sehingga mau tidak mau terabaikanlah keseimbangan ekosistem dan lingkungan hidup.
Pesatnya kemajuan teknologi dan industri yang pada akhirnya adalah untuk menunjung kepentingan ekonomi, juga dianggap sebagai salah satu pemicu dari
semakin tingginya tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan, baik udara, air dan tanah akibat hasil buangan limbah industri. Berdasarkan penelitian UNAS
1982; Kusmana 1983; Tim Fahutan IPB 1996; dalam LPPM 2003 menunjukkan bahwa kualitas air di hutan Angke Kapuk mengalami pencemaran
baik yang disebabkan oleh limbah industri maupun oleh limbah rumah tangga.
6.2. Arahan Upaya Perbaikan Lingkungan dan Pengelolaan Kawasan Hutan Angke Kapuk.
Mengacu pada kondisi hutan Angke Kapuk sekarang, program rehabilitasi kawasan dan pembinaannya adalah merupakan prioritas dalam pengelolaaan
kawasan hutan angke kapuk. Pihak – pihak terkait yang mengelola kawasan hutan angke kapuk, yang dalam hal ini adalah pemerintah, untuk melakukan
tindakan-tindakan : 1. Perlunya tetap diadakan penanaman kembali tanaman hutan mangrove
2. Perlunya pemasangan tanggul-tanggul sebagai pemecah ombak Abrasi yang terjadi di bibir pantai pada kawasan hutan lindung perlu
ditanggulangi. Karena itu diperlukan adanya pemasangan tanggul-tanggul sebagai pemecah ombak untuk mengurangi abrasi.
3. Perlunya adanya penanganan limbah sampah terutama sampah plastik. Masalah sampah terutama banyak dijumpai pada kawasan hutan lindung dan
Suaka Margasatwa Muara Angke. Adanya sampah sangat mengganggu terhadap pertumbuhan bibit tanaman bakau. Akibat banyaknya sampah yang
menumpuk di kedua kawasan tersebut, banyak pohon yang sulit tumbuh dengan baik, hal ini disebabkan karena perakaran tanaman bakau tersebut
sulit mendapatkan oksigen dengan baik. Tumpukan sampah menyebabkan tersendatnya aliran air ke dalam dua kawasan tersebut, akibatnya banyak
tanaman yang mengalami gangguan dalam pertumbuhannya. 4. Masalah tambak.
Untuk permasalahan tambak yang muncul, khususnya di areal hutan wisata Angke Kapuk, secara nyata di lapangan, kegiatan pertambakan telah banyak
mengkonversi kawasan tersebut menjadi tambak, di kawasan ini lebih dari 90
kawasannya berubah menjadi areal tambak. Pada umumnya responden petambak beranggapan adanya tambak dapat meningkat keuntungan
ekonomis bagi mereka. Hal ini menunjukkan bahwa, persepsi petambak lebih mengutamakan manfaat ekonomis dibandingkan manfaat ekologisnya.
Masalah lingkungan yang sekarang ini sering dihadapi timbul karena perubahan lingkungan yang menyebabkan lingkungan itu tidak atau kurang sesuai
lagi untuk mendukung kehidupan manusia, akibat yang ditimbulkan yaitu terganggunya kesejahteraan manusia. Penggunaan sumberdaya alam oleh
penduduk semakin banyak memunculkan kebutuhan untuk meningkatkan ekstraksi dan peningkatan permintaan akan sumberdaya alam. Hal ini memberikan dampak
negatif yaitu memburuknya kond isi fisik dunia sementara masyarakat sangat lamban dalam menemukan pemecahan masalah yang timbul tersebut. Beberapa
alasan lambannya penyesuaian tersebut, antara lain adalah Sitorus 2004 : 1 Masyarakat lebih mengakui adanya pemilikan pribadi dan mekanisme pasar
sehingga pengertian bahwa lingkungan sebagai barang milik bersama dan perlu dipelihara bersama masih sulit difahami, 2 Tidak diketahui secara pasti apa
yangs sesungguhnya diinginkan oleh masyarakat, 3 Demikian pula tentang teknologi untuk menghasilkan apa yang diinginkan tersebut relatif banyak
diketahui. Indonesia sebagai negara berkembang, saat ini pembangunan yang
dilaksanakan di segala bidang, baik pertanian, industri, dan perdagangan tidak hanya membawa dampak social namun juga akan menimbulkan dampak terhadap
lingkungan. Sebagai negara yang sedang tumbuh maka dampak terhadap lingkungan seringkali diabaikan dalam usaha peningkatan ekonomi. Hal ini
diperburuk dengan kondisi peraturan dan penegakan hukum yang lemah. Sehingga semakin memberikan ancaman terhadap kualitas sumberdaya alam
yang baik. Kerusakan sumberdaya alam terjadi pada suatu saat akan menjadi suatu
pembatas bagi kegiatan ekonomi. Keadaan ini terjadi ketika suplai sumberdaya alam tidak dapat lagi untuk mencukupi kebutuhan manusia. Sehingga aktifitas-
aktifitas manusia dalam bidang ekonomi harus juga memperhatikan daya dukung yang dapat diberikan oleh sumberdaya tersebut.
Pemerintah sebagai pengambil kebijakan harus memiliki good will tentang bagaimana melestarikan lingkungan. Walaupun sebenarnya bahwa menjaga dan
melestarikan adalah tugas semua individu. Karena itu perlu adanya pola
penyadaran kepada masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, pengusaha atau kalangan bisnis, agar terjadi pembagian peran dan tanggung jawab yang sama
guna mewujudkan kelestarian lingkungan.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN