26.36
73.64
Gambar 27. Distribusi Nilai Manfaat Langsung dan Nilai Manfaat Tidak Langsung Hutan Mangrove Angke Kapuk
5.2.3. Manfaat Pilihan Manfaat pilihan hutan mangrove Angke Kapuk didekati menggunakan nilai
manfaat keanekeragaman hayati biodiversity. Manfaat pilihan ini adalah nilai dari keanekaragaman hayati biodiversity yang dapat ditangkap dari keberadaan hutan
mangrove. Menurut Ruitenbeek 1992 dalam Handayani 2004, nilai manfaat pilihan keanekaragaman hayati adalah US 15hatahun.
Nilai tukar rupiah terhadap US pada saat penelitian sebesar Rp 9.300,-. Untuk perhitungan nilai pilihan, areal penelitian mencakup hutan lindung, Suaka
Margasatwa Muara Angke, hutan wisata, dan kebun pembibitan kehutanan, yang luasnya 180,11 ha, maka nilai manfaat pilihan hutan mangrove Angke Kapuk
adalah Rp. 115.744.089,- per tahun atau Rp. 642.630,- per ha per tahun Lampiran
3.
5.2.4. Manfaat Pewarisan
Nilai pewarisan adalah nilai yang didasarkan pada suatu keinginan individu atau masyarakat untuk mewariskan kawasan konservasi kepada generasi yang
akan datang. Bagi kawasan hutan Angke Kapuk nilai warisan adalah korbanan yang diberikan masyarakat yang hidup sekarang untuk menjaga kelestarian
kawasan hutan Angke Kapuk agar tetap utuh untuk diberikan kepada generasi yang akan datang. Nilai pewarisan dari suatu kawasan hutan, dapat diestimasi
dari jumlah bibit bakau yang dihasilkan. Berdasarkan data dan wawancara dengan pegawai dinas kehutanan
diketahui bahwa, pembibitan tidak dilakukan lagi di areal kebun pembibitan, tetapi dilakukan didekat hutan lindung. Jumlah bibit yang dihasilkan dari hutan lindung
seluas 44,76 ha per tahun tersebut sebanyak 10.000 bibit. Harga bibit bakau dengan ketinggian kira-kira 50 cm adalah Rp. 3.500,-. Nilai pewarisan yang
dihasilkan adalah Rp. 35.000.000,- per tahun atau Rp. 780.500,- per ha per tahun Lampiran 3.
5.2.5. Manfaat Keberadaan.
Nilai keberadaan adalah nilai yang bukan dihasilkan dari institusi pasar dan tidak ada kaitannya dengan fungsi perlindungan asset prosduktif atau proses
produksi secara langsung maupun tidak langsung. Nilai keberadaan kawasan hutan Angke Kapuk adalah nilai yang diberikan masyarakat,baik itu penduduk
setempat maupun pengunjung terhadap kawasan tersebut atas manfaat spiritual, estetika, dan kultural.
Nilai manfaat keberadaan hutan mangrove didapatkan dengan wawancara langsung kepada responden, baik itu kepada masyarakat sekitar maupun
pengunjung yang mendatangi kawasan Angke Kapuk dalam hal ini adalah kawasan hutan lindung, Suaka Margasatwa Muara Angke dan Taman Wisata
Angke Kapuk. Pemilihan responden berdasarkan lokasi tempat tinggal, pekerjaan dan tingkat pendidikan. Jumlah responden yang diambil sebanyak 55 orang, yang
terdiri dari 15 orang warga Kelurahan Kapuk Muara, 15 orang warga Kelurahan Kamal Muara dan 25 orang warga Pluit. Berdasarkan tingkat pendidikan,
responden umumnya terdiri dari pendidikan SD 14 orang, SLTP 12 orang, SLTA 20 orang dan Perguruan Tinggi 9 orang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8
berikut ini.
Tabel 8. Rata-rata Nilai Keberadaan Hutan Angke Kapuk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Responden Rata-rata Nilai Keberadaan
Tingkat Pendidikan Kelurahan
orang Rp
Pekerjaan
Kapuk Muara 1
petambak, buruh,
Kamal Muara 6
dan nelayan SD
Pluit 7
Jumlah 14
180,000 Rata-rata
13,846
Kapuk Muara 6
wiraswasta, Kamal Muara
2 staff kelurahan,
Pluit 4
pedagang, buruh
bangunan, SMP
karyawan pabrik,
Jumlah 12
288,000 Rata-rata
24,000
Kapuk Muara 5
wiraswasta, Kamal Muara
5 staff kelurahan,
Pluit 10
pedagang, buruh
bangunan, karyawan
pabrik, SMA
karyawan
Jumlah 20
942,000 Rata-rata
47,100
Kapuk Muara 3
staff kelurahan, Kamal Muara
3 Wiraswasta,
Perguruan Tinggi Pluit
3 karyawan
Jumlah 9
552,000 Rata-rata
61,333
Sumber : Data Primer Penelitian 2005
Berdasarkan tingkat pendidikan, nampak bah wa nilai keberadaan yang diberikan oleh masyarakat berbeda. Pada tingkat pendidikan SD, dari 20
responden rata-rata memberikan nilai keberadaan Rp.13.333,- per ha per tahun. Pekerjaaan responden yang berpendidikan SD umumnya sebagai petambak,
nelayan dan buruh. Kisaran nilai yang mereka berikan untuk menilai keberadaan hutan mangrove Angke Kapuk yaitu Rp. 12.000, sampai Rp. 18.000,-.
Pada kelompok responden yang berpendidikan SLTP, umumnya menilai keberadaan hutan mangrove Angke Kapuk rata-rata Rp. 24.000,- per ha per tahun,
dengan kisaran antara Rp. 12.000,- sampai Rp. 36.000,- per ha per tahun.
Umumnya mereka bekerja sebagai staff kelurahan, pedagang, buruh, wiraswasta dan karyawan pabrik.
Untuk tingkat pendidikan SLTA dan Perguruan tinggi, masing-masing memberikan rata-rata nilai keberadaan hutan mangrove Angke Kapuk sebesar Rp.
47.100,- per ha per tahun dan Rp. 61.333,- per ha per tahun. Berdasarkan luas wilayah penelitian yaitu hutan lindung, Suaka Margasatwa Muara Angke, hutan
wisata dan kebun pe mbibitan kehutanan yang luasnya 180,11 ha, dan jumlah populasi Kepala Keluarga di tiga kelurahan tersebut, didapatkan nilai keberadaan
hutan Angke Kapuk rata-rata sebesar Rp. 4.393.489,- per ha per tahun atau sebesar Rp. 791.311.418,20,- per tahun Lampiran 4.
5.2.6. Estimasi Nilai Manfaat Total Hutan Mangrove Angke Kapuk