sistem ini meliputi analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, dan identifikasi sistem. Pendekatan sistem dicirikan oleh adanya suatu metodologi perencanaan
atau pengelolaan, bersifat multidisiplin terorganisir, adanya penggunaan model matematika, berfikir secara kuantitatif, optimasi dan dapat diaplikasikan dengan
teknik simulasi serta dapat direkayasa dengan bantuan komputer. Pendekatan sistem menggunakan abstraksi keadaan nyata ataupun penyederhanaan sistem
nyata untuk pengkajian suatu masalah.
1. Analisis Kebutuhan
Dalam pengembangan sistem agroindustri perikanan laut melibatkan berbagai pihak pelaku, baik yang secara langsung maupun yang tidak
langsung terkait dalam sistem. Maing-masing pelakulembaga memiliki kebutuhan. Analisis kebutuhan masing-masing pihak merupakan permulaan
pengkajian dari suatu sistem. Dalam tahap ini dicari secara selektif apa saja yang dibutuhkan dalam analisis sistem. Sistem pengembangan agroindustri
dalam operasionalisasinya harus diupayakan dapat memenuhi kebutuhan pelakulembaga yang terlibat secara optimal. Keterkaitan kebutuhan antar
pelaku diantaranya menyangkut permodalan, teknologi, pemasaran, sarana prasarana, dan kebijakan. Inventarisasi pelaku dan kebutuhan dari masing-
masing pelaku tersebut dimuat pada Tabel 8. Dari tabel tersebut terlihat adanya kebutuhan yang bersifat
melemahkan atau menguatkan. Kebutuhan yang bersifat melemahkan seperti harga perlu diharmonisasikan untuk menjaga keberlangsungan usaha.
Kebutuhan yang bersifat menguatkan perlu dioptimalkan melalui kerjasama yang saling menguntungkan. Rekayasa sistem harus diupayakan dapat
mensinkronkan kebutuhan-kebutuhan tersebut menjadi satu kesatuan kebutuhan sistem yang sinergis dalam mencapai tujuan yang dikehendaki.
Tabel 8. Inventarisasi kebutuhan pelaku dalam sistem pengembangan agroindustri perikanan laut
2. Formulasi Permasalahan
Keberhasilan dalam pengembangan agroindustri perikanan laut memerlukan perencanaan yang baik, pengalaman, pengetahuan serta intuisi
yang tepat dari pengambil keputusan. Sinergi kepentingan antar pelaku dalam sistem diharapkan akan mengoptimalkan pencapaian tujuan pengembangan
agroindustri perikanan laut, yaitu pemanfataan secara optimal sumber daya untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi para pelaku, seperti
Aktor Rincian Kebutuhan
Nelayan • Harga jual ikan layak dan
stabil • Pemasaran terjamin
• Pendapatan meningkat • Bantuan modal teknologi
• Biaya produksi rendah • Produktivitas tinggi
Pelaku usaha agroindustri
• Harga ikan rendah • Ketersediaan ikan kontinyu
• Biaya produksi alsin, energi, sarana produksi, kredit, pajak,
dan upah rendah • Kesempatan berusaha
meningkat • Bantuan modal, teknologi
dan manajemen usaha • Margin profit tinggi
• Limbah minimum • Pengembalian kredit lancer
• Pemasaran terjamin Tenaga kerja
• Upah tinggi • Perluasan lapangan kerja
• Kesejahteraan meningkat Pemerintah
DaerahPusat • Pendapatan daerahnegara
Meningkat • Optimalisasi pemanfaatan
potensi SDA • Terbukanya lapangan kerja
• Lingkungan hidup terjaga • Pembangunan sarana
prasarana PerbankanLembaga
Keuangan • Jumlah nasabah meningkat
• Pengembalian kredit lancar Pedagang
• Margin profit tinggi • Usaha berkesinambungan
Pengusaha penunjang produksi
• Kesempatan berusaha meningkat
• Margin profit tinggi Konsumen
• Harga layak • Mutu produk terjamin
• Adanya diversifikasi produk • Konsumsi ikan meningkat
Perguruan Tinggi Lembaga Riset
• Ketrampilan SDM meningkat • Mutu produk meningkat
• Adopsi teknologi meningkat • Manajemen industri
meningkat Koperasi
• Kesejahteraan anggota Meningkat
• Iuran anggota lancar Asosiasi Produsen
• Posisi tawar tinggi • Daya saing meningkat
peningkatan daya saing, keuntungan usaha, pendapatan daerah, lapangan kerja, dan konsumsi ikan.
Permasalahan yang paling mendasar dalam pengembangan agroindustri perikanan laut adalah menjaga kontinuitas bahan baku, dalam hal
ini jenis, volume dan mutu ikan hasil tangkapan. Volume hasil tangkapan nelayan berfluktuatif dengan mutu yang juga tidak konsisten, sementara
agroindustri selalu menginginkan kapasitas produksinya konstan dengan mutu yang prima, sehingga diperoleh harga jual yang tinggi.
Kurangnya kemampuan SDM dalam mengadopsi teknologi pengolahan produk perikanan menyebabkan produk hasil olahan tradisional
mempunyai nilai tambah relatif kecil dengan pangsa pasar relatif terbatas di pasar domestik. Sementara itu, kemampuan penanganan hasil perikanan
sesuai dengan standar mutu internasional juga masih rendah. Hal ini sering memperlemah daya saing produk di pasar internasional.
Keterbatasan mutu SDM juga memperlemah proses manajerial untuk mengelola usaha secara professional, sehingga hal ini memperlemah
kemampuan untuk mengakses modal untuk pengembangan usaha. Hal lain yang terkait hal ini adalah lemahnya kemampuan mempresentasikan potensi
bisnis agroindustri perikanan laut di hadapan investor atau pemodal untuk menghilangkan persepsi bahwa bisnis perikanan beresiko tinggi.
Kurangnya dukungan yang memadai dalam penyediaan infrastruktur ataupun industri penunjang lain untuk pengembangan agroindustri. Salah satu
penyebabnya adalah kurangnya koordinasi dan kerjasama antar pelaku, sehingga akan memperlemah struktur industri.
3. Identifikasi Sistem