63
V.2. Produktivitas Maksimal
Menurut Ress dalam Fauzi 2004 dalam pengukuran sumber daya dapat diperbaharui Flow dapat diukur dengan beberapa cara, salah satu pengukuran
dilakukan dengan kapasitas daya dukung, pengukuran kapasitas ini didasari oleh pemikiran bahwa kapasitas maksimum untuk mendukung suatu pertumbuhan
organisme. Dimana Pertumbuhan yang terus menerus akan menimbulkan kompetisi terhadap ruang sampai daya dukung lingkungan tidak mampu lagi
mendukung pertumbuhan. Analisis Produktivitas maksimal yang dihasilkan dari lahan dalam kurun
waktu tertentu dapat dijadikan sebagai pengukuran sumber daya. Hal ini berhubungan dengan kapasitas kemampuan lahan untuk menghasilkan suatu
produksi tergantung dengan faktor yang berhubungan dengan kondisi kemampuan lahan internal seperti sifat fisik dan kimia yang dikandung yang mempengaruhi
terhadap tingkat kesuburan, dan faktor luar seperti pemupukan, curah hujan, dan lainnya, faktor-faktor tersebut mempengaruhi terhadap produksi yang dihasilkan
dalam suatu penggunaan lahan. Dengan demikian maka produktivitas maksimal yang dapat dihasilkan oleh lahan dengan semua faktor yang mempengaruhinya,
merupakan produksi optimal dalam penggunaan lahan.
V.2.1. Produktivitas Maksimal Untuk Lahan Tambak
Penggunaan tambak di Kecamatan Muara Gembong dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2000 luas penggunaan lahan tambak mengalami peningkatan
seluas 3 283 hektar, yaitu dari 5 631 hektar tahun 1990 menjadi 8 914 hektar tahun 2000. Penggunaan tambak pada umumnya dimanfaatkan untuk tambak
udang yang mencapai rata-rata 88.37 dari total luas tambak. Apabila dibandingkan dengan luas panen menunjukkan penurunan persentase luas panen
yaitu 96 tahun 1990 menjadi 79 tahun 1999 turun 20. Penurunan luas panen ini berkaitan dengan adanya penurunan produktivitas udang yang
dihasilkan. Penggunaan lahan tambak tahun 1990 seluas 5 631 hektar dengan diperoleh hasil dari per hektar lahan tambak yaitu sebesar 1.3 ton. Sedangkan
pada tahun 2000 luas penggunaan lahan tambak meningkat menjadi 8 914 hektar dengan diperoleh hasil tambak sebesar 1.2 ton. Hal ini menggambarkan bahwa
meskipun luas penggunaan lahan tambak dari tahun ke tahun selalu mengalami
64 peningkatan namun hasil tambak tidak memberikan produksi yang maksimal, hal
ini dikarenakan lahan tambak tersebut hanya dijadikan sebagai komoditi, dimana nilai lahan lent rent akan berbeda apa bila dikonversi dari hutan mangrove
menjadi tambak. Tabel 7. Produktivitas Lahan Tambak udang tahun 1990 sampai tahun 2000 di
Kecamatan Muara Gembong Tahun
Penggunaan lahan Tambak ha
Luas Panen Udang ha
Produktivitas tonha
1990 5 631
5 406 96
1.3 1991
6 543 6 150
94 1.5
1992 6 955
6 398 92
1.6 1993
7 503 7 203
96 1.3
1994 7 782
7 203 93
1.9 1995
8 285 6 959
84 1.5
1996 8 704
7 659 88
1.4 1997
8 823 7 147
81 1.2
1998 8 867
7 094 80
1.2 1999
8 876 7 012
79 1.2
2000 8 914
7 933 89
1.2 Sumber : DKP 2000, BPS 2000.
Dari tabel di atas menunjukan pula bahwa produktivitas tambak untuk budidaya udang tertinggi pada tahun 1994 mencapai 1.9 ton per hektar dengan
produksi sebesar 13 686 ton dan tidak pernah mencapai atau mendekati produktivitas tersebut.
Hal ini menggambarkan bahwa pada jangka panjang apabila tidak ada perbaikan sistim pengelolaan tambak untuk budidaya udang misalnya dengan
peningkatan kualitas air, pemberantasan hama dan penyakit maka pengusahaan tambak udang tidak akan efisien lagi berarti pengelolaan tambak tidak akan
sustainable .
Menurut Fauzi 2004 Untuk itu perluasan lahan tambak udang di Kecamatan Muara Gembong tidak efektif, sehingga perlu dilakukan peningkatan hasil
produksi tanpa perluasan penggunaan lahan tambak peningkatan intensifikasi tambak.
65
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000 8000
9000 10000
19 90
19 91
19 92
19 93
19 94
19 95
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
h e
k ta
r
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
1.4 1.6
1.8 2
to n
h e
k ta
r
penggunaan lahan tambak udang ha Produktivitas tonha
Gambar 6. Produktivitas maksimal Untuk Lahan Tambak Udang dari tahun 1990 sampai tahun 2000 di kecamatan Muara Gembong
Penggunaan lahan tambak untuk budidaya Bandeng hanya sebesar 10 dari total luas tambak, namun pada musim panas setelah panen Udang
masyarakat melakukan pembudidayaan Bandeng mencapai 40 dari luas tambak. Budidaya Bandeng pada musim panas dilakukan untuk mengantisipasi
kekosongan penggunaan tambak sampai pada saat pembudidayaan udang pada musim budidaya berikutnya. Alternative ini dikarenakan udang sangat sensitive
pada peningkatan suhu air pada musim panas yang berdampak pada peningkatan salinitas air. Dengan demikian bandeng merupakan alternative pemanfaatan lahan
tambak, setelah panen udang dan dapat meningkatkan income bagi masyarakat.
66 Tabel 8. Produktivitas Lahan Tambak Bandeng dari tahun 1990 sampai tahun
2000 di kecamatan Muara Gembong Tahun
Penggunaan Lahan Tambak ha
Luas Panen Bandeng ha
Produktivitas Tonha
1990 5 631
1 689 96
1.8 1991
6 543 1 387
94 1.7
1992 6 955
1 864 92
1.7 1993
7 503 2 341
96 1.6
1994 7 782
2 366 93
1.8 1995
8 285 2 320
84 1.9
1996 8 704
2 263 88
1.8 1997
8 823 1 976
81 1.5
1998 8 867
2 128 80
1.7 1999
8 876 2 840
79 1.6
2000 8 914
2 853 89
1.6 Sumber : DKP 2000, BPS 2000.
Berdasarkan data pada tabel di atas ini menunjukkan bahwa penggunaan lahan tambak untuk Bandeng mengalami peningkatan, namun tetap berada pada
kisaran 40 dari total penggunaan tambak, sebab penggunaan lebih difokuskan untuk Udang. Bila dikaitkan antara luas panen dengan produksi tambak bandeng
menunjukkan bahwa seiring dengan adanya peningkatan luas panen terjadi peningkatan produksi yaitu dari pada tahun 1990 sebesar 3 041 ton per hektar
menjadi 4 564 ton per hektar pada tahun 2000. Meskipun dengan peningkatan luas tambak budidaya bandeng namun tidak diiringi dengan peningkatan hasil
produksi, bahkan mengalami penurunan. Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 1995 yaitu sebesar 1.9 ton per hektar dengan produksi sebesar 4 407 ribu
ton, namun pada tahun 2000 produktivitas ini mencapai angka terendah yaitu sebesar 1.6 ton per hektar. Kondisi ini menggambarkan bahwa penggunaan
tambak untuk budidaya bandeng tidak jauh berbeda dengan untuk budidaya udang, sehingga budidaya tambak bandeng untuk jangka panjang apabila tidak
ada peningkatan intensifikasi misalnya dengan peningkatan kualitas air, pemberantasan hama dan penyakit maka pengusahaan tambak budidaya bandeng
akan merugi.
67
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
19 90
19 91
19 92
19 93
19 94
19 95
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
h e
k ta
r
0.5 1
1.5 2
to n
h e
k ta
r
Penggunaan Lahan Tambak Bandeng ha Produktivitas tonha
Gambar 7. Produktivitas maksimal Untuk Lahan Tambak Bandeng
V.2.2. Produktivitas Maksimal Untuk Lahan Sawah