dilakukan pada hari kamis dan jum’at, hal ini dilakukan untuk dijual pada hari sabtu dan minggu, karena pada hari-hari libur banyak pemancing yang memancing ikan
disekitar hutan. Untuk nilai manfaat pemancingan, jika dilihat dari persentasenya tergolong kecil yaitu 0,51 atau hanya Rp. 4.344.000,- per tahun atau Rp.
97.051,- per ha per tahun. Untuk perhitungan nilai pemancingan, responden didapatkan yang sedang melakukan rekreasi pemancingan disekitar hutan lindung,
sehingga untuk mengestimasi nilai rekreasi pemancingan untuk per hektarnya berdasrkan luasan dari hutan lindung tersebut.
Manfaat berikutnya dari hutan Angke Kapuk adalah nilai kayu yang dihasilkan. Estimasi nilai kayu di hutan Angke Kapuk dalam penelitian ini,
berdasarkan dari potensi tegakan kayu mangrove yang digunakan sebagai sebagai kayu bakar, dan nilai kayu yang dihitung yang berada dalam hutan lindung
dan Suaka Margasatwa Muara Angke, karena kedua kawasan tersebut relatif mempunyai vegetasi mangrove yang masih baik. Nilai kayu sebagai kayu bakar
yang dihasilkan dalam penelitian ini sebesar Rp. 136.383.200,- per tahun atau sekitar 15,95 dari total nilai manfaat langsung di hutan Angke Kapuk , jika
dikonversikan dalam per hektar sekitar Rp. 2.605.965,- per ha per tahun Lampiran 1.
Dalam perhitungan nilai manfaat langsung, nilai budidaya tambak tetap dimasukan, walaupun usaha budidaya tambak yang dibuka oleh masyarakat ini
sifatnya illegal. Nilai yang besar ini, cukup beralasan bagi masyarakat memanfaatkannya sebagai areal tambak, seperti yang terjadi pada saat ini. Areal
tambak yang dihitung dalam penelitian ini, areal yang berada dalam kawasan Hutan Wisata Angke Kapuk.
Berdasarkan pengamatan dilapangan, nampak jelas dengan luas kira-kira 99,82 ha, sekitar 95 berubah menjadi areal tambak. Konflik-konflik masalah
tersebut, memang sudah lama terjadi, dan sekarang masih dalam tahap-tahap penyelesaian dari pihak-pihak terkait. Konflik terjadi karena adanya pembukaan
areal tambak yang sifatnya illegal di dalam kawasan hutan wisata.
5.2.2. Indirect Use Value Nilai Manfaat Tidak Langsung
Manfaat tidak langsung dari hutan mangrove adalah berupa manfaat fisik, manfaat biologis dan manfaat ekologis. Untuk manfaat fisik, dapat diestimasi atau
dinilai dari adanya pembuatan bangunan air, yaitu pemecah gelombang ombak break water. Manfaat tidak langsung biologis dapat berupa sebagai pemijahan
dan asuhan dan penyediaan bahan organik bagi udang. Seba gai manfaat tidak langsung ekologis, dapat diestimasi dari adanya serapan karbon.
Nilai pemecah gelombang sama dengan estimasi dari biaya pembuatan pemecah gelombang break water. Break water dengan ukuran 1 m x 11 m x 2,5
m dengan daya tahan 10 tahun sebesar Rp. 4.153.880,- Aprilwati 2001. Untuk perhitungan nilai pemecah gelombang atau sebagai penahan abrasi pantai
diestimasi dari lokasi hutan lindung. Hutan lindung kawasan Angke Kapuk mempunyai panjang 5000 m yang berbatasan langsung dengan laut. Biaya yang
dikeluarkan untuk membuat pemecah gelombang sepanjang 5000 m adalah Rp. 22.778.872.940,- dengan daya tahan 10 tahun, atau per tahunnya adalah Rp.
2.277.887.294,-. Nilai manfaat tidak langsung berupa manfaat fisik hutan mangrove Angke Kapuk adalah sebesar Rp. 2.277.887.294, - per tahun. Untuk
mendapatkan nilai per hektarnya, didapatkan dari luasan hutan lindung yang ada sekarang, atau sekitar Rp. 50.891.137,- per ha per tahun Lampiran 2.
Nilai manfaat ekologis tak langsung dari hutan mangrove Angke Kapuk adalah sebagai penyerap karbon. Potensi karbon untuk Rhizophora mucronata
adalah 3258,34 kgha – 3957,44 kgha Hilmi 2003. Untuk estimasi dalam penelitian ini, diambil nilai rata-ratanya yaitu 3607,89 kgha. Untuk perhitungan
nilai serapan karbon dalam penelitian ini, hanya untuk kawasan hutan lindung dan Suaka Margasatwa Muara Angke dengan luas keduanya mencapai 69,68
ha,karena kedua kawasan tersebut vegetasinya relatif lebih rapat dan baik. Didapatkan nilai serapan karbon di hutan Angke Kapuk adalah Rp. 103.722.011,-
per tahun atau Rp. 1.486.415,- per ha per tahun Lampiran 2. Untuk manfaat tidak langsung biologis, sebagai penjaga kestabilan siklus
makanan pada ekosistem hutan mangrove didekati dengan nilai unsur hara yang dihasilkan serasah mangrove. Mengutip penelitian Sukardjo 1995, di hutan
mangrove Angke Kapuk setiap hektar hutan mangrovenya menghasilkan gugur serasah sebanyak 13,08 tontahun, atau sekitar 4,85 ton berat kering.
Berdasarkan hasil analisis, serasah tersebut mengandung unsur hara Nitrogen 10,5 kgha atau setara dengan 23,33 kg pupuk Urea, dan Pospor 4,72 kgha atau
setara dengan 13,11 kg pupuk SP-36. Jika harga pupuk Urea dan SP-36 masing- masing adalah Rp. 1.100,- dan Rp. 1.500,-, maka manfaat tidak langsung biologis
penjaga kestabilan siklus makanan pada ekosistem hutan mangrove adalah Rp. 45.328,- per ha per tahun, dengan luas hutan mangrove sebesar 180,11 ha maka
manfaat tidak langsungnya sebesar Rp. 8.164.026,- per tahun Lampiran 2.
Secara lebih rinci nilai manfaat langsung di hutan Angke Kapuk disajikan pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Nilai Manfaat Tidak Langsung Hutan Mangrove Angke Kapuk
Nilai Manfaat No
Manfaat Nilai Manfaat Rphathn
Rpthn Persentase
1 Penahan abrasi pantai
50.891.137,- 2.277.887.294,-
95,32 2
Penyerap karbon 1.486.415,-
103.722.011,- 4,34
3 Penjaga kestabilan siklus makanan
45.328,- 8.164.026,-
0,34
Total 52.422.880,-
2.389.773.331,- 100,00
Sumber : Data Primer Penelitian 2005
Pada Tabel 6 menyajikan bahwa total nilai manfaat tidak langsung di hutan
Angke Kapuk mencapai Rp. 2.389.773.331,- per tahun atau Rp. 52.422.880,- per ha per tahun. Persentase manfaat tidak langsung terbesar adalah manfaat tidak
langsung fisik yaitu manfaat penahan abrasi pantai sebesar 95,32 dari nilai total manfaat tidak langsung, yaitu sebesar Rp.2.277.887.294,- per tahun.
Tabel 7. Nilai Manfaat Langsung dan Nilai Manfaat Tidak Langsung Hutan Mangrove Angke Kapuk
Nilai Manfaat No
Manfaat Nilai Manfaat Rphathn
Rpthn Persentase
1 Manfaat langsung
15.178.879,- 855.257.200,-
26,36 2
Manfaat tidak langsung 52.422.880,-
2.389.773.331,- 73,64
Total 67.601.759,-
3.245.030.531,- 100,00
Sumber : Data Primer Penelitian 2005
Pada Tabel 7 terlihat perbandingan nilai manfaat tidak langsung dengan nilai manfaat langsung. Persentase nilai manfaat tidak langsung sebesar 73,64 lebih
besar jika dibandingkan dengan persentase nilai manfaat langsung dengan nilai 26,36. Hal menggambarkan bahwa, keberadaan suatu ekosistem hutan
mangrove dengan manfaat tidak langsung berupa penahan abrasi pantai, penyerap karbon, dan penjaga kestabilan siklus makanan, memberikan manfaat
jauh lebih besar dibandingkan pemanfaatan langsung dari ekosistem hutan mangrove. Terkadang adanya pemanfaatan secara langsung dari hutan mangrove
justru merusak ekosistem mangrove tersebut.
26.36
73.64
Gambar 27. Distribusi Nilai Manfaat Langsung dan Nilai Manfaat Tidak Langsung Hutan Mangrove Angke Kapuk
5.2.3. Manfaat Pilihan Manfaat pilihan hutan mangrove Angke Kapuk didekati menggunakan nilai
manfaat keanekeragaman hayati biodiversity. Manfaat pilihan ini adalah nilai dari keanekaragaman hayati biodiversity yang dapat ditangkap dari keberadaan hutan
mangrove. Menurut Ruitenbeek 1992 dalam Handayani 2004, nilai manfaat pilihan keanekaragaman hayati adalah US 15hatahun.
Nilai tukar rupiah terhadap US pada saat penelitian sebesar Rp 9.300,-. Untuk perhitungan nilai pilihan, areal penelitian mencakup hutan lindung, Suaka
Margasatwa Muara Angke, hutan wisata, dan kebun pembibitan kehutanan, yang luasnya 180,11 ha, maka nilai manfaat pilihan hutan mangrove Angke Kapuk
adalah Rp. 115.744.089,- per tahun atau Rp. 642.630,- per ha per tahun Lampiran
3.
5.2.4. Manfaat Pewarisan