misalnya seorang pelari siap digaris start terdapat set bahwa akan terdengan pistol pada saat ia harus berlari], 3 Kebutuhan [kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun
yang menetap], 4 Sistem nilai [adat istiadat, kepercayaan, dan budaya], dan 5 Ciri kepribadian [watak, karakter, dan kebiasaan].
2.6. Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Keterbatasan sumberdaya alam merupakan faktor yang membatasi manusia untuk memenuhi kebutuhannya yang semakin lama semakin kompleks.
Peningkatan jumlah penduduk dunia tentu saja membutuhkan suatu strategi pemanfaatan sumberdaya alam yang efisien agar tidak mengorbankan faktor
lingkungan sehingga keberlanjutan sumberdaya alam untuk generasi mendatang dapat dipertahankan. Menurut Palunsu dan Messmer 1997, pengertian
pembangunan berkelanjutan mengandung tiga pengertian, yaitu : 1. Memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan masa yang akan
datang 2. Tidak melampaui daya dukung ekosistem lingkungan
3. Mengoptimalkan manfaat dari sumberdaya alam dan sumberdaya manusia dengan menyelaraskan manusia dan pembangunan dengan sumberdaya alam.
Istilah pembangunan berkelanjutan mulai dikenalkan oleh Bruntland. Mennurut Bruntland dalam Mitchell, et al. 1997 pembangunan berkelanjutan
merupakan pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk mencukupi kebutuhan
mereka. Pembangunan berkelanjutan menuntut bahwa sebelum batas-batas eksploitasi sumberdaya alam terlampaui, dunia harus menjamin seimbangnya
akses ke sumber-sumber yang terbatas jumlahnya serta harus merubah arah teknologi yang dapat mengurangi tekanan-tekanan terhadap sumberdaya alam.
Menurut Seragaldin 1996 konsep pembangunan berkelanjutan memungkinkan generasi sekarang untuk meningkatkan kesejahterannya tanpa mengurangi
kesempatan generasi yang akan datang untuk meningkatkan kesejahteraannya. Faktor lingkungan yang diperlukan untuk mendukung pembangunan yang
berkelanjutan Soemarwotto 2001 : 1. Terpeliharanya proses ekologi yang esensial
2. Tersedianya sumberdaya yang cukup 3. Lingkungan sosial budaya dan ekonomi yangs sesuai.
Syarat untuk dapat tercapainya pembangunan berkelanjutan tidak hanya fisik saja, yaitu tidak terjadinya kerusakan pada ekosistem tempat kita hidup
melainkan juga harus ada pemerataan hasil dan biaya pembangunan yang adil antar negara dan antar kelompok di dalam sebuah negara. Ini berarti bahwa
kesenjangan sosial ekonomi yang sekarang ada antara negara maju dengan negara berkembang serta kesenjangan antar kelompok masyarkat di masing-
masing negara harus dikurangi. Pemerataan itu tidak hanya terjadi di dalam satu generasi melainkan juga antar generasi.
Menurut Keraf 2002 pembangunan berkelanjutan harus dipahami sebagai etika politik pembangunan, yaitu sebuah komitmen moral tentang bagaimana
seharusnya pembangunan itu diorganisir dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Dalam kaitan dengan itu paradigma pembangunan berkelanjutan bukan sebuah
konsep tentang pentingnya lingkungan hidup. Paradigma pembangunan berkelanjutan juga bukan tentang pembangunan ekonomi tapi merupakan suatu
etika politik pembangunan mengenai pembangunan secara keseluruhan dan bagaimana pembangunan itu seharusnya dijalankan.
Tujuan pembangunan berkelanjutan menurut Seragaldin 1996 adalah untuk selalu memperbaiki kualitas hidup manusia atas berbagai aspek kehidupan.
Dengan demikian maka konsep pembangunan berkelanjutan adalah upaya untuk mengintegrasikan tiga aspek kehidupan ekonomi, sosial, dan ekologi dalam satu
hubungan yang sinergis. Ketiga hubungan tersebut digambarkan sebagai “A Triangle Framework” dan didefinisikan sebagai keberlanjutan ekonomi, sosial dan
lingkungan. Dimensi pembangunan berkelanjutan menurut Seragaldin dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
Economics : sustainable growth
efficiency
Social : Equity social Ecological : Ecosistem Cohesion participation Integrity Natural Resources
Empowerment
Biodiversity Carrying Capacity
Gambar 2. Dimensi Pembangunan Berkelanjutan Seragaldin 1996 Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa dimensi pembangunan
yang berkelanjutan meliputi aspek ekonomi yang mencakup pertumbuhan yang berkelanjutan dan efisiensi; aspek sosial mencakup keadilan, keterpaduan
kehidupan sosial, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat; sedangkan aspek ekologi mencakup keutuhan ekosistem, sumberdaya alam, daya dukung
lingkungan, dan keanekaragaman hayati. Dengan kata lain, bahwa pembangunan berkelanjutan tercapa i bila pembangunan sosial budaya dan pembangunan
lingkungan hidup mempunyai bobot yang sama dengan pembangunan ekonomi.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di sekitar kawasan hutan mangrove Angke Kapuk. Penentuan lokasi desakelurahan yang akan dijadikan desa contoh
penelitian adalah secara purposive sampling. Lokasi yang menjadi penelitian adalah Kelurahan Kapuk Muara. Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Pluit.
Pemilihan desakelurahan didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan bahwa desakelurahan tersebut berada di dekat hutan mangrove yang telah dikonversi
menjadi areal pemukiman yaitu pada Kelurahan Kapuk Muara, dan areal pertambakan yaitu pada Kelurahan Kamal Muara.
Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan September 2005 hingga Pebruari 2006.
Lokasi Penelitian
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian