24 benefit secara langsung, namun pendekatan ini menggunakan nilai minimum
untuk mengukur kompensasi yang diberikan apabila kehilangan nyawa atau sakit dan sebagainya. Pendekatan ini sering menjadi kontroversi mengingat adanya
faktor etis dan kultural yang sering tidak bisa diukur dengan nilai moneter semata Fauzi 2000a.
Metode Surrogate Market dikembangkan dari teori atribut atau karakteristik Lancaster 1966. Pada dasarnya metode ini menggunakan barang
dan jasa substitusi atau komplementer untuk menilai perubahan-perubahan yang terjadi pada sumberdaya alam dan lingkungan yang tidak teramati Fauzi, 2000b.
Metode ini terdiri dari: 1. Travel Cost Method TCM
Metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi. Dengan mengetahui pola ekspenditur, dapat dikaji
berapa nilai yang diberikan konsumen pada sumberdaya alam dan lingkungan. Jika biaya ekspenditur nol, maka utilitas marjinal sumberdaya alam tersebut
adalah nol. 2.
Property Value Approach Metode ini mengkaji nilai amenities dari lingkungan berdasarkan nilai dari
aset-aset properti seperti lahan atau rumah. Namun pendekatan ini sering dipadukan dengan teknik statistika sehingga kemungkinan timbul bias cukup
potensial. 3.
Wage Differential Approach Metode ini menggunakan tingkat upah sebagai tolok ukur kualitas lingkungan.
Perbedaan tingkat upah antara pekerja yang bekerja di daerah terpolusi dengan yang tidak terpolusi dapat dilihat dari indikasi tingkat kerusakan
lingkungannya. Sama dengan Property Value, pendekatan ini sering dipadukan dengan teknik statistika sehingga sangat sensitif terhadap
spesifikasi model.
II.8.2. Valuasi Ekonomi Berdasarkan Biaya Cost-based Valuation
Sulitnya pengolahan data pada penilaian ekonomi dari sisi manfaat, lebih dikarenakan banyaknya data yang sulit dikonversi kedalam nilai moneter.
Alternatif lainnya adalah menilainya dari segi biaya. Dengan demikian biaya
25 menjadi tolok ukur untuk menilai manfaat dari lingkungan Fauzi 2000b.
Beberapa metode yang sering digunakan untuk valuasi berdasarkan biaya, antara lain:
1. Replacement Cost
Metode berdasarkan pengukuran biaya yang dikeluarkan untuk mengganti aset produktif yang rusak akibat dampak lingkungan yang kurang baik. Biaya
tersebut digunakan sebagai perkiraan minimum manfaat yang diperoleh untuk memelihara maupun memperbaiki lingkungan. Pendekatan ini bisa digunakan
untuk menilai indirect use values pada kondisi dimana data ekologi sulit diperoleh. Akan tetapi pendekatan ini bisa menimbulkan penilaian yang
berlebih atas willingness to pay, jika yang tersedia hanya indikator-indikator fisik semata.
2. Shadow Project
Prinsipnya sama dengan Replacement Cost, hanya pada metode ini investasi digunakan sebagai acuan turunnya produktifitas akibat kerusakan.
3. Preventive Expenditure
Metode ini merujuk kepada metode pengukuran biaya yang dikeluarkan untuk mencegah terjadi degradasi lingkungan. Metode ini berguna untuk mengukur
indirect use values dimana teknologi pencegahan kerusakan lingkungan
tersedia. 4.
Relocation Cost Metode ini didasari dari pemikiran individu yang merasa terancam dengan
kondisi lingkungan yang memburuk, sehingga bermigrasi ke tempat lain. Biaya relokasi menjadi acuan untuk mengukur hilangnya manfaat akibat
menurunnya kualitas lingkungan. Pendekatan ini berguna bagi penilaian relokasi massal. Kelemahannya bisa menimbulkan understate karena bisa saja
manfaat yang diperoleh di lokasi baru jauh lebih rendah dari lokasi asal. Selain metode diatas, valuasi ekonomi juga mempunyai metode yang
berdasarkan pada pendekatan survey. Metode yang paling populer dalam pendekatan ini adalah Contingen Valuation Method CVM. Pendekatan CVM
berdasarkan dari keinginan membayar sekelompok masyarakat Willingness to Pay
dan keinginan untuk menerima kerusakan suatu lingkungan perairan
26 Willingness to Accept. Pendekatan memiliki beberapa kelemahan yang perlu
diperhatikan, terutama adalah timbulnya bias. Bias terjadi karena adanya nilai yang overstate atau yang understate dari nilai yang sebenarnya. Bias ini muncul
dari kesalahan dalam merancang dan menerapkan strategi dan kesalahan dalam rancangan penelitian Fauzi, 2000b.
Masalah yang sering timbul dalam menilai dampak lingkungan adalah minimnya data yang tersedia dan biaya untuk melakukan penelitian secara
komprehensif. Menurut Fauzi 2000b, salah satu solusi yang diusulkan adalah dengan menilai perkiraan benefit dari tempat lain, hasilnya ditransfer untuk
memperoleh perkiraan kasar mengenai manfaat dari lingkungan. Metode ini dikenal dengan nama benefit transfer. Berbagai pertimbangan, terutama masalah
biaya, manfaat, desain dan koleksi data untuk keperluan di tempat asal perlu dipikirkan secara matang sebelum teknik ini dilaksanakan karena belum adanya
kesepakatan baku dalam menggunakan metode ini Fauzi 2000b. Krupnick 1993 dalam Fauzi 2000c, menyatakan kapan dan dalam situasi yang
bagaimana benefit transfer bisa. Metode benefit transfer dapat dilakukan jika sumberdaya alam tersebut memiliki ekosistem yang sama baik dari segi tempat
maupun segi karakteristik pasar. Oleh karena itu sulit dilakukan untuk sumberdaya alam wetland seperti mangrove dan sejenisnya karena nilai yang
diperoleh akan sangat tergantung pada tempat dan karakteristik populasi. Teknik valuasi ekonomi dengan pendekatan tertentu sering tidak berlaku
pada kondisi kenyataan dimana sebegitu kompleksnya lingkungan dan sumberdaya alam yang diteliti. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, para
peneliti mengembangkan suatu pendekatan yang disebut Multi-criteria Analysis. Pendekatan ini merupakan kombinasi dari pnedekatan dan metode yang terdahulu.
Dengan tujuan hasil dari penelitiannya lebih mendekati pada kebenaran dan solusi yang keluar lebih sesuai dengan kenyataan di lapangan.
II.9. Analisa Degradasi Sumberdaya Lahan