PT . M a n d a r a Pe r m a i , 71. 62
A r e a l y a n g d i k e l o l a p e m e r i n t a h , 2 8 . 3 8
• Jalur Transmisi PLN
23,70 ha b Areal yang dilepaskan untuk PT. Mandara Permai seluas 827,18 ha.
Pada Gambar 4 dibawah ini, menunjukkan proporsi hutan yang dikuasai pemerintah dan PT. Mandara Permai. Dari total luas hutan Angke Kapuk sebesar
1154,88 ha, 71,62nya dikuasai PT. Mandara Permai.
Gambar 4. Proporsi Hutan Angke Kapuk yang Dikuasai Pemerintah dan PT. Mandara Permai LPP Mangrove 2001
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 097Kpts-II98 status Cagar Alam Muara Angke dikukuhkan sebagai Suaka
Margasatwa dengan luas areal 25,02 ha. Kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke secara geografis terletak pada 6° 06’’ - 6° 10’’ Lintang Selatan dan 106°43’’
- 106°48’’ Bujur Timur. Berdasarkan administrasi pemerintahan, Kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke terletak pada 2 kelurahan, yaitu Kelurahan Kapuk
Muara dan Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Wilayah Kota Jakarta Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Batas kawasan ini adalah di sebelah utara
berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur dengan perkampungan nelayan Muara Angke dan Sungai Angke, sebelah selatan dengan areal PT. Mandara
Permai Pantai Indah Kapuk dan di sebelah barat dengan Hutan Lindung Angke Kapuk.
4.1.2. Keadaan Fisik dan Biologi Kawasan Hutan Angke Kapuk
Kawasan Hutan Angke Kapuk terletak di dataran rendah mendekati pantai, dengan topografi datar, ketinggian tempat dari permukaan laut 0 – 2
meter. Topografi kawasan Angke Kapuk ini dahulu merupakan daratan empang dengan sungai-sungai kecil yang bermuara di Teluk Jakarta. Pada umumnya
bagian utara daratan rendah ini merupakan rawa hutan mangrove. Hutan mangrove yang ada dewasa ini merupakan jalur disepanjang pantai dari muara
Sungai Muara Angke sampai sebelah timur Sungai Kamal. Semakin ke barat daya
ketinggian daratan semakin tinggi. Di bagian selatan, tinggi pematang pantai dapat mencapai lima meter, namun semakin ke barat laut tingginya hanya dua
meter. Topografi daerah Jakarta pada umumnya dan pada khususnya untuk daerah Kapuk ketinggian pantainya kurang dari lima meter.
Jenis tanah adalah alluvial kelabu tua dengan tekstur lempung liat berdebu. Berdasarkan struktur geologinya, keadaan tanah di kawasan hutan Angke Kapuk
dapat diklasifikasikan sebagai berikut : •
Tanah di bagian utara pantai Laut Jawa tergolong tanah alluvial kelabu tua dan tanah liat berhumus rendah yang mempunyai batuan induk endapan tanah liat
dan terdapat pada suatu dataran pantai yang datar. •
Tanah di sebelah selatan termasuk tanah regosol coklat yang terjadi dari endapan pasir. Daerah ini merupakan pantai berpasir yang datar sampai
berombak. •
Bagian tenggara kawasan ini, tanahnya tergolong alluvial kelabu tua. Menurut Tim Fahutan IPB 1996 dalam Lembaga Pengkajian dan
Pengembangan Mangrove 2003, sifat fisik tanah di kawasan hutan Angke Kapuk mengandung debu 39,5; liat 31,5; dan pasir 29. Sedangkan sifat kimianya
menunjukkan bahwa kandungan kalium 0,40 me100g rendah, magnesium 1,09 me100g rendah, C-Organik 2,1 sedang, N – Organik 0,19 rendah dan
logam berat Fe 60,15 ppm, Pb 4,04 ppm, Cu 8,01 ppm. Sifat fisik kimia yang diperoleh ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Kusmana 1983 dalam Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove 2003. Berdasarkan penelitian Kusmana 1983 dalam
Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove 2003, sifat fisik tanah di kawasan hutan Angke Kapuk mengandung debu 32,95 – 40,05 debu; liat 30,40 –
39,00 dan pasir 28,50 – 29,55, sehingga dikategorikan bertekstur lempung liat berdebu. Untuk sifat kimia tanah menunjukkan bahwa kawasan ini mengandung :
• Kalium K
: 0,04 – 0,14 me100g sedang •
Natrium Na : 0,45 – 2,93 me100g sedang – sedang tinggi
• Kalsium Ca
: 5,37 – 5,58 me100g rendah •
Magnesium Mg : 1,13 – 1,28 me100g sedang
• C – Organik
: 2,23 – 2,39 sedang •
N – Organik : 0,17 – 0,20 rendah
• pH
: 5,50 – 5,54 sedang
• Logam berat
: Ferrum Fe 56,22 – 65,05 ppm; Hg 0,62 – 1,11 ppm; Pb 5,17 -5,31 ppm; Cu 10,32 – 15,24 ppm.
Berdasarkan data iklim yang diperoleh yang diperoleh, wilayah Hutan Angke kapuk dipengaruhi oleh iklim tropis dan masuk ke dalam tipe hujan A menurut
klasifikasi Schmidt dan Ferguson. Suhu udara rata-rata maksimum 27,3°C jatuh pada bulan Oktober dan suhu udara minimum rata-rata 25,9°C jatuh pada bulan
Pebruari. Rata-rata kelembaban nisbi adalah 82,96, dengan kelembaban tertinggi terjadi pada Bulan Januari sebesar 87 dan kelembaban terendah terjadi
pada bulan September sebesar 79. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 388 mm, dan terendah jatuh pada bulan Oktober sebesar 60 mm.
Di tinjau dari aspek hidrologi, kawasan Hutan Angke Kapuk merupakan kawsan hutan mangrove yang masih tersisa di Jakarta. Sebagai kawasan hutan
mangrove, kawasan ini merupakan lahan basah wet land yang merupakan muara dari Sungai Angke, S. Cisadane, S. Kamal, Banjir Kanal dan Cengkareng Drain.
Kualitas air di kawasan Hutan Angke Kapuk, menurut penelitian Kusmana 1983 maupun Tim Fahutan IPB 1996 dalam Lembaga Pengkajian dan
Pengembangan Mangrove 2003, menunjukkan pencemaran berat baik yang disebabkan oleh limbah industri maupun oleh limbah-limbah rumah tangga.
Ekosistem asli kawasan Hutan Angke kapuk pada waktu lampau adalah ekosistem hutan mangrove. Namun demikian seiring dengan perkembangan
jumlah penduduk dan kebutuhan manusia lainnya, ekosistem di dalam kawasan terus mengalami perubahan. Di dalam kawasan juga dijumpai aktivitas manusia
yang tidak bijaksana, baik secara sengaja maupun tidak sengaja, seperti adanya aktivitas memasukkan jenis-jenis tumbuhan eksotik dan adanya pembukaan lahan
tambak. Penutupan lahan di kawasan ini, didasarkan pada jenis tumbuhan dan tempat tumbuh pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi empat asosiasi
kategori, yaitu asosiasi vegetasi bakau Rhizophora sp – Api-api Avicennia sp, asosiasi nipah Nypa fruticans – pidada Sonneratia caseolaris, asosiasi
ketapang Terminalia catappa – waru laut Hibiscus tiliaceus. Hasil analisis vegetasi yang dilakukan Tim Rencana Pengelolaan Suaka
Marga Satwa tahun 2000 Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove 2003 dapat disimpulkan bahwa di dalam kawasan terdapat terdapat empat tipe
tapak yang berbeda, yaitu 1 tapak yang didominasi Rhizophora, 2 tapak yang didominasi oleh rumput dan semak belukar, 3 tapak yang didominasi oleh
vegetasi peralihan rumput dan semak belukar, 4 tapak tanah kering. Secara
keseluruhan ekosistem hutan di kawasan ini masih tergolong ekosistem mangrove, dengan alasan :jenis mangrove aslinya adalah Sonneratia caseolaris, Rhizophora
apiculata, Avicennia marina, sebagian kawasan masih terkena pasang surut, serta jenis semak belukartumbuhan bawah masih terdapat jenis tumbuhan bawah
seperti jeruju Acanthus illicifolius. Kawasan Hutan Angke Kapuk, khususnya Suaka Margasatwa dan Hutan
Lindung, memiliki potensi burung yang melimpah keanekaragaman jenisnya. Berdasarkan hasil survey ditemukan 74 jenis burung yang masuk ke dalam 26
famili Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove 2003. Dari jenis yang teridentifikasi tersebut, terdapat 17 jenis burung yang dilindungi, 10 jenis burung
migran, 50 jenis burung menetap sebagian besar waktunya berada atau sepanjang tahun di temukan di Suaka Margasatwa Muara Angke. Kelimpahan
populasi burung di kawasan Angke Kapuk cukup tinggi dan digolongkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu : 1 Kelompok burung air, dan 2 kelompok bukan burung
air. Kelompok burung air yang sering ditemukan di Kawasan Angke Kapuk,
terutama di Suaka Margasatwa Muara Angke antara lain, burung pecuk Phalacrocorax spp, burung pecuk ular Anhinga melanogaster, burung cangak
Ardea spp, blekok Ardeola speciosa. Kelompok burung bukan air yang sering ditemukan juga antara lain, burung prenjak jawa Prinia familiaris, burung sikatan
dan cipoh kacat. Selain jenis burung yang diketemukan di kawasan Hutan Angke Kapuk, juga
ditemukan jenis-jenis reptil ular sanca, ular kobra, ular daun, ular kadut, biawak, jenis-jenis ikan gabus, sepat, batok, lele, julung-julung, nila, dan jenis mamalia
berupa monyet ekor panjang Macaca fasicularis. Jenis mamalia monyet ekor panjang khususnya berada di Suaka Margasatwa Muara Angke. Potensi populasi
monyet ekor panjang berkisar antara 42 – 66 ekor Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove 2003.
4.2. Keadaan Umum Kelurahan Kapuk Muara, Kamal Muara dan Pluit 4.2.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kelurahan
Kelurahan Kapuk Muara, Kamal Muara dan Pluit adalah adalah bagian dari Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Ditinjau dari letaknya, ketiga
kelurahan tersebut berada disekitar pesisir utara Jakarta.
Ka p u k Mu a r a 1 , 0 0 5 . 5 h a , 35. 53
Ka m a l Mu a r a 1 , 0 5 3 . 6 h a , 37. 23
Plu it 771. 19 h a , 2 7 . 2 4
Kelurahan Kapuk Mu ara mempunyai luas sekitar 1.005,5 ha dengan batas- batas sebagai berikut :
• Sebelah utara :
Pantai Laut Jawa antara Kali Cengkareng Drain mengarah ke timur sampai Kali Angke.
• Sebelah timur :
Kali Angke mengarah ke selatan sampai saluran air Jl. Kapuk Poglar.
• Sebelah selatan : Jalan Kapuk Kamal antara Cengkareng Drain dengan Kali
Angke. •
Sebelah barat : Kali Cengkareng Drain dari jembatan Jl. Kapuk Kamal kea
rah utara sampai Pantai Laut Jawa. Kelurahan Kamal Muara mempunyai luas sekitar 1.053,6 ha dengan batas-
batasnya sebagai berikut : •
Sebelah utara : Pantai Laut Jawa.
• Sebelah timur :
Kali Cengkareng Drain •
Sebelah selatan : Sepanjang Jalan Kapuk Kamal •
Sebelah barat : Desa Dadap, Kotamadya Tangerang, Propinsi Banten.
Kelurahan Pluit mempunyai luas sekitar 771,19 ha dengan batas-batas sebagai berikut :
• Sebelah utara :
Pantai Laut Jawa. •
Sebelah timur : Sepanjang tepi Waduk Pluit sebelah barat
• Sebelah selatan : Jalan Pluit Karang Selatan – Jalan Pluit Selatan
• Sebelah barat :
Kali Muara Angke – Kali Cisadane. Berikut Gambar 5 yang menggambarkan perbandingan luas ketiga kelurahan
tersebut.
Gambar 5. Perbandingan Luas Kelurahan Berdasarkan Persentase
K a p u k M u a r a 4 3 9 3 KK , 21.01
Ka m a l M u a r a 1 6 0 7 KK , 7 . 6 9
Pl u i t 1 4 9 0 4 KK , 71. 29
Kamal Muara 1607, 7.69
Pluit 14904, 71.29
Kapuk Muara 4393, 21.01
4.2.2. Penduduk, Mata Pencaharian dan Pendidikan