Konsep Pengembangan Wilayah Pesisir Rencana Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Bekasi

114

V.9. Konsep Pengembangan Wilayah Pesisir

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW merupakan proses awal dari keseluruhan tahapan penataan ruang. RTRW adalah proses awal dari keseluruhan tahapan penataan ruang dan produk pengaturan yang berisi struktur dan pola pemanfaatan ruang. Struktur mengatur sistem pusat-pusat kegiatan beserta jaringan prasarana secara hierarkis, sedangkan pola pemanfaatan ruang bertujuan untuk mengatur wilayah dengan satuan-satuan deliniasi ruang yang fungsional sesuai dengan tujuan rencana dan kondisi daya dukung dan daya tampung sumberdaya . Perencanaan tata ruang wilayah pesisir sangat berperan untuk menserasikan kebutuhan pembangunan dengan kebutuhan untuk melindungi, melestarikan dan meningkatkan kualitas lansekap, lingkungan, habitat flora dan fauna serta untuk membangun kawasan budidaya. Rencana tata ruang wilayah pesisir diperlukan untuk menjaga kelestarian pantai di satu sisi dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada sisi yang lain. Maka dengan demikian diperlukan adanya kebijakan tata ruang untuk wilayah pesisir yang meliputi: kebijakan konversi lingkungan alam; kebijakan pembangunan yang khusus membutuhkan lokasi pantai; kebijakan mencegah bencana alam seperti banjir, erosi dan lian-lain; kebijakan rehabilitasi lingkungan, khususnya garis pantai yang rusak atau mengalami pergeseran.

V.10. Rencana Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Bekasi

Perencanaan tata ruang di Kabupaten Bekasi pada wilayah pesisir khususnya daerah pertanian harus mengikutsertakan aspek pengendalian kualitas air dan proteksi daerah penting. Pedoman yang berkaitan dengan pengaturan tata ruang tersebut antara lain perhatian terhadap pengendalian kualitas air agar tidak terjadi proses sedimentasi dan pencemaran perairan pesisir, serta menyediakan daerah penyangga Buffer zone antara daerah pertanian dan tepi perairan pesisir. Sejalan dengan kebijakan nasional dan provinsi, kebijakan tata ruang daerah ditujukan untuk mengurangi kesenjangan hubungan antara kepadatan penduduk, kondisi ekonomi dan pemanfaatan sumber daya alam serta potensi daerah lainnya. Pemanfaatan ruang wilayah meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Di 115 Kabupaten Bekasi, kawasan hutan lindung dan kawasan perlindungan setempat sempadan pantai, sempadan sungai, sedangakn kawasan budidaya meliputi kawasan budidaya pertanian, kawasan perikanan, kawasan pemukiman, kawasan peruntukan, kawasan industri, kawasan pertambangan, dan kawasan pariwisata. Rencana pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung termasuk sempadan sungaijalur hijau di wilayah Kabupaten Bekasi seluruhnya mencakup 11 092.5 hektar atau sekitar 8,7 dari luas wilayah kabupaten, yang meliputi : 1. Kawasan hutan lindung dan sempadan pantai 6 887.5 hektar, lokasinya berada di Kecamatan Muara Gembong dan di sekitar kawasan budidaya perikanan tambak yang terletak di bagian selatan Kecamatan Muaragembong. Di dalam kawasan ini sudah termasuk pantai. 2. Sempadan sungai dan jalur hijau 4 205 hektar, lokasinya tersebar di sepanjang sungai-sungai dan menjadi penyangga antara kawasan permukiman dan kawasan peruntukan industri. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya yang ada, rencana pemanfaatan ruang untuk pengembangan kawasan budidaya di wilayah Kabupaten Bekasi, mencakup penetapan lokasi kawasan budidaya pertanian dan non pertanian sebagai berikut : 1. Kawasan Pertanian Lahan Basah Kawasan pertanian lahan basah adalah kawasan yang fungsi utamanya untuk kegiatan pertanian lahan basah karena didukung kondisi topografi tanah yang sesuai dengan dukungan prasarana pengairan. Kawasan pertanian lahan basah ini pada dasarnya merupakan kawasan lahan bawah sawah sekarang yang tetap dipertahankan keberdaannya sebagai bagian dari sentra produksi padi di wilayah pantura Jawa Barat. Secara keseluruhan kawasan ini mempunyai luas sekitar 74 422 hektar. Lokasinya menyebar hampir di seluruh kaecamatan yaitu ; Kecamatan Serang, Kedungwaringin, Cibarusah, Pebayuran, Tambelang, Sukatani, Cibiung, Lemahabang, Setu dan kecamatan Cikarang Muara Gembong adalah bagian dari wilayah studi 2. Kawasan Pertanian Lahan Kering 116 Kawasan pertanian lahan kering adalah kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan pertanian lahan kering karena didukung oleh kondisi topografi tanah yang sesuai. Luasan kawasan ini secara keseluruhan sekitar 3 897.5 hektar yang lokasinya sebagian besar berada di Kecamatan Cibarusah 2.850 hektar, Kecamatan Serang 885 hektar dan di Kecamatan Setu 162.5 hektar. Di dalam kawasan ini dikembangkan kegiatan budidaya pertanian tanaman pangan lahan kering berupa kebun campuran, ladang, serta hortikultura. Di dalam kawasan ini masih dimungkinkan adanya kegiatanpemanfaatan ruang peternakan, pemukiman perdesaan. 3. Kawasan Pertanian Tanaman Tahunan Kawasan pertanian tanaman tahunan adalah kawasan di luar kawasan lindung yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan budidaya tanaman tahunantanaman keras karena didukung oleh kondisi dan topografi tanahnya sesuia. Kawasan ini diperuntukkan bagi jenis-jenis tanaman keras yang menunjang konservasi tanah dan air. Luas kawasan ini secara keseluruhan sekitar 4 232.5 hektar yang tersebar di Kecamatan Cibarusah seluas 757.5 hektar, Kecamatan Serang seluas 475 hektar dan Kecamatan Setu seluas 3 000 hektar. Kawasan budidaya tanaman tahunan ini berupa kebun campuran, ladang dan huma. Dalam pengembangannya, pada kawasan ini masih dimungkinkan adanya budidaya pertanian lainnya serta dan permukiman perdesaan secara terbatas. 4. Kawasan Perikanan Tambak Kawasan perikanan adalah kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan perikanan dan segala kegiatan penunjangnya. Kawasan ini di Kabupaten Bekasi merupakan kawasan budidaya tambak yang secara keseluruhan memiliki luas 8.565 hektar yang tersebar di dua kecamatan yaitu Kecamatan Muara Gembong dan Babelan. 5. Kawasan Permukiman Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawaaaaan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan 117 dan penghidupan. Sesuai dengan karakteristiknya, pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Bekasi dibedakan. 1. Kawasan permukiman perkotaan merupakan bagian dari kawasan perkotaan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian. Pengembangan kawasan permukiman ini perlu dikaitkan serasi dengan pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi perkotaan. Kawasan ini secara fisik berwujud sebagai permukiman skala besar 100 Hektar serta permukiman yang telah ada yang secara keseluruhan mencakup luasan sekitar 10 548 hektar, dimana luas untuk sarana tempat tinggal kavling efektif seluas 6 329 hektar. Sedangkan luas lahan untuk fasilitas sosial dan fasilitas umum pada kawasan permukiman perkotaan direncanakan 40 dari luas kawasan atau sebesar 4 219 hektar. Kawasan permukiman perkotaan ini lokasinya tersebar di Kecamatan Cikarang, Cibitung, Tambun, Lemahabng, Setu, dan Kecamatan Serang. 2. Kawasan permukiman perdesaan merupakan bagain dari kawasan perdesaaan yang mempunyai kegiatan untuk pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam, yang pengembangannya perlu dikaitkan dengan desa-desa yang berfungsi sebagi pusat pertumbuhan karena terkait dengan pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi perdesaaan. Kawasan permukiman perdesaaan secara keseluruhan memiliki luas sekitar 4 321 hektar. Kawasan perdesaan ini lokasinya tersebar di Kecamatan Muara Gembong, Tarumajaya, Bebelan, Cabang Bungin, Tambelang, Sukatani, Pebayuran, Cibarusah dan Kecamatan Kedung Waringin. Mengacu kepada perencanaan tata ruang wilayah Bekasi maka hasil analisa optimalisasi penggunaan lahan di Kecamatan Muara Gembong, dapat memberikan kontribusi dalam implementasi pengelolaan wilayah pesisir yang berkelanjutan. 118

V.11. Implikasi Kebijakan