Umumnya mereka bekerja sebagai staff kelurahan, pedagang, buruh, wiraswasta dan karyawan pabrik.
Untuk tingkat pendidikan SLTA dan Perguruan tinggi, masing-masing memberikan rata-rata nilai keberadaan hutan mangrove Angke Kapuk sebesar Rp.
47.100,- per ha per tahun dan Rp. 61.333,- per ha per tahun. Berdasarkan luas wilayah penelitian yaitu hutan lindung, Suaka Margasatwa Muara Angke, hutan
wisata dan kebun pe mbibitan kehutanan yang luasnya 180,11 ha, dan jumlah populasi Kepala Keluarga di tiga kelurahan tersebut, didapatkan nilai keberadaan
hutan Angke Kapuk rata-rata sebesar Rp. 4.393.489,- per ha per tahun atau sebesar Rp. 791.311.418,20,- per tahun Lampiran 4.
5.2.6. Estimasi Nilai Manfaat Total Hutan Mangrove Angke Kapuk
Nilai manfaat total hutan mangrove Angke Kapuk adalah merupakan penjumlahan dari nilai manfaat langsung, nilai manfaat tidak langsung, nilai pilihan,
nilai pewarisan dan nilai keberadaan. Perhitungan jumlah nilai manfaat total didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut :
• Antara nilai-nilai tersebut tidak terdapat saling tumpah tindih duplikasi
penilaian, •
Masing-masing nilai bersifat non rivalry terhadap nilai yang lain sehingga penilaian terhadap suatu nilai tidak mempengaruhi menambah atau
mengurangi nilai yang lain, •
Terhadap sebagian kawasan atau seluruh kawasan tersebut tidak dilakukan konversi yang menyebabkan perubahan lahan secara signifikan.
Tabel 9. Ringkasan Perhitungan Nilai Manfaat Total Hutan Angke Kapuk
Nilai Manfaat No
Manfaat Nilai Manfaat Rphathn
Rpthn Persentase
1 Manfaat langsung
15.178.879,- 855.257.200,-
20,43 2
Manfaat tidak langsung 52.422.880,-
2.389.773.331,- 57,07
3 Manfaat pilihan
642.630,- 115.744.089,-
2,76 4
Manfaat pewarisan 780.500,-
35.000.000,- 0,84
5 Manfaat keberadaan
4.393.489,- 791.311.418,-
18,90
Total 73.418.378,-
4.187.086.038,- 100,00
Sumber : Data Primer Penelitian 2005
Manfaat Langsung, 20.43
Manfaat Tidak Langsung, 57.07
Manfaat Pilihan, 2.76
Manfaat Pewarisan, 0.84
Manfaat Keberadaan,
18.90
Berdasarkan Tabel 9 di atas, nilai manfaat total hutan mangrove Angke Kapuk sebesar Rp. 4.187.086.038,- per tahun. Dari nilai total tersebut, nilai
manfaat tidak langsung memberikan sumbangan terbesar yaitu Rp. 2.389.773.331,- dari nilai manfaat total.
Nilai-nilai manfaat tidak langsung yang dihitung dalam penelitian ini adalah nilai manfaat tidak langsung sebagai penahan abrasi, penyerap karbon, dan
penjaga kestabilan siklus makanan. Penilaian sebagai penahan abrasi memberikan kontribusi terbesar sebagai nilai manfaat tidak langsung. Nilai
manfaat kedua terbesar setelah nilai manfaat tidak langsung adalah nilai manfaat langsung yang memberikan nilai sebesar Rp. 855.257.200,- per tahun, kemudian
diikuti oleh nilai manfaat keberadaan sebesar Rp. 791.311.418,-. Berdasarkan distribusi persentasenya, nilai manfaat tidak langsung
memberikan persentase terbesar yaitu 57,07, kemudian nilai manfaat langsung sebesar 20,43 dan nilai manfaat keberadaan sebesar 18,90. Lebih jelasnya
pada Gambar 28 berikut ini.
Gambar 28. Distribusi Nilai Manfaat Total Hutan Mangrove Angke Kapuk Nilai ekonomi total hutan mangrove Angke Kapuk yang meliputi hutan
lindung, Suaka Margasatwa Muara Angke, hutan wisata dan kebun pembibitan adalah sebesar Rp. 4.187.086.038,- per tahun atau Rp. 73.418.378,- per ha per
tahun. Kawasan hutan Angke Kapuk yang dikelola pemerintah seluas 327,70 ha, dan yang dikelola oleh PT. Mandara Permai seluas 827,18 ha yang dikonversi
menjadi pemukiman Pantai Indah Kapuk dengan sarana dan prasarananya. Apabila dihitung nilai ekonomi total sebelum terjadi konversi yang dilakukan PT.
Mandara Permai, maka nilai total ekonomi hutan Angke Kapuk seluas 1154,88 ha sebesar Rp. 84.789.416.385,- per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum
terjadi konversi, hutan mangrove memberikan manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan setelah terjadi konversi menjadi areal pemukiman maupun areal
fungsi lahan lainnya. Mengingat fungsi dan nilai hutan mangrove yang sangat strategis, perlu
dilakukan upaya aktif bagi perlindungan dan pelestarian bagi kawasan hutan Angke Kapuk yang tersisa. Beberapa aspek yang menunjang dan perlu lebih
diperhatikan adalah : 1 Aspek sumber daya manusia berupa pendidikan, pelatihan dan penyuluhan bagi aparatur pemerintah dan masyarakat, 2 Aspek
kelembagaan, berupa rancangan peraturan perundangan antar lembaga pemerintah tentang bentuk-bentuk pengelolaan dan pelestarian mangrove. 3
Aspek tata ruang, berupa penataan yang sesuai fungsi, peruntukan dan pemanfaatannya, sehingga ada pembagian tugas dan kewenangan yang jelas bagi
masing-masing instansi di pusat dan daerah dalam merencanakan, memanfaatkan dan mengendalikan penggunaan ruang yang berfungsi sebagai kawasan
konservasi.
5.3. Analisis WTP Pantai Indah Kapuk 5.3.1. Keragaan WTP Pantai Indah Kapuk