III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di sekitar kawasan hutan mangrove Angke Kapuk. Penentuan lokasi desakelurahan yang akan dijadikan desa contoh
penelitian adalah secara purposive sampling. Lokasi yang menjadi penelitian adalah Kelurahan Kapuk Muara. Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Pluit.
Pemilihan desakelurahan didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan bahwa desakelurahan tersebut berada di dekat hutan mangrove yang telah dikonversi
menjadi areal pemukiman yaitu pada Kelurahan Kapuk Muara, dan areal pertambakan yaitu pada Kelurahan Kamal Muara.
Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan September 2005 hingga Pebruari 2006.
Lokasi Penelitian
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian
3.2. Metode Pengumpulan Data
3.2.1. Pengumpulan Data Untuk Analisis Estimasi Nilai Ekonomi Hutan
Mangrove
Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara : a. Studi data sekunder mengenai kawasan hutan Angke Kapuk yang diperoleh
dari instansi-instansi terkait. b. Wawancara dengan responden.
Pemilihan responden dilakukan terhadap masyarakat disekitar dan masyarakat lain pelaku yang mempunyai akses terhadap hutan mangrove
dengan cara purposive sampling. Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel tidak secara acak melainkan berdasarkan pertimbangan
tertentu Singarimbun 1995. Responden yang dipilih sebanyak 105 orang yang terdiri dari penduduk sekitar yang mengambil manfaat dari hutan mangrove.
Wawancara dilakukan dengan masing-masing responden untuk memperoleh perkiraan nilai ekonomi yaitu : manfaat langsung, manfaat tidak
langsung, manfaat pilihan, dan manfaat keberadaan dari hutan mangrove Angke Kapuk.
3.2.2. Pengumpulan Data Untuk Analisis Contingent Valuation Method CVM
Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara : a. Studi data sekunder mengenai kawasan hutan Angke Kapuk yang diperoleh
dari instansi-instansi terkait. b. Wawancara dengan responden.
Pemilihan responden dilakukan terhadap masyarakat Pantai Indah Kapuk yang tinggal disekitar hutan mangrove, yaitu yang berada di Kelurahan Kapuk
Muara dan Kelurahan Kamal Muara. Pemilihan responden juga dilakukan terhadap masyarakat petambak yang berada disekitar hutan mangrove.
Masyarakat petambak tersebut membuka areal pertambakan di dalam hutan mangrove Angke Kapuk.
Pemilihan responden masyarakat Pantai Indah Kapuk dilakukan secara stratified random sampling Singarimbun 1995. Sedangkan untuk petambak
dilakukan secara purposive sampling. Jumlah responden untuk Pantai Indah Kapuk sebanyak 210 dan untuk petambak sebanyak 32. Data yang diperoleh dari
responden dilakukan dengan pengisian kuesioner dan wawancara langsung dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disusun.
Dalam CVM dikenal empat macam cara untuk mengajukan pertanyaan kepada responden, yaitu : Metode tawar menawar bidding games, metode
referendum tertutup dichotomous choice, metode kartu pembayaran payment card dan metode pertanyaan terbuka open-ended questions. Dalam penelitian
ini, metode yang digunakan adalah metode referendum tertutup dichotomous choice. Metode ini menggunakan satu alat pembayaran yang disarankan pada
responden baik mereka setujutidak setuju jawaban yatidak. Jawaban “YaTidak” tersebut dianalisa dengan menggunakan teknik respon biner seperti
penggunaan regresi logit untuk menentukan WTPWTA.
3.3. Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan metode analisis deskriptif dan analisis kuantitatif.
3.3.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan untuk menjelaskan kondisi hutan mangrove Angke-Kapuk berdasarkan data sekunder yang ada. Analisis deskriptif dilakukan
juga untuk menggambarkan macam-macam kegiatan sosial ekonomi masyarakat disekitar hutan Angke-Kapuk.
3.3.2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif dilakukan untuk menghitung dan menganalisis : a. Estimasi nilai ekonomi hutan mangrove Angke-Kapuk
b. WTP masyarakat Pantai Indah Kapuk dan WTA masyarakat petambak. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP masyarakat Pantai Indah Kapuk dan
WTA masyarakat petambak.
3.3.2.1. Analisis Kuantitatif Estimasi Nilai Ekonomi Hutan Mangrove
Penilaian ekonomi hutan mangrove dalam penelitian menggunakan dua tahap seperti yang dilakukan Ruitenbeek 1992 dalam Handayani 2004, yaitu :
1 Identifikasi manfaat dan fungsi-fungsi ekosistem; 2 Mengkuantifikasikan segenap manfaat dan fungsi ke dalam nilai uang. Berikut uraian masing-masing
tahap dalam penelitian tersebut :
a Identifikasi manfaat dan fungsi-fungsi ekosistem. Langkah pertama dari tahap ini adalah mengidentifikasi segenap manfaat
dan fungsi dari ekosistem yang akan diteliti. Manfaat dan fungsi yang diidentifikasi untuk segenap penelitian meliputi :
3. Direct Use Value Manfaat Langsung
∑
=
=
n i
i
ML ML
1
keterangan : ML
= Total Manfaat Langsung MLi
= Manfaat Langsung ke-i sampai ke-n n
= Jumlah Manfaat Langsung
4. Indirect Use Value Manfaat Tidak Langsung
∑
=
=
n i
i
MTL MTL
1
keterangan : MTL = Total Manfaat Tidak Langsung
MTLi = Manfaat Tidak Langsung ke-i sampai ke-n n
= Jumlah Manfaat Langsung
5. Option Value Manfaat Pilihan
i
MPB MP
=
Keterangan : MP
= Manfaat Pilihan MPBi
= Manfaat pilihan biodiversity
6. Bequest Value Manfaat Pewarisan
i
MWB MW
=
Keterangan : MW
= Manfaat Pewarisan MWi
= Manfaat Pewarisan dari responden ke-i N
= Total responden
7. Existence Value Manfaat Keberadaan
n MKi
MK
n i
=
∑
= 1
Keterangan : MK
= Manfaat Keberadaan MKi
= Manfaat Keberadaan dari responden ke-i N
= Total responden Selanjutnya estimasi Nilai Ekonomi Total ekosistem hutan mangrove dapat
dirumuskan sebagai berikut :
NMT = ML + MTL + MP + MW + MK
Keterangan : NMT = Nilai Manfaat Total
ML = Manfaat Langsung
MTL = Manfaat Tidak Langsung
MP = Manfaat Pilihan
MW = Manfaat Pewarisan
MK = Manfaat Keberadaan.
b Mengkuantifikasikan segenap manfaat dan fungsi ke dalam nilai uang. Tahap selanjutnya setelah tahap identifikasi adalah tahap
mengkuantifikasikan semua manfaat dan fungsi ekosistem tersebut ke dalam nilai rupiah. Teknik kuantifikasi yang digunakan adalah : 1 Nilai pasar, pendekatan
nilai pasar digunakan untuk komoditas-komoditas yang langsung dapat diperdagangkan dari ekosistem yang akan diteliti, misalnya nilai kayu, ikan, dan
lain-lain. Pendekatan ini sebagian besar digunakan untuk manfaat langsung. ; 2 Harga tidak langsung, pendekatan ini digunakan apabila mekanisme pasar
gagal memberikan nilai pada komoditas ekositem yang akan diteliti, yaitu manfaat dan fungsi tidak langsung.
3.3.2.2. Analisis Kuantitatif WTP dan WTA dengan CVM
CVM adalah metode teknik survei untuk menanyakan masyarakat tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditas yang tidak memiliki
pasar seperti barang lingkungan Yakin 1997, jika pasarnya betul-betul tersedia atau jika ada cara-cara pembayaran seperti pajak diterapkan. Prinsip yang
mendasar metode ini adalah bahwa bagi orang yang mempunyai preferensi yang benar tetapi tersembunyi terhadap seluruh jenis barang lingkungan, kemudian
diasumsikan bahwa orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mentransformasikan preferensi tersebut ke dalam bentuk nilai uang. Dalam hal ini
diasumsikan bahwa orang tersebut akan bertindak nantinya seperti yang dia katakan ketika situasi hipotesis yang disodorkan kepadanya akan menjadi
kenyataan pada masa yang akan datang. Asumsi dasar dari CVM adalah sebagai berikut : 1 bahwa individu-individu
memahami benar pilihan-pilihan yang ditawarkan pada mereka dan bahwa mereka cukup mengerti atau tahu kondisi lingkungan yang akan dinilai, dan 2
bahwa apa yang dikatakan individu adalah sungguh-sungguh apa yang mereka lakukan jika pasar untuk barang lingkungan itu benar-benar terjadi.
Tahapan-tahapan dalam penggunaan CVM :
a. Membentuk Pasar Hipotetik
Pasar hipotetik yang dibentuk adalah suatu pasar dengan kualitas lingkungan yang berbeda dengan kondisi saat ini. Responden sebelumnya telah
menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai persepsinya tentang pentingnya pelestarian peningkatan kualitas lingkungan.
Responden diminta untuk mendengarkan atau membaca suatu pernyataan kondisi lingkungan saat ini. Dijelaskan bahwa karena adanya aktifitas berlebihan
seperti pembukaan areal tambak dan pemukiman di daerah hutan mangrove telah menyebabkan penurunan kualitas lingkungan.
Selanjutnya responden diminta mendengarkan atau membaca pernyataan tentang lingkungan dengan kondisi yang lebih baik sebelum merebaknya
pembukaan areal tambak dan pemukiman. Berdasarkan pernyataan tersebut akan diperoleh ukuran perilaku konsumen dalam situasi hipotesis bukan dalam
situasi riil. Dalam penelitian ini, pasar hipotesis dibentuk dengan menggambarkan
luas dan fungsi hutan mangrove yang semakin berkurang karena adanya konversi hutan mangrove menjadi areal pertambakan dan areal pemukiman di sekitar hutan
mangrove Angke-kapuk. Hal tersebut dapat diatasi dengan program rehabilitasi kawasan mangrove yang dilakukan oleh pemerintah Departemen Kehutanan dan
Pemerintah Daerah setempat. Pasar hipotesis yang ditawarkan dibahasakan sebagai berikut :
Pasar Hipotetis
Dalam dekade terakhir ini tekanan terhadap kawasan ekosistem mangrove semakin besar. Berbagai tekanan tersebut menyebabkan luas hutan mangrove
semakin berkurang. Misalnya, adanya konversi untuk pemukiman, dibuka untuk tambak, ataupun berbagai kegiatan pengusahaan hutan yang tidak bertanggung
jawab, termasuk bagi bahan baku arang. Kekhawatiran yang timbul adalah karena semakin meningkatnya degradasi yang berpengaruh terhadap proses
pembangunan yang berkelanjutan. Diantaranya adalah kawasan hutan mangrove Angke-Kapuk, yang saat ini kondisinya memprihatinkan yang dicirikan dengan
semakin banyak pembukaan areal tambak dan arealperkampungan nelayan di pinggir sungai maupun areal pemukiman Pantai Indah Kapuk yang memang sudah
berdiri sekitar sepuluh tahun terakhir. Akibat berkurangnya kawasan hutan mangrove Angke-Kapuk, disinyalir menjadi salah satu penyebab dari adanya banjir
yang dalam beberapa tahun terakhir ini melanda Jakarta. Data dari Pemerintah DKI Jakarta menunjukkan bahwa kepadatan
penduduk di Kotamadya Jakarta Utara mencapai 9.317 per km
2
dengan laju pertumbuhan sebesar 0,52 per tahun.
Dengan semakin pesatnya kepadatan dan laju pertumbuhan penduduk, kurangnya kesadaran masyarakat akan fungsi
dan manfaat hutan mangrove, dan semakin merosotnya keadaan ekonomi sebagian masyarakat, maka hal ini mendorong masyarakat untuk mengkonversi
hutan mangrove menjadi areal pemukiman dan pertambakan. Karena itu, kawasan hutan Angke-Kapuk merupakan salah satu prioritas
dalam program rehabilitasi lahan dan hutan agar proses degradasipenurunan kualitas lingkungan
dapat diperkecil sehingga tidak membahayakan kelanjutan pembangunan serta mampu mempertahankan hutan mangrove tersebut sesuai dengan fungsinya.
Seiring hal tersebut, pemerintah akan memprioritaskan kawasan mangrove Angke-Kapuk untuk dilakukan rehabilitasi lahan dan hutan guna meningkatkan dan
mengoptimalkan fungsi dari hutan mangrove. Selain itu juga diharapkan dapat lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan dan petambak.
Program rehabilitasi lahan dan hutan tersebut dimaksudkan untuk memulihkan fungsi dari kawasan mangrove dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat petambak dan nelayan di sekitar hutan mangrove Angke-Kapuk, selain itu menekan banjir yang sering terjadi akhir-akhir ini.
b. Mendapatkan Nilai Penawaran