36
daerah. Kedua dengan menyusun satellite accounts yang menghitung semua stok
dan fungsi lingkungan dalam bentuk fisik, tanpa mengkonversikan ke dalam nilai uang, kemudian ditambahkan ke dalam statistik pendapatan nasional atau daerah
Lange dan Duchin, 1993. Satellite accounts ini menyajikan gambaran yang lebih
lengkap tentang kondisi lingkungan hidup dan kekayaan sumberdaya alam. Ketiga
dengan penghitungan genuine saving, yang memasukkan pengurangan sumberdaya alam sebagai akibat dari pembangunan ekonomi, dalam penghitungan
statistik pendapatan negara atau daerah. Pendekatan ini mengungkapkan sesuatu yang seolah-olah sebagai keberhasilan pembangunan, tetapi sebenarnya telah
menimbulkan kerusakan sumberdaya alam yang dahsyat, dalam beberapa kasus bahkan menghasilkan a net negative genuine saving rate Dahuri et al. 1996.
II.11.3. Dimensi Sosial
Wujud pembangunan berkelanjutan di suatu wilayah, berdasarkan dimensi sosialnya dicirikan oleh terjadinya keadilan dalam distribusi pendapatan dan
kesempatan berusaha seluruh anggota masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, adanya kesetaraan gender, terjadinya partisipasi dan akuntabilitas
politik. Menurut Haq 1995 perspektif sosial dari pembangunan berkelanjutan berkembang dari konsep capabilities, functioning, endowments dan entitlements.
Hal ini menunjukan bahwa program-program pendidikan, kesehatan dan gizi masyarakat merupakan representasi dari investasi di bidang sumberdaya manusia
yang akan produktif untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi. Sementara itu Amartya Sen berpendapat pentingnya pergeseran dalam penekanan dari incomes
kepada outcomes, dari pertumbuhan pendapatan per kapita kepada perbaikan kualitas kehidupan yang lebih baik. Kedua school of thought ini kemudian
membentuk paradigma pembangunan manusia yang dikembangkan oleh UNDP pada tahun 1980-an.
Salah satu aspek terpenting penyempurnaan paradigma pembangunan manusia adalah dalam perlakuannya terhadap isu-isu lingkungan. The World
Commision on Environment and Development menempatkan kemiskinan dan
lingkungan sebagai hubungan sebab akibat dimana kemiskinan merupakan sebab utama dari kerusakan lingkungan.
37 Selanjutnya Chambers dalam Dahuri 2002 menyatakan bahwa
sustainable development harus dimulai pertama dan utamanya dengan upaya
pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan memberdayakan masyarakat miskin. Chambers lebih lanjut menyatakan bahwa the solution, is to ensure that the poor
have adequate command over resources, rights, and livelihoods. For the poor, secure property are essential to the stabilization of ecosystems.
Disinilah letak pentingnya konsepsi entitlements dan endowments dari Amartya Sen dalam
kerangka pemikiran dan pelaksanaan sustainable development. Dengan demikian dimensi sosial dari pembangunan berkelanjutan
mensyaratkan pentingnya pengembangan kebijakan dan program-program yang berorientasi langsung kepada kebutuhan dasar manusia; pemenuhan dan
perlindungan kepada masyarakat miskin; kesetaraan gender; pengembangan hak dan kepemilikan masyarakat terhadap sumberdaya; dan terjadinya partisipasi dan
akuntabilitas politik. Tanpa adanya kebijakan dan program tersebut maka pembangunan berkelanjutan akan berakhir pada kegagalan sebagaimana juga yang
terjadi pada model pembangunan yang berorientasi hanya kepada pertumbuhan saja.
Perwujudan langsung dimensi sosial dari pembangunan berkelanjutan ini
setidaknya tercermin dari hal-hal sebagai berikut.: • Pertama, investasi yang signifikan pada bidang pendidikan, kesehatan,
dan pelatihan sumberdaya manusia.
• Kedua, mendorong terjadinya keadilan dalam distribusi pendapatan
masyarakat.
• Ketiga, adanya kebijakan dan program yang menciptakan kesetaraan
gender. Beberapa hasil studi menunjukan adanya hubungan yang positif antara ketidaksetaraan gender dengan tingkat kemiskinan masyarakat.
Keadaan ini merupakan fenomena yang lazim dalam kehidupan masyarakat agraris di dunia ketiga, khususnya masyarakat nelayan.
Peran dan kedudukan sosial ini selanjutnya menempatkan perempuan di masyarakat nelayan pada kehidupan domestik dan ternyata memiliki
fungsi strategis dalam kehidupan ekonomi dan sosial, yakni bertanggungjawab dalam kesejahteraan keluarga. Persoalan lemahnya
38 kualitas SDM nelayan yang terjadi sepanjang ini, sejatinya tidak lepas
dari lemahnya kedudukan sosial perempuan nelayan dalam masyarakat.
• Keempat, terdapat dan berkembangya partisipasi masyarakat dan
akuntabilitas politik. Partisipasi masyarakat akan memberikan dua manfaat dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yaitu: a
menjamin adanya rasa memiliki terhadap program-program yang dilaksanakan, b menjamin bahwa masyarakat yang akan memperoleh
manfaat dari program-program yang dilaksanakan tersebut Dalam kerangka lebih luas lagi maka demokrasi merupakan elemen yang harus
ada dalam pembangunan berkelanjutan.
39
III. METODOLOGI PENELITIAN III.1. Kerangka Pemecahan Masalah
Wilayah pesisir merupakan sebuah ekosistem yang memiliki fungsi sebagai penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan, penyedia jasa lingkungan,
penyedia sumberdaya dan tempat pembuangan limbah. Wilayah pesisir terdiri dari daratan dan laut. Bagian laut mengandung sumberdaya yang sangat beragam
seperti perikanan dan energi, sedangkan bagian darat yang terdiri atas tanah memiliki potensi sumberdaya berdasarkan pemanfaatannya, seperti untuk
pertanian, perkebunan atau yang lainnya. Tanah yang sudah dimanfaatkan biasa disebut lahan.
Lahan di wilayah pesisir sangat rentan terhadap perubahan. Perubahan yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan degradasi terhadap ekosistem wilayah
pesisir. Untuk itu pengelolaannya perlu dilakukan secara hati-hati agar tercapai pengelolaan yang berkelanjutan. Dalam mengelola suatu lahan, perlu diingat
fungsi dari lahan tersebut. Secara umum, fungsi pokok wilayah pesisir dapat diklasifikasikan berdasarkan manfaatnya, yaitu manfaat ekologis, ekonomi dan
sosial. Manfaat ekologis lahan di wilayah pesisir adalah lestarinya ekosistem di wilayah pesisir sehingga sumberdaya alam yang ada dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan. Manfaat ekonomi merupakan manfaat yang paling dirasakan karena wilayah pesisir dapat memberikan produktivitasnya bagi berbagai aktivitas
perekonomioan masyarakat. Manfaat sosial lahan wilayah pesisir adalah tersedianya sumber mata pencaharian bagi masyarakat pesisir yang berdampak
pada tingkat pendapatan masyarakat pesisir. Setiap ekosistem alami wilayah pesisir memiliki empat fungsi pokok bagi
manusia, yaitu sebagai penyedia jasa-jasa lingkungan, jasa-jasa kenyamanan, sumberdaya alam dan sebagai penerima limbah. Dimana kemampuan dua fungsi
yang pertama sangat tergantung pada dua fungsi yang terakhir, ini berarti bahwa jika kemampuan dua fungsi terakhir dari suatu ekosistem alamiah tidak dirusak
oleh kegiatan manusia, maka fungsinya sebagai pendukung kehidupan dan penyedia jasa kenyamanan diharapkan dapat tetap terpelihara. Idealnya, agar
tercipta pembangunan wilayah pesisir yang berkelanjutan, penggunaan lahan tidak sepenuhnya diperuntukan sebagai zona pemanfaatan tetapi juga diperuntukan