Evaluasi Pilihan Bebas TINJAUAN PUSTAKA

2. Kemudian dibuat baris dan kolom baru yang isinya merupakan hasil operasi perbandingan minimum antara baris dan kolom yang bersangkutan. Baris dan kolom yang disisipkan tersebut dikatakan satu grup pada iterasi ke-i. 3. Baris dan kolom yang ditandai pada langkah pertama kemudian dihapus sehingga diperoleh matriks euclideus baru. 4. Lakukan langkah 1 - 3 secara berulang pada matriks euclideus yang baru tersebut, sehingga diperoleh matriks berukuran 1 x 1. Prosedur aglomerasi ini menghasilkan grup-grup yang secara hirarkis membuat sekat-sekat tingkat kedekatan mulai dari yang paling dekat sampai yang paling jauh. Keluaran prosedur aglomerasi ini biasanya digambarkan dalam bentuk diagram pohon seperti yang diilustrasikan pada Gambar 4. Gambar 4. Profil hirarkis grup-grup hasil analisis klaster Anderberg, 1973

H. Evaluasi Pilihan Bebas

Pengembangan sistem pengambilan keputusan didasarkan pada pengembangan hubungan logis persoalan keputusan kedalam suatu model matematik dan model informasi yang mencerminkan hubungan antar faktor yang terlibat. Pemodelan dan analisis pada dunia nyata harus memperhitungkan faktor ketidakpastian yang bersifat inheren. Pada banyak kasus ketidakpastian tidak sama dengan keacakan randomness, tetapi bersifat fuzziness yang tidak dapat direpresentasikan secara matematis dalam teori peluang. Tidak semua masalah dalam dunia nyata dapat dinyatakan secara eksak dengan derajat kebenaran pada selang [0.1], yaitu antara” ya dan tidak. Hampir Cabang 1 2 3 4 5 C1 C2 C3 Akar semua masalah mengandung ketidakpastian yang dinyatakan dengan kata–kata “mendekati”, “kira–kira”, “hampir”, “sedikit lebih besar dari”, “sedikit lebih kecil dari” yang kenyataannya sulit dikuantifikasi dalam besaran eksak, sehingga dinamakan “fuzzy”. Representasi himpunan fuzzy pada masalah antara ya dan tidak digunakan pendekatan seperti probabilitas. Di dalam proses pemilihan komoditas potensial dan produk unggulan agroindustri perikanan laut memerlukan evaluasi semua alternatif berdasarkan kriteria yang dinilai oleh para pakar dengan menggunakan metoda evaluasi pilihan bebas Independent Preference Evaluation atau IPE dengan kaidah fuzzy. Metoda tersebut, dirancang berdasarkan kriteria ganda dan dinilai dalam bentuk label linguistic . Teknik evaluasi pilihan bebas mengevaluasi kesukaan atau pilihan yang dilakukan dengan metoda perhitungan non-numerik. Label linguistik dipresentasikan dalam 5 skala, yaitu 1 Sangat Rendah SR; 2 Rendah R; 3 Sedang S; 4 Tinggi T; 5 Sangat Tinggi ST. Untuk mengidentifikasi faktorkriteria digunakan metoda Ordered Weighted Averaging OWA-Operators. Jika x adalah suatu keputusan yang terdiri atas beberapa alternatif A 1 , A 2 ,…,A n ; dan n – kriteria. Setiap kriteria A j , A j x 1 , ∈ menunjukkan seberapa besar x memenuhi kriteria yang bersangkutan. Untuk menunjukkan suatu kisaran nilai, maka A j x I ∈ . Fungsi keputusan menyeluruh dari derajat x yang memenuhi persyaratan kriteria diinginkan dinyatakan D x I ∈ . Salah satu faktor utama penentuan struktur fungsi agregasi adalah keterkaitan antar kriteria yang terlibat. Ada dua kasus ekstrim yaitu 1 situasi yang diinginkan oleh semua kriteria dapat dipenuhi, maka disebut sebagai “and”- operator dan 2 situasi yang diinginkan salah satu kriteria dapat memuaskan semua pihak yang disebut “or”-operator Yager 1988. Pada kasus 1, x harus memenuhi A 1 dan A 2 dan A 3 …dan A n , yang diformulasikan dalam bentuk fungsi keputusan menyeluruh sebagai berikut. Dx = TA 1 x, A 2 x,…,A n x n , dan T adalah operator t-norms operator, yang memenuhi syarat commutative, monotonic, dan associative yang dibutuhkan sebagai operator agregasi. Yager 1988 menunjukkan salah satu implikasi dari sifat operator t-norm untuk semua a j j=1,2,.,n dinyatakan T a 1 , a 2 , …, a n ≤ Min a 1 , a 2 , …, a n untuk semua I a ∈ Ta,a = a, menunjukkan sifat idempoten, dan T1,a = a, menunjukkan kondisi “allness” Pada kasus 2, x memenuhi A 1 atau A 2 atau A 3 …atau A n . yang dirumuskan dalam bentuk fungsi keputusan menyeluruh berikut : Dx = SA 1 x, A 2 x,…,A n x n Keterangan : S adalah operator co-t-norms operator, yang memenuhi syarat sebagai operator agregasi, kecuali bahwa untuk semua a j j= 1,2,…,n dinyatakan : S a 1 , a 2 , …, a n ≤ Max a 1 , a 2 , …, a n , sehingga untuk semua I a ∈ .Sa,a = a yang menunjukkan sifat idempoten dan S 0,a = a, yang menunjukkan kondisi “at least one”. Pada persoalan Multi Expert Multi Criteria Decision Making ME - MCDM , proses agregasi berada pada posisi di antara kasus 2 dua ekstrim tersebut. OWA – operator merupakan operator agregasi yang dengan mudah dapat melakukan penyesuaian atau menggabungkan diantara “and” -operator dan “or” - operator . Untuk melakukan evaluasi preferensi Non-Numerik secara bebas Yager 1993 merumuskan suatu metode komputasi non-numerik untuk proses pengambilan keputusan kelompok secara fuzzy. Metode komputasi dilakukan secara bertahap yaitu 1 agregasi terhadap kriteria ganda, kemudian 2 agregasi terhadap semua pakar. Agregasi Terhadap Kriteria Ganda. Untuk melakukan agregasi terhadap kriteria ganda setiap proposal P i , setiap pakar akan memberikan suatu himpunan yang terdiri dari n nilai, yaitu [ ] n ik ik ik q P q P q P ,..., , 2 1 Keterangan : j ik q P adalah rating dari proporsal ke-i pada kriteria ke- j oleh pakar ke- k. j ik q P adalah elemen dalam himpunan S.dan tingkat kepentingan setiap kriteria dinyatakan sebagai q j , dengan skala penilaian label linguistic. Yager 1993 merumuskan formula agregasi kriteria, sehingga didapatkan unit skor setiap proposal oleh setiap pakar, sebagai berikut : [ ] j ik j j ik q P q I Neg Min P ∨ = Agregasi Terhadap Semua Pakar. Pada proses agregasi semua pakar dilakukan penentuan suatu fungsi agregasi Q, yang menunjukkan generalisasi ide banyak pakar yang dibutuhkan untuk mendukung suatu keputusan. Untuk nilai Qi diambil dari skala S = {s 1, s 2 , …,s n }, dimana i merupakan nilai dari 1 sd m. Yager 1993 menunjukkan bentuk khusus dari Q apabila skala S hanya dua yaitu : “tidak ada’ dan “sempurna”. Jika diperlukan pa ling sedikit persetujuan m pakar untuk pengambilan keputusan , maka Qi =”tidak ada” untuk i m, dan Qi =”sempurna ” untuk m i ≥ . Jumlah titik penilaian q pada skala kardinal S dan jumlah pakar r adalah r=1,2,…k, maka untuk semua i = 0,1,2,…,r fungsi Q dapat digunakan rumus : Q k = S b k dan             − ∗ + = r q k Int b k 1 1 Agregasi keputusan pakar dapat dirumuskan berdasarkan metode OWA- operator . [ ] j r j i B j Q Max P ∧ = = ,.., 1 Keterangan : P i adalah agregasi pendapat gabungan pakar terhadap proposal ke-i. Q j dapat dilihat sebagai petunjuk seberapa penting kelompok memandang jumlah pakar yang mendukung suatu nilai skor yang diputuskan. B j adalah skor tertinggi ke – j di antara unit skor yang diberikan pakar untuk proporsal ke-i P ik . [ ] j B j Q ∧ merupakan pembobot skor terbaik dari objek ke-j, dan terdapat sejumlah j pakar yang mendukung keputusan skor tersebut.

I. Proses Hirarki Analitik

Proses Hirarki Analitik atau Analytical Hierarchy Process AHP merupakan suatu analisis yang dapat dipakai dalam pengambilan keputusan untuk memahami kondisi suatu sistem dan membantu melakukan prediksi dalam pengambilan keputusan. Metode ini digunakan dalam memodelkan problema- problema dan pendapat-pendapat, dimana permasalahan telah benar-benar dinyatakan secara jelas, dievaluasi, diperbincangkan dan diprioritaskan untuk dikaji Saaty, 1980. AHP yang disampaikan oleh Saaty 1980 sebagai pengkajian terhadap kondisi nyata tanpa melalui proses penyederhanaan, tetapi mempertahankan model yang kompleks seperti semula. Untuk itu masalah nyata yang kompleks, dan tidak terstruktur perlu dilakukan penyusunan beberapa bagian komponen atau peubah pada struktur bangunan secara hirarki Hirarki adalah abstraksi struktur suatu sistem, dimana fungsi hirarki antar komponen dan dampaknya pada sistem secara keseluruhan dapat dipelajari. Abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, semuanya tersusun ke bawah dari sutu puncak tujuan akhir, turun ke suatu sub tujuan sub objective, kemudian faktor-faktor pendorong forces yang mempengaruhi sub tujuan tersebut, serta pelaku actors yang memberikan dorongan, turun ke tujuan-tujuan pelaku aktor dan kebijakan-kebijakannya, strategi-strateginya dan hasil dari strategi tersebut selanjutnya timbul pertanyaan yang berkaitan dengan hirarki ini, bagaimana dan berapa besar suatu faktor individu dari tingkat yang lebih rendah pada hirarki itu mempengaruhi faktor puncak, yaitu tujuan utama, karena pengaruh ini tidak akan seragam bagi semua faktor dan untuk itu perlu dilakukan identifikasi terhadap intensitasnya, atau sering disebut dengan menyusun prioritas Fewidarto, 1996. Teknik analisis AHP digunakan untuk menemukan pemecahan masalah yang bersifat strategis dengan prinsip kerja : decomposition, comparative judgement, synthesis of priority, dan logical consistency. Decomposition. Decomposition merupakan pemecahan permasalahan yang utuh menjadi beberapa bagian komponennya. Untuk mendapatkan hasil