87 Cikampak sebanyak 6 unit. Industri konveksi juga menjadi unggulan dari
kecamatan ini, yaitu konveksi jaket yang terletak di Desa Cihideung Ilir. Kecamatan Citeureup terdiri dari 14 kelurahandesa. Jumlah penduduk
Kecamatan Citeureup sebanyak 198 197 jiwa, yang terdiri dari 101 316 jiwa laki- laki dan 96 881 jiwa perempuan. Kepadatan penduduk pada Kecamatan Citereup
adalah 26.04 jiwa per km
2
. Penduduk Kecamatan Citereup memiliki mata pencaharian yang beragam, yaitu sebagai buruh, pengusaha, pedagang,
pengemudijasa, dan PNS. Pada Kecamatan Citereup telah banyak berdiri industri pengolahan yang berskala kecil dan besar. Industri pengolahan yang ada antara
lain industri pengolahan semen, industri tekstil, dan industri kecil yang berbasis rumahtangga. Luas lahan pertanian sudah sangat sempit di Kecamatan ini, hanya
416 ha lahan sawah saja. Kecamatan Citereup merupakan sentra dari IKRT tempe yang terdapat di Desa Citereup. Jumlah IKRT tempe berjumlah sekitar 200 unit.
Fasilitas lembaga keuangan baik formal maupun informal cukup tersedia di daerah penelitian. Lembaga keuangan formal yang tersedia adalah lembaga
keuangan perbankan dan lembaga keuangan non bank. Lembaga keuangan bank yang ada di sekitar wilayah penelitian terdiri dari BRI unit, Bank Jabar, Bank
BNI, Bank Syariah, Bank Mandiri, dan Bank Perkreditan Rakyat. Lembaga keuangan non bank terdiri dari leasing dan factoring berupa fasilitas kredit
kendaraan dan fasilitas rumahtangga. Lokasi lembaga keuangan tersebut tidak terlalu jauh dari lokasi IKRT yang ada.
5.4. Karakteristik Pengusaha Sampel
Karakteristik sampel meliputi umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga atau ukuran keluarga, jumlah anak yang dimiliki, dan jumlah anak yang
bersekolah. Sampel dari penelitian ini terdiri dari 80 sampel untuk IKRT non pangan dan 50 sampel untuk IKRT pangan.
Tabel 4 menunjukkan karakteristik sampel IKRT yang dikelompokkan menjadi IKRT tas, alas kaki, dan tempe. Rata-rata umur pengusaha IKRT non
pangan secara umum adalah 43 tahun, rata-rata umur pengusaha tas adalah 47.32 tahun, dan rata-rata umur pengusaha alas kaki adalah 41.16 tahun, sedangkan rata-
rata umur pengusaha pangan tempe adalah 37.14 tahun. Ini menunjukkan bahwa pengusaha IKRT tas dan alas kaki maupun tempe berada pada usia produktif.
88 Jenis kelamin sampel pengusaha IKRT non pangan dan pangan pada umumnya
adalah laki-laki dan hanya 3 persen sampel yang berjenis kelamin perempuan pada kelompok non pangan, dan 10 persen pada kelompok pangan. Hal ini
menunjukkan usaha tas, alas kaki, dan tempe masih didominasi oleh laki-laki. Tabel 4. Rata-rata Karakteristik Industri Kecil dan Rumahtangga Sampel di
Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat
No. Karakteristik Sampel
IKRT Tas
IKRT Alas Kaki
IKRT Tempe
1. Umur thn 47.32
41.16 37.14
2. Tingkat pendidikan thn 7.64
7.16 7.80
3. Jumlah tanggungan keluarga org 4.64
4.58 4.56
4. Jumlah anak yang dimiliki org 3.72
2.57 2.50
5. Jumlah anak sekolah org 1.40
1.60 1.54
Jumlah Sampel org 25.00
55.00 50.00
Sumber: data primer diolah Rata-rata tingkat pendidikan pengusaha IKRT pada umumnya adalah
sekolah dasar, yaitu sekitar 71.25 persen dari pengusaha IKRT non pangan, dan 60 persen dari pengusaha IKRT pangan. Rata-rata pendidikan yang diukur dari
lama tahun pendidikan untuk ketiga IKRT hampir sama yaitu berkisar 7.16 sampai 7.80 tahun.
Rata-rata jumlah anggota keluarga pada pengusaha IKRT non pangan adalah 4.6 orang, jumlah tanggungan keluarga pada pengusaha tas sebanyak 4.64
orang dan jumlah tanggungan keluarga pada pengusaha alas kaki sebanyak 4.58 orang, sedangkan rata-rata jumlah tanggungan keluarga pengusaha IKRT pangan
adalah sebanyak 4.56 orang. Hal ini menunjukkan bahwa rumahtangga pengusaha IKRT non pangan dan pangan merupakan keluarga kecil, yaitu berkisar antara
empat sampai lima orang per unit keluarga. Jumlah anggota keluarga menunjukkan ukuran keluarga pengusaha IKRT. Kusnadi 2005 menyatakan
bahwa ukuran keluarga dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sebagai penyedia tenaga kerja keluarga dan sebagai beban tanggungan keluarga. Ukuran keluarga juga
menunjukkan kemampuan menanggung resiko untuk meminjam kredit. Pengusaha IKRT yang memiliki ukuran keluarga yang besar cendrung untuk tidak
meminjam ke sumber pembiayaan, karena beban resiko yang ditanggung juga semakin besar.
89 Jumlah anak yang dimiliki dan jumlah anak yang bersekolah dapat
dipandang sebagai beban bagi pengusaha IKRT seperti halnya pada jumlah tanggungan keluarga. Rata-rata jumlah anak yang dimiliki oleh IKRT tas adalah
sebanyak 3.72 orang, rata-rata jumlah anak yang dimiliki oleh IKRT alas kaki adalah 2.57 orang, dan rata-rata jumlah anak yang dimiliki oleh IKRT pangan
adalah 2.50 orang. Jumlah anak yang dimiliki akan mempengaruhi pengeluaran rumahtangga pengusaha IKRT baik pengeluaran pangan maupun pengeluaran non
pangan. Rata-rata jumlah anak bersekolah pada pengusaha IKRT non pangan dan
pangan adalah 1.5 orang, rata-rata jumlah anak sekolah pada pengusaha tas adalah 1.4 orang, dan pada pengusaha alas kaki sebanyak 1.6 orang, sedangkan rata-rata
jumlah anak yang bersekolah pada IKRT pangan adalah 1.54 orang. Jumlah anak yang bersekolah akan menentukan besarnya pengeluaran untuk pendidikan yang
harus dikeluarkan oleh pengusaha. Semakin banyak jumlah anak yang bersekolah, pengeluaran pendidikan akan semakin besar. Berdasarkan deskripsi dari
karakteristik sampel diatas terlihat bahwa karakteristik IKRT non pangan dengan IKRT pangan tidak jauh berbeda.
Pengusaha yang berposisi sebagai pemilik dan juga ikut bekerja dalam kegiatan usaha tas dan alas kaki sebanyak 70 persen dari keseluruhan pengusaha
yang ada, sedangkan yang hanya mengelola usaha saja sebanyak 30 persen. Pengusaha yang berposisi sebagai pemilik dan ikut bekerja dalam kegiatan tempe
adalah sebanyak 90 persen, sedangkan pengusaha yang hanya mengelola usaha saja hanya sebesar 10 persen. Posisi pengusaha dalam usaha akan menentukan
aktivitas dan biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha. Posisi pemilik yang hanya sebagai pengelola akan memiliki waktu dan kesempatan lebih banyak
untuk berinteraksi dengan pihak luar, seperti berinteraksi dengan lembaga keuangan, dan pasar produk. Namun disisi lain, posisi pemilik yang hanya
mengelola akan mengeluarkan biaya yang lebih mahal untuk tenaga kerja dan kegiatan produksi lainnya.
Perbandingan karakteristik antara pengusaha IKRT yang berpartisipasi kredit dengan yang tidak berpartisipasi pada sumber pembiayaan formal terlihat
pada Tabel 5. Rata-rata umur pengusaha IKRT non pangan yang berpartisipasi