strategi adalah tahap akhir pada manajemen strategi. Tiga aktivitas penting untuk mengevaluasi strategi adalah me-review faktor eksternal dan internal yang
menjadi dasar penerapan strategi, mengukur kinerja dan mengambil tindakan perbaikan. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan hari ini bukan
jaminan untuk kesuksesan hari esok. Allison dan Kaye 2005 menyatakan perencanaan strategik setiap
organisasi berbeda tergantung pada besar dan kompleksitas organisasi, lingkup maupun peubah-peubah yang digunakan. Namun demikian perencanaan strategik
memiliki kesamaan sebagai upaya mencapai tujuan secara efektif dan efisien dengan menyadari terbatasnya sumber daya yang dimiliki. Proses perencanaan
strategik yang berhasil selalu memiliki pertanyaan dan jawaban berikut : 1 Dimana kita sekarang ?; 2 Dimana kita ingin berada di masa mendatang ?; 3
Bagaimana kta mengukur kemajuan ?; 4 Bagaimana kita mencapai sasaran dan tujuan ?; dan 5 Bagaimana kita menelusuri kemajuan Gaspersz, 2004.
M. Tinjauan Studi Terdahulu Yang Relevan
Beberapa studi terdahulu telah banyak yang membahas permasalahan yang terkait dengan industri perikanan, diantaranya Alhadar 1998 memformulasikan
strategi industri pengolahan hasil perikanan laut di Kabupaten Maluku Utara, melalui metode analisis Strengths, Weakness, Opportunities and Threats SWOT,
dimana diketahui bahwa sarana prasarana dan potensi sumberdaya alam mendukung, tetapi belum ada teknologi pengolahan yang memadai serta terdapat
keterbatasan modal untuk membangun industri pengolahan hasil perikanan laut untuk memperluas pasar. Adapun strategi yang direkomendasikan adalah
diperlukan fokus pada kegiatan-kegiatan utama yang berpengaruh secara langsung pada proses perencanaan produksi.
Sarinah 1999 melakukan kajian pengembangan industri pengolahan hasil perikanan laut di Sulawesi Tenggara dengan Metode Perbandingan Eksponensial
MPE untuk menentukan produk unggulan di wilayahnya dan Analytical Hierarchy Process
AHP untuk menganalisis strategi pengembangan. Hasil penelitian tersebut merekomendasikan diperlukannya pengembangan sarana dan
prasarana untuk menunjang tujuan utama pengembangan industri pengolahan ikan, yaitu pengembangan teknologi agar diperoleh produk bermutu tinggi.
Hasil yang tidak jauh berbeda diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Amanto 1999 yang melakukan kajian perencanaan pengembangan
agroindustri perikanan rakyat di daerah Maluku, dimana diketahui bahwa besarnya potensi bahan baku tidak didukung dengan ketersediaan sarana
prasarana. Kondisi tersebut kurang mendukung untuk menjadikan produk perikanan menjadi produk unggulan bagi Provinsi Maluku. Amanto 1999 juga
melakukan pengelompokan kecamatan dengan cluster analysis dimana kriteria yang digunakan meliputi 1 ketersediaan bahan baku, 2 ketersediaan tenaga
kerja, 3 jumlah industri kecil pengolahan, 4 aksesibilitas, 5 jumlah lembaga keuangan, dan 6 ketersediaan tenaga listrik.
Agustedi 2001 membuat model perencanaan dan pembinaan agroindustri hasil laut orientasi ekspor, dalam hal ini produk yang menjadi bahan kajian adalah
teri asin. Pada penelitian ini dirancang perangkat lunak Sistem Pengambilan KeputusanSPK dengan model AGROSILA. Dalam model tersebut terdiri dari
sub model pengadaan bahan baku dan perencanaan produksi DAKUSI, sub model teknologi TEKNO, sub model pembiayaan, kelayakan dan resiko usaha
PKRESIKU, sub model nelayan NELAYAN, sub model mutu MUTU, sub model produktivitas PRITAS dan sub model perkiraan harga HARGA.
Kajian lain yang terkait dengan bidang perikanan diantaranya dilakukan oleh Ihsan 2000, yang merumuskan model pengembangan usaha perikanan
tangkap di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan, melalui penentuan unit-unit penangkapan ikan yang layak dikembangkan berdasarkan penilaian analisis aspek
biologis, teknis, ekonomis, dan sosial. Lukito 1999 mengkaji peran teknologi penangkapan ikan bagi KUD Mina di Jawa Tengah dalam memperoleh hasil
usaha. Namun demikian, hasil penelitian di atas belum memberikan gambaran
yang menyeluruh untuk suatu pengembangan agroindustri yang lebih komprehensif. Hasil-hasil di atas memberikan gambaran tentang perlunya
penguasaan informasi mengenai jenis-jenis ikan yang potensial secara bisnis Sarinah, 1999, pilihan teknologi yang tepat Alhadar, 1998, lokasi yang tepat
untuk pengembangan produk Amanto, 1999, strategikebijakan yang terkait dengan masalah pengembangan Sarinah, 1999; Alhadar, 1998; Amanto, 1999,
dan bentuk industri perikanan yang layak dikembangkan baik yang memiliki keunggulan kompetitif maupun bersifat strategis Agustedi, 2001; Ihsan, 2000;
Lukito, 1999. Berdasarkan pencapaian hasil-hasil penelitian tersebut, pada penelitian ini dilakukan suatu kajian yang mengakomodasi kepentingan makro,
seperti perlunya pengelompokan wilayah, perumusan prioritas komoditas dan produk dalam suatu wilayah, strategi dan kelembagaan, serta kepentingan mikro
tingkat perusahaan dalam bentuk analisis kelayakan usaha dalam sebuah model pengembangan yang integratif.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Pemikiran
Agrondustri perikanan laut merupakan salah satu jenis industri yang sangat potensial untuk dikembangkan, mengingat potensi sumber daya ikan dari
perairan laut nasional sangat besar. Digunakannya istilah agroindustri perikanan laut untuk menunjukkan pentingnya penanganan sektor perikanan berbasis
industri yang tetap terkait dengan dengan pengertian pertanian dalam arti luas, dimana agroindustri sebagai subsistem agribisnis yang berbasis komoditas atau
sumber daya terbaharukan. Namun demikian terdapat sejumlah persoalan meng- hambat pengembangan agroindustri perikanan laut, baik aspek produksi bahan
baku industri penangkapan maupun aspek pengolahan produk agroindustri. Persoalan yang dihadapi oleh industri penangkapan, diantaranya
penangkapan berlebihan overfishing khususnya di Wilayah Pengelolaan Perikanan Laut Jawa dan Selat Makasar, jarak penangkapan fishing ground yang
semakin jauh, kasus pencurian ikan illegal fishing kapal asing dan pendaratan ikan fish landing kapal Indonesia di negara lain. Persoalan terkait lainnya yang
menyangkut produksi adalah dari sisi permodalan untuk pengembangan industri penangkapan, baik dari sisi investasi atau modal operasional melaut, teknologi
penanganan ikan di atas kapal seperti penerapan rantai dingin yang belum diterapkan secara benar, serta sarana pendaratan ikan yang belum memadai.
Permasalahan ini secara langsung akan mempengaruhi industri pengolahan, seperti volume, mutu dan harga bahan baku.
Agroindustri perikanan laut yang berkembang di Indonesia, secara umum dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu agroindustri perikanan tradisional
dan agroindustri perikanan modern. Ciri umum agroindustri perikanan tradisional adalah bersifat padat karya, penanganan komoditas perikanan menggunakan
teknologi pasca panen sederhana, skala usaha kecil dan pasar yang menjadi target utama adalah pasar lokal. Kendala umum pengembangan jenis agroindustri ini
adalah permodalan dan kemampuan sumber daya manusia yang terlibat didalamnya. Agroindustri perikanan modern memiliki ciri umum padat modal,