Sistem Penunjang Keputusan TINJAUAN PUSTAKA

Dalam logika sistem sistemologi terdapat rangkaian proses transformasi yang mengolah masukan menjadi luaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sub-sistem adalah suatu elemen atau komponen fungsional suatu sistem yang berhubungan satu sama lain pada tingkat resolusi tinggi, sedangkan elemen adalah pemisahan bagian sistem pada tingkat resolusi yang rendah. Masing-masing sub- sistem saling berinteraksi untuk mencapai tujuan sistem. Interaksi antar sub- sistem disebut juga interface terjadi karena luaran dari suatu sub-sistem dapat menjadi salah satu masukan bagi sub-sistem yang lain. Jika interface antar sub- sistem terganggu akan menyebabkan proses transformasi pada sistem secara keseluruhan akan terganggu pula, sehingga dapat menyebabkan terjadinya bias dari tujuan yang ingin dicapai Wetherbe, 1988. Dengan mempertimbangkan berbagai kendala dalam pendekatan sistem, maka pengkajian suatu permasalahan sebaiknya memenuhi karakteristik : 1 kompleks, dimana interaksi antar elemen cukup rumit, 2 dinamis, dalam arti faktornya ada yang berubah menurut waktu dan ada pendugaan ke masa depan, dan 3 probabilistik, yaitu diperlukan fungsi peluang dalam inferensi kesimpulan maupun rekomendasi. Menurut Eriyatno 1999, terdapat tiga pola pikir yang menjadi pegangan pokok oleh para ahli sistem dalam merekayasa solusi permasalahan, yaitu 1 sibernetik cybernetic, artinya berorientasi pada tujuan, 2 holistik holistic, yaitu cara pandang yang utuh terhadap keutuhan sistem, dan 3 efektif effectiveness, yaitu prinsip yang lebih mementingkan hasil guna yang operasional serta dapat dilaksanakan daripada pendalaman teoritis untuk mencapai efisiensi keputusan.

F. Sistem Penunjang Keputusan

Pada akhir abad ke-20, telah dikembangkan usaha manajerial untuk memisahkan informasi dari keinginan dan harapan institusional dan personal. Usaha ini didukung oleh falsafah bahwa dasar pengambilan keputusan adalah transformasi informasi menjadi usulan alternatif-alternatif. Apabila informasi dikembangkan secara teratur dan sistematik maka akan meningkatkan efektivitas proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan semakin efektif digunakan seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi dan komputer untuk pengolahan data elektronik. Pendekatan proses tersebut telah melahirkan sistem berbasis komputer, antara lain : Electronic Data Processing EDP dan Management Information System MIS. Perkembangan tersebut kemudian mendorong lahirnya Sistem Penunjang Keputusan SPK atau Decision Support System DSS dan Expert System ES. EDP adalah sistem yang digunakan untuk tingkat operasional yang memfokuskan pada penanganan data. MIS adalah sistem yang dapat menghasilkan informasi untuk digunakan oleh manajemen tingkat menengah untuk melaksanakan fungsi pengendalian. DSS merupakan sistem yang menghasilkan alternatif keputusan bagi manajemen tingkat atas untuk melaksanakan fungsi perencanaan, dan ES adalah sistem yang memberikan satu keputusan untuk masalah yang sangat spesifik bagi manajemen tingat atas Leigh and Doherty, 1986. Menurut Turban 1993, DSS merupakan suatu sistem informasi berbasis komputer Computer Based Information System yang interaktif, fleksibel dan mudah diadaptasikan dengan menggunakan basis data dan basis model, serta persepsi pengguna dalam pengambilan keputusan. Minch dan Burns yang dikutip oleh Eriyatno 1999 menyatakan bahwa terminologi DSS adalah konsep spesifik yang menghubungkan sistem komputerisasi informasi dengan para pengambil keputusan sebagai pemakainya. Karakteristik pokok yang melandasi teknik DSS adalah : 1. interaksi langsung antara komputer dengan pengambil keputusan 2. adanya dukungan menyeluruh holistic dari keputusan bertahap ganda, 3. suatu sintesa dari konsep yang diambil dari berbagai bidang, antara lain ilmu komputer, ilmu sistem, psikologi, ilmu manajemen dan kecerdasan buatan, 4. mempunyai kemampuan adaptif teradap perubahan kondisi dan kemampuan berevolusi menuju sistem yang lebih bermanfaat. DSS dimaksudkan untuk memaparkan secara terinci dari elemen-elemen sistem, sehingga dapat menunjang dalam proses pengambilan keputusan. DSS dikembangkan dengan lebih menitikberatkan pada peningkatan efektivitas akurasi, mutu dan kecepatan pengambilan keputusan daripada efisiensinya Eriyatno, 1999. Landasan utama dalam pengembangan DSS untuk model manajemen adalah konsepsi model. Konsepsi model ini diperlukan untuk menggambarkan secara abstrak tiga komponen utama penunjang keputusan, yaitu 1 pengambil keputusan atau pengguna, 2 model dan 3 data Gambar 1. Gambar 1. Struktur dasar Sistem Penunjang Keputusan Eriyatno, 1999 Masing-masing komponen dikelola oleh sebuah sistem manajemen. Sistem Manajemen Dialog merupakan program yang mengelola tampilan layar yang menerima masukan dari pengguna dan mengirim luaran ke pengguna atau semacam user interface. Sistem Manajemen Basis Data berfungsi sebagai penyimpanan dan pengolahan informasi dan data. Sistem Manajemen Basis Model merupakan paket program yang berisi perhitungan finansial statistik, model teknik optimasi dan metode kuantitatif lainnya yang memiliki kemampuan analitik Turban 1993; Eriyatno, 1999. Sistem Pengolahan Problematik adalah koordinator dan pengendali dari operasi SPK secara menyeluruh. Sistem ini menerima masukan dari ketiga Sistem Manajemen Basis Data Sistem Pengolahan Problematik Sistem Pengolahan Dialog Data Model Pengguna Sistem Manajemen Basis Model subsistem lainnya dalam bentuk baku, serta menyerahkan luaran ke subsistem yang dikehendaki dalam bentuk baku. Fungsi utamanya adalah sebagai penyangga untuk menjamin masih adanya keterkaitan antar subsistem Eriyatno, 1999. Menurut Keen and Morton 1978, kelayakan penerapan DSS dalam suatu manajemen harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu adanya basis data, adanya keterbatasan waktu, adanya manipulasi dan komputasi, serta pentingnya pengembangan alternatif dan memilih solusi berdasarkan akal sehat. ES memiliki komponen inferensia yang berbeda dengan DSS, karena adanya perbedaan luaran yang dihasilkan. DSS menghasilkan keputusan yang masih perlu mendapatkan pertimbangan keahlian dari pengguna, sedangkan ES bertujuan untuk membuat keputusan tanpa adanya pertimbangan keahlian dari pengguna Wetherbe, 1988. Kemampuan lebih dari ES disebabkan adanya komponen knowledge base yang dimasukkan ke dalam sistem berupa fakta dan aturan-aturan yang diperoleh dari ahli, dan program inference engine yang berfungsi untuk memformulasikan kesimpulan.

G. Analisis Klaster