Untuk pembuatan petis biasanya digunakan sari ekstrak udang dari sisa-sisa pembuatan ebi atau sari ikan dari pembuatan pindang. Bumbu yang
digunakan adalah gula, garam, dan bahan pengisi seperti tepung beras atau air tajin untuk menambah volume dan memperbaiki konsistensi.
Pada pembuatan dendeng ikan, bumbu yang digunakan hampir sama dengan pembuatan dendeng daging. Perbedaannya adalah dalam pembuatan
dendeng ikan, bumbu dibalurkan bahkan ditempelkan pada ikan dan ikut dijemur. Ikan yang sering digunakan sebagai bahan dendeng adalah tembang
Poernomo, et al., 1988.
D. Pengembangan Agroindustri Perikanan Laut
Pengembangan merupakan suatu istilah yang berarti usaha perubahan dari suatu yang dinilai kurang kepada sesuatu yang dinilai lebih baik. Pengertian
tentang pengembangan sebagai suatu proses yang membawa peningkatan kemampuan penduduk mengenai lingkungan sosial, yang disertai dengan
meningkatnya taraf hidupnya. Dengan demikian, pengembangan adalah suatu
proses yang menuju pada suatu kemajuan. Pengembangan industri perikanan
tidak dapat dilepaskan dari pengembangan bisnis perikanan secara holistik, yaitu pemberdayaan industri pengolahan ikan tidak cukup jika hanya dilakukan dengan
pembenahan salah satu subsistem saja, melainkan harus menyehatkan pula keseluruhan jaringan kelembagaan bisnis perikanan Pranaji, 2000. Untuk
pengembangan produksi atau pemanfaatan sumberdaya perikanan di masa mendatang, langkah-langkah yang harus dikaji dan kemudian diusahakan
pelaksanaannya adalah 1 pengembangan prasarana perikanan, 2 pengembangan agroindustri, pemasaran dan permodalan di bidang perikanan, 3
pengembangan kelembagaan dan penyelenggaraan penyuluhan perikanan, 4 pengembangan sistem informasi manajemen perikanan.
Dalam pembangunan di sektor pertanian dalam skala industri, Hubeis 2003 mengungkapkan perlunya memperhatikan pengembangan kultur bisnis di
semua tingkat pelakunya dan penguasaan informasi teknologi dan pasar, keterkaitan antar aspek seperti ekonomi skala usaha dan fokus komoditi,
teknologi proses dan peralatan, geografis iklim dan optimasi perwilayahan, pemasaran orientasi konsumen dalam dan luar negeri dan skema pendanaan
yang memadai. Sebagai kegiatan produktif, agroindustri harus mampu mengakomodasi tujuan pembangunan nasional, yang dicirikan dari penyerapan
tenaga kerja di berbagai tingkat pendidikan, menyumbang penerimaan pajak negara, memiliki potensi pasar yang tinggi di dalam dan luar negeri, menyerap
bahan baku lokal dan memberikan aneka ragam produk, serta memberikan pendapatan yang layak bagi produsen.
Nasution 2002 mengungkapkan bahwa keragaman kondisi tiap daerah dalam hal sosio-kultural tiap masyarakat, kuantitas dan mutu masyarakat, sarana
dan prasarana, iklim serta heterogenitas ketersediaan sumber daya alam menyebabkan pengembangan pertanian dan agroindustri tidak dapat dilakukan
secara terpusat. Implikasi dari kondisi tersebut adalah bahwa setiap daerah seharusnya mengembangkan komoditas pertanian sesuai dengan kondisi dan
potensi yang dimilikinya. Untuk penentuan komoditasproduk unggulan daerah diperlukan kriteria
pemilihan, sebagaimana diungkapkan oleh Lukmana 1994, kriteria pemilihan jenis produk agroindustri prioritas adalah a menunjukkan kecenderungan yang
meningkat di pasaran ekspor; b merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat luas yang harus dipenuhi; c mampu bersaing di tingkat pasar domestik, regional
maupun global; d mempunyai dampak yang luas terhadap sektor ekonomi lainnya; e mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kebutuhan di dalam
negeri sebagian besar dari impor; f memberikan nilai tambah yang tinggi terhadap hasil pertanianperikanan; g meningkatkan gizi masyarakat luas; dan
h mempunyai efek ganda terhadap peningkatan perekonomian rakyat. Sedangkan BAPPEDA Prop. Jawa Tengah 2000 dalam menentukan produk
unggulan daerah dilakukan berdasarkan kriteria berikut a produk unggulan tersebut menggunakan sumber daya yang tersedia di kawasan tersebut, baik
sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya fisik; b produk unggulan tersebut mempunyai nilai tambah yang tinggi, sehingga akan
memberikan keuntungan baik bagi investor mupun masyarakat sekitarnya; c produk unggulan tersebut mempunyai jaminan kelangsungan pemasaran, baik di
pasaran domestik maupun ekspor; d produk unggulan tersebut mempunyai keterkaitan ke depan forward linkage dan ke belakang backward linkage
terhadap produk-produk lain yang ada di wilayah kawasan dan wilayah sekitarnya; e produk unggulan tersebut memperhatikan kelestarian lingkungan
hidup; dan f produk unggulan tersebut dikembangkan dengan memperhatikan upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat setempat sebagai pemilik potensi
dan sumber daya.
E. Teori Sistem