektor jasa angkutan dan komunikasi . , panjang garis pantai Lampung 1.105 km termasuk 69 pulau kecil dengan dua teluk besar yaitu Teluk Lampung dan Teluk Semangka, serta 184 desa pantai dengan luas total 414.000 ha Wiryawan et al., 1999; 2002.

1.2 Perumusan Masalah

Penelitian untuk mendapatkan model pengelolaan perikanan tangkap diperlukan untuk Teluk Lampung. Model tersebut sebaiknya dibangun berdasarkan interaksi yang efisien di antara berbagai stakeholders terkait di lokasi. Untuk mendukung maksud ini, maka diajukan empat permasalahan penelitian yang diharapkan dapat dipecahkan melalui penelitian ini. Permasalahan tersebut adalah : 1 Selama ini pengaruh aspek internal dan eksternal kegiatan perikanan tangkap terutama untuk pengembangannya ke depan belum diketahui secara jelas. Akibatnya arah pengelolaan yang tepat dan sesuai dengan keunikan dan kondisi lokasi juga sulit ditetapkan. Komposisi unit penangkapan ikan yang optimal dalam mendukung bisnis perikanan tangkap juga belum diketahui 5 sehingga strategi untuk menekan konflik sulit ditetapkan. Sementara itu, konflik yang ada banyak yang belum selesai dan sering mengganggu kegiatan perikanan tangkap secara keseluruhan di lokasi. 2 Stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan perikanan tangkap di Teluk Lampung cukup beragam. Interaksi diantara stakeholders tersebut cenderung mengarah pada pemborosan mubazir dan tidak terarah akibat ego masing- masing stakeholders untuk memenuhi kepentingannya. Kondisi ini terkadang menyebabkan benturan atau konflik kepentingan di antara stakeholders; konflik tersebut belum tentu sama sehingga diperkirakan dengan tipologi konflik yang beragam. 3 Selama ini belum ada arahan dan strategi yang jelas untuk pengelolaan perikanan tangkap yang berbasis di PPI Lempasing. Berbagai kebijakan yang ada cenderung tidak menyelesaikan permasalahan konflik karena kurang mengakomodir kepentingan stakeholders yang ada di lokasi. Hal ini dapat disebabkan oleh kebijakan yang tidak disertai dengan petunjuk operasional. Kondisi ini semakin buruk bila ada beberapa jenis kebijakan atau peraturan yang diberlakukan untuk mengatur satu hal namun saling bertentangan. Selain itu, prinsip-prinsip prioritas dan pentahapan dalam pelaksanaan strategi belum dianut, padahal tingkat urgensinya tidak selalu sama. 4 Sejauh ini peran berbagai stakeholders terkait, baik yang terdapat di PPI Lempasing maupun di luar lokasi PPI Lempasing, dalam pelaksanaan strategi atau kebijakan pengelolaan perikanan tangkap belum dipetakan dengan jelas. Kalaupun ada, belum diketahui stakeholders yang berpengaruh secara signifikan dan tidak signifikan dalam mendukung strategikebijakan tersebut sehingga peran tersebut tidak dapat diarahkan secara tepat dan lebih berguna bagi kesejahteraan masyarakat di kawasan.

1.3 Tujuan Penelitian