126 produknya. Pengusaha yang mengikuti pelatihan juga memiliki networking yang
lebih banyak. Dengan mengikuti pelatihan, kemampuan pengusaha dalam menanggung resiko lebih besar, sehingga memiliki peluang partisipasi yang lebih
besar untuk meminjam ke sumber pembiayaan formal. Hal ini sesuai dengan data bahwa pengusaha IKRT non pangan yang pernah mengikuti pelatihan adalah 21
orang atau 26.25 persen, dan yang berpartisipasi pada kredit adalah sebesar 16 orang 76.19 persen dari jumlah pengusaha yang mengikuti pelatihan tersebut.
Pengusaha yang tidak mengikuti pelatihan namun berpartisipasi pada kredit adalah 16 orang atau 27.12 persen dari pengusaha yang tidak mengikuti pelatihan.
Karakteristik produk IKRT non pangan yang membutuhkan inovasi dan kreativitas dapat ditingkatkan dengan mengikuti pelatihan.
Parameter dugaan dari pendapatan yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan rumahtangga pengusaha IKRT, maka peluang
pengusaha untuk berpartisipasi dalam kredit lebih besar. Peningkatan pendapatan akan menyebabkan permintaan akan barang lebih tinggi, demikian juga dengan
barang yang digunakan untuk kegiatan usaha. Pengusaha yang memiliki pendapatan lebih besar juga kurang bersifat risk averse karena memiliki jaminan
yang lebih banyak serta memiliki kemampuan yang lebih besar untuk membayar pinjaman. Hasil ini sejalan dengan studi Messah dan Wangai 2011 tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi kredit di Kenya yang juga menemukan bahwa pendapatan rumahtangga adalah faktor yang nyata
mempengaruhi UMKM untuk meminjam ke lembaga keuangan formal. Lama pendidikan berpengaruh positif pada taraf
α 5 persen. Peluang untuk berpartisipasi pada sumber pembiayaan formal akan semakin besar dengan
meningkatnya pendidikan pengusaha IKRT. Marginal effect variabel pendidikan menunjukkan bahwa apabila pendidikan meningkat 1 persen, maka peluang untuk
berpartisipasi dalam kredit akan meningkat 3.05 persen. Pendidikan menentukan partisipasi pengusaha terhadap kredit formal, karena dengan peningkatan
pendidikan, maka pengetahuan dan pemahaman pengusaha tentang informasi bisnis dan informasi keuangan juga semakin baik. Pandula 2011 juga
menyatakan bahwa pendidikan merupakan faktor penting dalam akses dan partisipasi pada kredit formal karena pemilik usaha yang lebih berpendidikan
127 memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mencari informasi keuangan dan
rencana usaha serta membangun relasi dengan institusi keuangan. Pemilik usaha yang lebih berpendidikan akan memiliki skill manajerial yang lebih baik,
sehingga kemampuannya untuk berpartisipasi dalam sumber pembiayaan formal juga meningkat.
Pengalaman usaha berpengaruh positif pada taraf α 10 persen. Parameter
dugaan pengalaman usaha yang bernilai positif menunjukkan bahwa peluang pengusaha untuk berpartisipasi dalam sumber pembiayaan formal akan meningkat
dengan meningkatnya pengalaman usaha pengusaha. Peningkatan pengalaman usaha akan meningkatkan kemampuan pengusaha IKRT non pangan untuk
mempelajari peluang usaha baik dari segi produksi, pasar produk dan kemampuan modal yang dibutuhkan, serta dapat meramalkan peluang usaha di masa datang
dengan baik. Pengalaman usaha yang semakin lama juga dapat menunjukkan peningkatan skala usaha, sehingga peningkatan pengalaman usaha juga
menunjukkan perkembangan usaha. Kebutuhan modal yang tidak dapat dipenuhi sendiri untuk mengembangkan usaha akan mendorong pengusaha IKRT
menggunakan sumber modal dari luar seperti kredit dari sumber pembiayaan formal. Sehingga, peningkatan pengalaman usaha akan meningkatkan peluang
partisipasi pengusaha IKRT non pangan dalam sumber pembiayaan formal. Keadaan ini sesuai dengan kondisi pengusaha IKRT non pangan menunjukkan
bahwa pengusaha yang berpartisipasi pada kredit memiliki rata-rata pengalaman usaha yang lebih besar 15.16 tahun dari pengusaha yang tidak berpartisipasi
dalam kredit 11.67 tahun. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Musamali dan Tarus 2013 yang
menyatakan bahwa umur usaha atau pengalaman usaha mempengaruhi kemampuan UMKM untuk mengakses dan berpartisipasi dalam lembaga
keuangan. Pengusaha yang memiliki pengalaman usaha lebih lama, memiliki pengetahuan yang lebih banyak tentang situasi pasar dan industri yang terjadi,
sehingga bisa memperkirakan resiko yang akan terjadi dimasa mendatang, selanjutnya membuat pengusaha tersebut lebih berani untuk berpartisipasi dalam
sumber pembiayaan. Biekpe dan Abor 2009 juga menyatakan bahwa perusahaan yang telah beroperasi lebih lama memiliki reputasi yang telah dibangun selama
128 bertahun-tahun, permintaannya terhadap sumber dana dari luar seperti kredit akan
lebih besar sehingga partisipasinya terhadap sumber pembiayaan juga meningkat. Variabel umur, ukuran keluarga, dummy ikut organisasi dan dummy aset tidak
mempengaruhi partisipasi pengusaha dalam meminjam dalam kredit. Selanjutnya, Tabel 21 menunjukkan hasil pendugaan parameter faktor-
faktor yang mempengaruhi partisipasi pengusaha IKRT pangan untuk meminjam kredit pada sumber pembiayaan formal. Faktor-faktor yang mempengaruhi
partisipasi kredit pada IKRT pangan hampir mirip dengan pengusaha IKRT non pangan. Variabel pendapatan seperti halnya pada IKRT non pangan berpengaruh
positif dan nyata pada taraf α 5 persen. Semakin tinggi pendapatan, maka peluang
partisipasi terhadap sumber pembiayaan formal juga meningkat. Kesejahteraan yang meningkat akan meningkatkan kemampuan IKRT pangan untuk membayar
pinjaman, sehingga peluang untuk berpartisipasi dalam kredit juga meningkat.
Tabel 21. Hasil Pendugaan Parameter Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Partisipasi Industri Kecil dan Rumahtangga Pangan pada Sumber Pembiayaan Formal
Variabel Simbol
Parameter Dugaan Pr ChiSq
Marginal Effect
Umur UMUR
0.0393 0.1616
e
0.01042 Lama pendidikan
TPD 0.1448
0.1392
d
0.03845 Ukuran keluarga
JTKG -0.0433 0.7428
-0.01149 Pendapatan total
TPEND 1.602E-8
0.0428
b
4.255E-9 Dummy posisi pemilik
POS 0.0636 0.9276
Dummy ikut organisasi ORGS
0.6269 0.2508 Dummy pelatihan
PELT 5.3931 0.9900
Intercept -3.6791 0.0115
Likelihood Ratio = 21.5131; Pr ChiSq 0.0031
Keterangan:
b
nyata pada taraf α = 10 persen
d
nyata pada taraf α = 15 persen
e
nyata pada taraf α = 20 persen
Parameter dugaan umur pengusaha IKRT pangan berpengaruh positif dalam menentukan partisipasi dalam sumber pembiayaan formal dan nyata pada taraf
α 20 persen. Rata-rata umur pengusaha IKRT yang berkisar 37.14 tahun
menggambarkan pengusaha IKRT pangan masih berada pada usia produktif yang masih cukup muda. Peningkatan umur akan meningkatkan kematangan berpikir
dan lebih mampu untuk mempertimbangkan peluang yang ada. Hal ini juga sesuai dengan studi yang dilakukan Nguyen dan Luu 2013 yang menemukan bahwa
karakteristik pemilik seperti usia secara nyata mempengaruhi kemampuan untuk meminjam dari sumber pembiayaan formal.
129 Lama pendidikan berpengaruh positif dan nyata pada taraf
α 15 persen dalam menentukan partisipasi pengusaha IKRT pangan untuk meminjam pada
sumber pembiayaan formal. Hasil ini sama dengan peluang partisipasi IKRT non pangan pada sumber pembiayaan formal. Peluang berpartisipasi dalam kredit
meningkat dengan meningkatnya pendidikan pengusaha IKRT pangan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, peningkatan pendidikan akan meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman pengusaha tentang informasi bisnis dan informasi keuangan.
Ukuran keluarga, dummy posisi pemilik, dummy organisasi, dan dummy pelatihan tidak berpengaruh dalam menentukan partisipasi pengusaha IKRT
pangan dalam meminjam pada sumber pembiayaan formal. Kondisi ini berbeda dengan pengusaha non pangan, yang menunjukkan dummy pelatihan berpengaruh
positif dalam menentukan partisipasi dalam kredit. Kondisi ini sesuai dengan hipotesis apriori bahwa jenis usaha yang berbeda memiliki karakteristik berbeda
dan faktor-faktor yang mempengaruhi akses dan partisipasi pemilik usaha kepada sumber pembiayaan juga berbeda.
7.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Industri Kecil
dan Rumahtangga pada Sumber Pembiayaan Formal Permintaan kredit adalah jumlah kredit yang dipinjam oleh IKRT non
pangan. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi jumlah kredit yang diminta adalah tingkat bunga, pendapatan per kapita, total aset, lama menjadi nasabah, dan
dummy sumber kredit. Tabel 22 menunjukkan hasil pendugaan parameter faktor- faktor yang mempengaruhi jumlah kredit yang diminta oleh pengusaha IKRT non
pangan yang berpartisipasi dalam kredit sumber pembiayaan formal. Nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 0.45453 menunjukkan bahwa variasi dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 45.453
persen. Nilai F dengan prob F sebesar 0.0088 menunjukkan bahwa secara keseluruhan model ini cukup baik menjelaskan persamaan jumlah kredit yang
diminta oleh IKRT non pangan pada sumber pembiayaan formal, karena secara keseluruhan variabel independen mampu menjelaskan variabel dependennya.
130 Tabel 22. Hasil Pendugaan Parameter Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Permintaan Kredit oleh Industri Kecil dan Rumahtangga Non Pangan di Kabupaten Bogor
Variabel Simbol
Paramater Dugaan Pr |t|
Elastisitas Tingkat bunga
BBUNG -1862162
0.0350
b
-0.7026 Pendapatan per kapita
INCPCAP 0.258094
0.0274
b
0.3947 Total aset
TASET 0.031708
0.1293
d
0.1485 Lama menjadi nasabah
LMNS 408399.6
0.0031
a
0.2599 Dummy sumber kredit
DJSK 12630176
0.0359
b
Konstanta 13598108
0.0583 R
2
= 0.45453 prob F = 0.0088
Keterangan:
a
nyata pada taraf α = 1 persen
b
nyata pada taraf α = 5 persen
d
nyata pada taraf α = 15 persen
Variabel lama menjadi nasabah berpengaruh positif dan nyata pada taraf α 1
persen terhadap jumlah kredit yang diminta. Nilai parameter dugaan menunjukkan jika lama menjadi nasabah bertambah 1 tahun, maka jumlah kredit
yang diminta akan meningkat sebesar Rp 408 399.6. Pengusaha IKRT yang sudah lama menjadi nasabah akan lebih cepat memperkirakan kebutuhan kreditnya,
sehingga permintaan terhadap jumlah kredit juga akan meningkat. Lama menjadi nasabah juga menunjukkan pengalaman pengusaha IKRT untuk menjalin
hubungan dengan sumber pembiayaan formal. Hubungan yang baik akan meningkatkan penggunaan kredit oleh IKRT non pangan dan sebaliknya pihak
sumber pembiayaan formal akan dengan mudah memberikan kredit kepada pengusaha IKRT yang sudah lama menjadi nasabahnya. Nilai elastisitas dari
jumlah kredit yang diminta terhadap lama menjadi nasabah yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa jumlah kredit yang diminta kurang responsif terhadap lama
menjadi nasabah. Tingkat bunga, pendapatan per kapita, dan dummy sumber kredit
berpengaruh nyata terhadap jumlah kredit yang diminta pada taraf α 5 persen.
Nilai parameter dugaan tingkat bunga bernilai negatif, dan ini sesuai dengan kaidah ekonomi yang menyatakan bahwa harga suatu barang berbanding terbalik
dengan jumlah yang diminta. Peningkatan tingkat bunga akan menyebabkan jumlah kredit yang diminta berkurang. Nilai parameter dugaan mengandung arti
bahwa jika tingkat bunga sumber pembiayaan formal meningkat 1 persen, maka
131 jumlah kredit yang diminta akan berkurang sebesar Rp 1 862 162
.
Hasil studi ini sama dengan hasil studi Rachmina 1994 yang menunjukkan bahwa permintaan
kredit melalui pendekatan langsung dipengaruhi oleh tingkat bunga pada usaha kecil. Ini juga didukung oleh hasil temuan Nizar 2004 yang menyatakan salah
satu faktor yang mempengaruhi permintaan kredit usahatani adalah suku bunga. Namun demikian, jumlah kredit yang diminta kurang responsif terhadap tingkat
bunga. Hal ini sesuai dengan penjelasan sebelumnya, bahwa tingkat bunga bukan merupakan faktor utama yang menentukan pengusaha IKRT non pangan untuk
meminjam kredit ke sumber pembiayaan formal. Hasil pendugaan parameter pendapatan per kapita menunjukkan bahwa
peningkatan pendapatan per kapita akan meningkatkan jumlah kredit yang dipinjam pada sumber pembiayaan formal. Nilai parameter dugaan mengandung
arti bahwa jika pendapatan per kapita meningkat sebesar Rp 1, maka jumlah kredit yang diminta akan meningkat sebesar Rp 0.258094. Nilai parameter yang
kecil juga didukung oleh nilai elastisitas yang kurang dari satu, sehingga jumlah kredit yang diminta kurang responsif terhadap pendapatan per kapita. Tanda
parameter dugaan pendapatan per kapita yang positif sesuai dengan kaidah ekonomi yang menyatakan bahwa peningkatan pendapatan akan meningkatkan
permintaan terhadap suatu barang. Pendapatan per kapita juga menunjukkan tingkat kesejahteraan pengusaha IKRT. Peningkatan pendapatan per kapita
berarti kebutuhan keluarga IKRT juga akan lebih bervariasi. Permintaan akan barang kebutuhan pokok dan barang normal lainnya serta barang mewah juga
akan meningkat, sehingga permintaan akan kredit juga akan meningkat. Hasil ini juga sesuai dengan hasil studi Nuryartono 2005 tentang akses kredit formal dan
informal pada rumahtangga petani di Sulawesi Tengah yang menemukan bahwa pendapatan per kapita berpengaruh positif terhadap permintaan kredit formal.
Dummy sumber kredit bernilai positif dan nyata pada taraf α 5 persen
terhadap jumlah kredit yang diminta. Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha yang meminjam pada sumber kredit bank akan meningkatkan jumlah kredit yang
diminta. Pada umumnya jumlah kredit yang ditawarkan oleh sumber pembiayaan bank lebih besar dari kredit PKBL, sehingga permintaan kredit untuk jenis
pembiayaan bank juga meningkat.
132 Tabel 23 menunjukkan hasil pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi
jumlah kredit yang diminta oleh pengusaha IKRT pangan yang berpartisipasi dalam sumber pembiayaan formal. Dari beberapa variabel yang diduga
mempengaruhi jumlah kredit yang diminta pada pengusaha IKRT pangan, terdapat beberapa variabel yang menunjukkan hasil yang sama dengan hasil
pendugaan permintaan kredit pada IKRT non pangan. Tabel 23. Hasil Pendugaan Parameter Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Permintaan Kredit oleh Industri Kecil dan Rumahtangga Pangan di Kabupaten Bogor
Variabel Simbol
Paramater Dugaan Prob |t|
Elastisitas Tingkat bunga
BBUNG -829472
0.3914 -0.3089
Pendapatan per kapita INCPCAP
1.234949 0.0011
a
0.7166 Total aset
TASET 0.039645
0.0600
b
0.2717 Lama menjadi nasabah
LMNS 253857.3
0.3574 0.1294
Dummy sumber kredit DJSK
25097845 0.0327
b
Konstanta -1.064E7
0.3385 R
2
= 0.81724 Prob F = .0001
Keterangan:
a
nyata pada taraf α = 1 persen
b
nyata pada taraf α = 5 persen
Nilai koefisien determinasi R
2
persamaan jumlah kredit yang diminta oleh IKRT pangan lebih tinggi dari IKRT non pangan, yaitu 0.81724. Artinya variasi
variabel dependen jumlah kredit yang diminta dapat dijelaskan oleh variabel- variabel independen sebesar 81.724 persen. Nilai statistik uji F juga menunjukkan
hasil yang lebih baik dari pada IKRT non pangan. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan model IKRT pangan lebih baik dalam menjelaskan persamaan
jumlah kredit yang diminta pada sumber pembiayaan formal
.
Parameter dugaan pendapatan per kapita bertanda positif dan nyata pada taraf
α 1 persen. Artinya peningkatan pendapatan per kapita dari pengusaha IKRT pangan akan meningkatkan jumlah kredit yang diminta pada sumber pembiayaan
formal. Namun, nilai elastisitas yang kurang dari satu menunjukkan bahwa jumlah kredit yang diminta kurang responsif terhadap pendapatan per kapita pengusaha.
Hasil pendugaan parameter ini sama dengan hasil pendugaan pada IKRT non pangan. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, pendapatan per kapita
menunjukkan tingkat kesejahteraan pengusaha IKRT. Peningkatan pendapatan per kapita akan meningkatkan kesejahteraan pengusaha, sehingga permintaan
133 pengusaha akan barang, baik barang kebutuhan pokok maupun barang normal
atau barang mewah akan meningkat. Peningkatan kebutuhan pengusaha juga akan lebih bervariasi, sehingga permintaan terhadap kredit juga meningkat.
Berbeda dengan IKRT non pangan, parameter dugaan total aset ternyata berpengaruh positif dan nyata pada taraf
α 10 persen dalam menentukan jumlah kredit yang diminta oleh pengusaha IKRT pangan. Ini menunjukkan semakin
tinggi tingkat kekayaan pengusaha IKRT pangan, maka jumlah kredit yang diminta juga meningkat. Hal ini sesuai dengan penjelasan sebelumnya tentang
distribusi pengusaha IKRT pangan dalam meminjam ke sumber pembiayaan formal, dimana jumlah kredit yang dipinjam berhubungan positif dengan aset
pengusaha IKRT pangan. Sama halnya dengan IKRT non pangan, parameter dugaan dummy sumber
kredit berpengaruh positif dan nyata pada taraf α 5 persen dalam menentukan
jumlah kredit yang diminta oleh IKRT pangan. Artinya sumber pembiayaan bank akan meningkatkan jumlah kredit yang diminta. Variabel tingkat bunga dan lama
menjadi nasabah tidak mempengaruhi permintaan terhadap kredit. Sekali lagi dapat dikatakan bahwa tingkat bunga bukan satu-satunya faktor penentu dalam
permintaan kredit, tetapi faktor karakteristik usaha lebih menentukan permintaan kredit.
134
VIII. PENGARUH PARTISPASI INDUSTRI KECIL DAN
RUMAHTANGGA PADA SUMBER PEMBIAYAAN TERHADAP KINERJA USAHA DAN KESEJAHTERAAN RUMAHTANGGA
PENGUSAHA
Pada bagian ini, akan diuraikan pengaruh berbagai sumber pembiayaan yang dapat dimanfaatkan oleh IKRT terhadap kinerja usaha dan kesejahteraan
rumahtangga industri kecil dan rumahtangga. Uraian tersebut akan dibagi dalam dua bagian yang berdasarkan IKRT non pangan dan IKRT pangan. Bagian
pertama akan membahas pengaruh sumber pembiayaan terhadap IKRT non pangan, dan dilanjutkan terhadap IKRT pangan. Bagian ini juga menyajikan
pengaruh credit rationing terhadap kinerja usaha dan pengeluaran rumahtangga IKRT secara keseluruhan. Pada bagian ini juga diuraikan pengaruh credit
rationing terhadap kinerja usaha dan pengeluaran rumahtangga pengusaha, namun tidak mengelompokkannya berdasarkan IKRT non pagan dan pangan.
8.1. Pengaruh Partisipasi Industri Kecil dan Rumahtangga Non Pangan
pada Berbagai Sumber Pembiayaan terhadap Kinerja Usaha dan Kesejahteraan Rumahtangga Pengusaha
Pada bagian ini akan disajikan hasil analisis pengaruh partisipasi pada
berbagai sumber pembiayaan terhadap kinerja usaha dan kesejahteraan rumah- tangga pengusaha IKRT non pangan. Kinerja usaha yang disajikan dalam studi
ini adalah nilai aset tetap, penggunaan bahan baku, penggunaan tenaga kerja, biaya produksi, nilai produksi, sedangkan kesejahteraan rumahtangga pengusaha
dapat dijelaskan oleh pengeluaran terhadap konsumsi total. Pembahasan pertama mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi persamaan seleksi partisipasi dalam
berbagai sumber pembiayaan yang ada dengan menggunakan multinomial logit. Hasil dari persamaan kinerja usaha dan pengeluaran total pengusaha IKRT non
pangan akan disajikan selanjutnya.
8.1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Industri Kecil dan Rumahtangga Non Pangan pada Berbagai Sumber Pembiayaan
Tahap pertama dari analisis ini adalah menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi IKRT non pangan terhadap tiga sumber pembiayaan
135 yang berbeda. Pendugaan peluang meminjam ke sumber pembiayaan berbeda
dikelompokkan menjadi: kredit bank P
1
, kredit PKBL P
2
, dan pembiayaan informalsuplier P
3
, sedangkan yang menjadi basis dari model ini adalah sumber modal sendiri P
4
. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi persamaan partisipasi meminjam ke sumber pembiayaan adalah faktor karakteristik
pengusaha, karakteristik keluarga, dan karakteristik usaha pengusaha IKRT non pangan. Variabel-variabel penjelas yang diduga mempengaruhi persamaan seleksi
peluang berpartisipasi dalam sumber pembiayaan yang berbeda yaitu: lama pendidikan, jumlah anggota keluarga atau ukuran keluarga, pengalaman usaha,
posisi pemilik, dummy organisasi, dummy pelatihan, dummy aset dan dummy omset.
Hasil pendugaan parameter persamaan seleksi sumber pembiayaan berbeda dapat dilihat pada Tabel 24. Nilai likelihood ratio chi-square sebesar 51.65
dengan p-value 0.0009 menunjukkan bahwa secara keseluruhan model tersebut layak digunakan untuk menggambarkan model persamaan seleksi peluang
berpartisipasi dalam berbagai sumber pembiayaan berbeda. Parameter dugaan lama pendidikan berpengaruh positif dan nyata pada taraf
α 5 persen dalam mempengaruhi peluang partisipasi sumber kredit bank relatif terhadap sumber
modal sendiri. Nilai pendugaan parameter lama pendidikan menunjukkan satu tahun kenaikan pendidikan pengusaha akan meningkatkan 0.4398 log odd relatif
antara pembiayaan kredit perbankan dengan modal sendiri. Artinya peluang untuk meminjam di bank lebih besar seiring dengan meningkatnya lama pendidikan
pengusaha. Hal ini sesuai dengan hipotesis apriori bahwa pengusaha yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi memiliki peluang yang lebih besar
menggunakan sumber pembiayaan formal perbankan. Pihak perbankan yang cendrung memiliki prosedur dan administrasi yang lebih rumit juga lebih
menyukai pengusaha yang memiliki pendidikan lebih tinggi. Sebaliknya, lama pendidikan tidak berpengaruh nyata pada log odd relatif antara sumber kredit
PKBL dan pembiayaan informal terhadap sumber modal sendiri. Pendugaan parameter pengalaman usaha dan dummy posisi pemilik
berpengaruh positif terhadap log odd relatif antara sumber kredit bank dengan modal sendiri dan nyata pada taraf
α 15 persen. Nilai parameter pendugaan