106 pendatang yang pada umumnya berasal dari kampung mereka dengan membuka
lahan didaerah tersebut. Dari hasil analisis NPV nilai NPV per hektar selama kurun waktu 10 tahun
belum memberikan keuntungan bagi investor, bahkan nilai NPV Rp – 9 845 824 dengan discoun rate 10 , tetapi hal ini cendrung menaik untuk jangka waktu
sepuluh tahun kedepan.
V.6. Analisis Optimalisasi Penggunaan Lahan Di Kecamatan Muara Gembong
Guna melakukan perhitungan nilai optimal dilakukan pendekatan future value
dari pada pendekatan future value, hal ini mengingat pentingnya penekanan terhadap nilai mendatang di Kecamatan Muara Gembong. Kondisi existing
pemanfaatan lahan di jadikan faktor kendala dengan demikian model optimal berupaya mencari seberapa besar peruntukan konversi lahan yang dapat ditolerir
dengan menghasilkan manfaat ekonomi yang maksimal. 5 penggunaan lahan yang dipigunakan dalam model optimalisasi yang terdiri dari lahan sawah, lahan
tambak, lahan pemukiman, lahan tegalan, dan lahan mangrove. Dengan luas lahan terpilih berdasarkan maximal produktivitas dari penggunaan lahan sawah dan
tambak selama kurun waktu 10 dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2000. maka model optimalisasi berusaha mencari alokasi yang optimal pada setiap peruntukan
tersebut, dengan discount rate suku bunga menggambarkan unit rente dari lahan dan pemanfaatan lahan existing, sementara batas maksimal penggunaan lahan
yang dapat ditolerir sesuai dengan luas lahan pada nilai produktifitas maksimal selama kurun waktu 10 tahun
Dari Analisis simulasi optimalisasi penggunaan lahan di Kecamatan Muara Gembong dengan metode total economic value dengan 3 opsi penggunaan lahan,
dengan aplikasi program linier. Memasukkan estimasi future Value FV untuk lahan mangrove dan foregone benefit, yang diestimasi dengan substraksui dari
potensi net revenue dari kondisi existing, pada lahan budidaya. Untuk penggunaan aplikasi program linier, representasi fungsi tujuan,
maksimalisasi dari profit dan kendala berupa kondisi land use exisiting serta kendala konversi, yaitu batasan konversi sebesar 5 780 hektar untuk lahan tambak,
dan 2 036 hektar untuk lahan sawah nilai ini didapat dari hasil maksimal
107 produktifitas dalam kurun waktu 10 tahun penggunaan lahan dari tahun 1990 –
2000 . dengan total economic value TEV Tabel 18. Economic Loss perubahan penggunaan lahan
di Kecamatan Muara Gembong Penggunaan Lahan
Tambak Sawah
Tanpa Konversi Sawah
21 394 352 13 770 980
Tambak 10 340 420
28 394 382 Tegalan
20 240 531 14 520 410
7 002 671 Pemukiman
25 667 109 11 043 707
- 9 845 824 Mangrove
28 452 450 10 243 230
345 574 631 V.7.
Hasil Analisis Optimalisasi Penggunaan Lahan
Dari tabel di d ibawah diperoleh skenario pemanfaatan lahan berdasarkan perhitungan total economic value TEV yakni 1 tidak terjadinya pengurangan
daya dukung lahan untuk pengembangan kedepan , 2 menunjukkan terjadinya perubahan posistif dalam hal pemanfaatan lahan optimal dalam kurun waktu 10
tahun, maka nilai optimal yang dapat diperoleh seperti tabel di bawah ini . Dari hasil skenario penggunaan lahan seperti diuaraikan di atas,
menunjukkan bahwa pemanfaatan lahan di Kecamatan Muara Gembong dengan nilai maksimum objective Value sebesar Rp 652.796.929,-akan dapat dicapai
jika perubahan lahan di Kecamatan Muara Gembong apabila 1 Perubahan lahan tambak tidak melebihi 60 . 2 lahan tegalan dapat dikonversi seluruhnya karena
dianggap kurang produktif 3 sedangkan lahan mangrove karena mempunyai nilai TEV yang tinggi harus tetap dipertahankan.
108 Tabel 19 . Optimalisasi Penggunaan Lahan di Kecamatan Muara Gembong
Konversi Lahan Optimalisasi Ha
Tambak dari Tambak 4.888
Tambak dari Sawah 2.090
Tambak dari Pemukiman 399
Tambak dari Tegalan 405
Tambak dari Mangrove .
Sawah dari Tambak 2.192
Sawah dari Sawah .
Sawah dari Pemukiman .
Sawah dari Tegalan .
Sawah dari Mangrove .
Tanpa konversi Tambak 1.834
Tanpa konversi Sawah .
Tanpa konversi Pemukiman .
Tanpa konversi Tegalan .
Tanpa konversi Mangrove 1.490
Dari hasil analisa optimalisasi penggunaan lahan, di Kecamatan Muara Gembong dapat di klasifikasikan menjadi tiga zonasi yang sesuai dengan
ketentuan pengelolaan wilayah pesisir berkelanjutan, 1 zona perlindungan, 2 zona pengelolaan dan 3 zona penyangga.
Zona perlindungan yang sesuai dengan kaidah – kaidah pengelolan wilayah pesisir zecara berkelanjutan, dari hasil analisis diatas, zona perlindungan dapat
dilihat dari penggunaan lahan mangrove, yang hanya 398 hektar menjadi 1 490 hektar, karena mangrove dapat bermanfaat sebagai pelindung bagi habitat yang
berada di kecamatan tersebut. Sedangkan zona pengelolaan dapat dimanfaatkan lahan tambak dan sawah,
untuk sawah potensi saluran irigasi mengakibatkan lahan untuk sawah tetap, sedangkan untuk pemukiman lebih disebabkan oleh sarana dan prasarana yang
tidak ada dan tidak memiliki lahan yang sesuai. Sedangkan untuk tegalan
V.8. Analisa Degradasi Sumberdaya Lahan