Analisa Degradasi Sumberdaya Lahan

108 Tabel 19 . Optimalisasi Penggunaan Lahan di Kecamatan Muara Gembong Konversi Lahan Optimalisasi Ha Tambak dari Tambak 4.888 Tambak dari Sawah 2.090 Tambak dari Pemukiman 399 Tambak dari Tegalan 405 Tambak dari Mangrove . Sawah dari Tambak 2.192 Sawah dari Sawah . Sawah dari Pemukiman . Sawah dari Tegalan . Sawah dari Mangrove . Tanpa konversi Tambak 1.834 Tanpa konversi Sawah . Tanpa konversi Pemukiman . Tanpa konversi Tegalan . Tanpa konversi Mangrove 1.490 Dari hasil analisa optimalisasi penggunaan lahan, di Kecamatan Muara Gembong dapat di klasifikasikan menjadi tiga zonasi yang sesuai dengan ketentuan pengelolaan wilayah pesisir berkelanjutan, 1 zona perlindungan, 2 zona pengelolaan dan 3 zona penyangga. Zona perlindungan yang sesuai dengan kaidah – kaidah pengelolan wilayah pesisir zecara berkelanjutan, dari hasil analisis diatas, zona perlindungan dapat dilihat dari penggunaan lahan mangrove, yang hanya 398 hektar menjadi 1 490 hektar, karena mangrove dapat bermanfaat sebagai pelindung bagi habitat yang berada di kecamatan tersebut. Sedangkan zona pengelolaan dapat dimanfaatkan lahan tambak dan sawah, untuk sawah potensi saluran irigasi mengakibatkan lahan untuk sawah tetap, sedangkan untuk pemukiman lebih disebabkan oleh sarana dan prasarana yang tidak ada dan tidak memiliki lahan yang sesuai. Sedangkan untuk tegalan

V.8. Analisa Degradasi Sumberdaya Lahan

Menurut Fauzi dan Anna 2004, Degradasi dapat diartikan penurunan kualitas kuantitas sumberdaya alam dapat diperbarukan dalam bentuk fisik, dimana sumberdaya alam yang dapat diperbaharui ini berkurang kemampauan alaminya dalam beregenarsi sesuai kapasitas produksinya. keadaan ini bisa 109 disebabkan karena kondisi alami maupun karena pengaruh aktivitas manusia, Fauzi dan Anna 2004 juga mengatakan kebanyakan degradasi yang terjadi di wilayah pesisir dan laut Indonesia akibat aktivitas produksi dan non produksi. Untuk melakukan perhitungan degradasi, analisis lebih mengarah kepada lahan ekonomis yang dilihat dari sisi aspek penggunan lahan pemukiman dan dari sisi aspek lahan Budidaya yang meliputi lahan sawah, tambak, tegalan. Perhitungan degradasi lahan di wilayah pesisir mengalamai modifikasi dari perhitungan basis mengingat adanya perubahan peruntukan lahan lahan ekonomis dan non ekonomis dalam simulasi template gambar berikut digambarkan keterkaitan lima variable stok yang mempengaruhi degradasi lahan yaitu : potensi lahan ekonomis, stok lahan ekonomi, pemanfaatan lahan pemukiman, kesuburan lahan dan perkembangan penduduk Sebagaimana terlihat pada gambar dibawah, laju degradasi lahan dihitung berdasarkan laju konversi lahan akibat pemanfaatan lahan ekonomi dan laju degradasi kesuburan lahan yang dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi dan kegiatan pertanian dan kegiatan non ekonomi seperti lahan pemukiman. Perubahan laju degradasi lahan pada prinsipnya dipengaruhi oleh perubahan laju konversi dari potensi lahan ekonomi menjadi stok lahan ekonomi oleh pertanian dan laju konversi dari lahan ekonomi menjadi lahan pemukiman. Laju konversi yang kedua ini akan sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk di wilayah pesisir. Pemanfaaatan lahan ekonomi seperti untuk pertanian, mau tidak mau akan mempengaruhi tingkat kesuburan lahan yang akan mempercepat proses laju degradasi melalui konversi kesuburan lahan dari berbagai aktivitas. 110 land fertility land fert regeneration land fert degradation land fert degradation rate land fert gener time lahan ekonomis pemanfatan lahan pemukiman potensi lahan ekonomis laju konversi1 laju konversi2 laju erosi lahan avg life land lahan pemukimankapita kebutuhan lahan land development time init potensi lahan population growth exit rate porsi lahan pertanian init lahan pemukiman init popul init land fert inherent land fer init lahan ekonomis This Land Degradation Model was developed by A. Fauzi. Copyright 2004 Sumber : A Fauzi 2004 Gambar 23. Simulasi Degradasi lahan di Kecamatan Muara Gembong Keterangan : Initial Condition - Lahan Ekonomi - Lahan Pemukiman - Land Fertility - Populasi - Potensi Lahan Variabel Sistem - Pemanfaatan Lahan pemukiman - Land fertility - Potensi lahan ekonomi - Populasi - Lahan Ekonomi Elemen Sistem - Laju Konversi 1 - Laju Konversi 2 - Laju Erosi Lahan - Land Fertility Degradation - Land Fertility Regeneration - Growth - Exit rate 111 Dari hasil simulasi di atas didapat hasil peningkatan populasi selama kurun waktu 20 tahun. Dari kurva dibawah ini terlihat adanya peningkatan jumlah populasi yang cukup siqnifikan. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa sesuai data di lapangan ternyata terjadi peningkatan pemanfaatan lahan pemukiman yang cukup signifikan akibat kebutuhan lahan yang tinggi, sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan laju konversi dari sekitar 21 hektar per tahun menjadi 300 hektar per tahun pada 20 tahun kemudian. Sementara itu untuk potensi lahan ekonomi terjadi penurunan luasan dari sekitar 11 303 hektar , menjadi sekitar 200 000 hektar dalam 20 tahun kedepan , dengan laju konversi tetap sebesar 1 600 hektar sampai 125 tahun ke depan , penurunan lahan ekonomis ini lebih dikarenakan pemanfaatan pemukiman seperti dijelaskan diatas. Untuk kebutuhan lahan per kapita , terjadi peningkatan dari 5 hektar per tahun menjadi sekitar 6 hektar pertahun selama 15 tahun. Peningkatan kebutuhan yang relatif kecil ini terjadi karena menurunya lahan ekonomi. Gambar 24. Simulasi pemanfaatan lahan pemukiman Peningkatan jumlah penduduk akan mempengaruhi terhadap permintaan lahan untuk pemukiman, di Kecamatan Muara Gembong peningkatan penduduk H ek ta r 112 dalam kurun waktu 15 tahun akan meningkatkan permintaan akan lahan pemukiman sehingga mencapai 1700 hektar, pada tahun 2010. dengan bertambahnya lahan pemukiman berarti akan mempengaruhi terhadap lahan lainnya, seperti hutan mangrove dan lahan budidaya lainnya. Penggunaan lahan untuk pemukiman juga akan mempengaruhi terhadap keberadaaan sumberdaya pesisir seperti lahan mangrove, hal ini disebabkan oleh fungsi kayu mangrove dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai bahan bangunan. Gambar 25. Simulasi potensi lahan ekonomi Dengan meningkatnya lahan pemukiman, berarti lahan budidaya dan lahan mangrove akan merkurang secara drastis, hal ini dapat ditimbulkkan apabila masarakat di Kecamatan Muara Gembong bekerja disektor pertanian, akibat dari pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi selama kurun waktu 20 tahun yang berarti akan menyebabkan terjadinya konversi lahan berdasarkan simulasi degradasi penggunaan lahan pada tahun keempat nilai ekonomi dari lahan di Kecamatan Muara Gembong akan habis. Hal ini dapat dilihat apabila dikaitkan penggunaan lahan dengan produktifitas lahan dalam kurun waktu 10 tahun. H ek ta r 113 Gambar 26. Analisis simulasi kebutuhan lahan Sementara analisis laju degradasi subur ferti land hanya tinggi pada awal tahun pengamatan 300 hektar per tahun dan menurun dengan drastis pada tahun pertama, untuk selanjutnya meningkat kembali dan konstan pada laju 0 hektar per tahun dari tahun ke 2 sampai tahun 20. Untuk laju erosi lahan, pada kondisi awal mencapai 3 000 hektar per tahun, untuk kemudian menurun sampai mencapai sekitar 2 500 hektar per tahun pada tahun 20. kondisi ini terjadi karena adanya proses alamiah dan juga perubahan pola tanam dan penggunaan lahan di Kecamatan Muara Gembong. Dari hasil analisis simulasi degradasi lahan terlihat bahwa dengan memasukkan nilai optimalisasi penggunaan lahan dengan laju konversi yang terjadi pada saat ini akan mengakibatkan potensi lahan ekonomi pada tahun keempat akan habis, sedangkan untuk lahan subur land fertility dengan kondisi eksisting akan terjadi hal yang sama. Untuk itu perlu dilakukan suatu kebijakan dalam pengendalian penggunaan lahan. H ek ta r 114

V.9. Konsep Pengembangan Wilayah Pesisir