Pembiayaan Industri Kecil dan Rumahtangga Pangan

111 diberikan, suku bunga yang dikenakan, jangka waktu jatuh tempo, sanksi, dan persyaratan lainnya. Supriatna 2009 menyatakan bahwa berdasarkan sumber pembiayaan, ada dua jenis pasar kredit mikro di pedesaan, yaitu: 1 pasar kredit formal yang terbagi atas kredit non program atau komersial seperti BRI Unit Desa, BPR, koperasi, dan pegadaian dan kredit program seperti KUT dan KKP, dan 2 pasar kredit informal seperti pelepas uang, pedagang input dan output produksi. Kedua kelompok pasar kredit tersebut memiliki pola pelayanan yang khas dalam keragaan kredit yang ditawarkan, target sasaran, aturan pengajuan, pengembalian kredit, dan pelayanan lainnya seperti pengawasan dan pembinaan usaha yang dijalankan nasabah. Persyaratan aplikasi yang sangat ketat lebih diberlakukan oleh lembaga pembiayaan formal dibandingkan lembaga pembiayaan informal. Persyaratan antara kredit perbankan komersil dengan kredit program yang disalurkan oleh perbankan juga berbeda. Sudaryanto dan Syukur 2000 dalam Supriatna 2009 menyatakan bahwa adanya sifat kehati-hatian dari lembaga pembiayaan formal untuk menyalurkan kreditnya menyebabkan kredit non program lebih rigid dibanding kredit program dalam memberikan kreditnya. Pada kredit non program tingkat bunga yang ditetapkan adalah tingkat bunga komersial yang lebih tinggi dibandingkan tingkat bunga dari kredit program. Persyaratan yang lebih ketat pada perbankan juga tercantum dalam penjelasan pasal 8 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, yang menyatakan bahwa kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko, bank wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan peminjam untuk melunasi hutangnya sesuai dengan perjanjian. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan undang-undang perbankan Nomor 7 Tahun 1992 juga menyatakan bahwa untuk memperoleh keyakinan tentang peminjam, maka sebelum memberikan kredit bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari calon peminjam sebelum memberikan kredit. Lembaga pembiayaan bank komersial menetapkan kredit, mekanisme pengajuan, penyaluran, dan pengembalian kredit berdasarkan mekanisme pasar. 112 Standar kelayakan kredit ditetapkan secara formal dan bunga kredit merupakan bunga komersial. Jumlah kredit yang diberikan lebih besar dari lembaga pembiayaan informal, karena memiliki kemampuan penghimpunan dana yang lebih besar. Jangka waktu yang diberikan biasanya dalam jangka panjang. Jenis agunan berupa sertifikat tanah dan bangunan. Prosedur pengajuan kredit sangat formal, rumit, membutuhkan waktu lama, dan perlu biaya transportasi dan biaya administrasi. Namun, kekurangan lain dari lembaga pembiayaan bank komersial adalah lembaga tersebut tidak melakukan pengawasan terhadap penggunaan kredit yang disalurkan sepenuhnya tergantung pada nasabah dan tidak ada pembinaan terhadap kegiatan usaha yang dijalankan nasabah Supriatna, 2009. Salah satu alasan utama kurangnya akses terhadap lembaga pembiayaan komersial meskipun tingkat bunganya rendah adalah tingkat bunga tersebut belum sebanding dengan waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan kredit Umali 1978 dalam Supriatna, 2009. Sumber pembiayaan informal merupakan salah satu alternatif sumber modal yang bisa digunakan oleh IKRT. Sumber pembiayaan informal ini sudah lama berkembang berkembang sejalan dengan tumbuhnya permintaan dari masyarakat. Sumber pembiayaan informal memiliki karakteristik yaitu pinjaman didasarkan atas perjanjian lisan dengan sedikit atau tanpa agunan, sering adanya hubungan dengan pasar lain seperti dengan pasar input atau pasar produk Ghosh, et al., 2000. Jasa lembaga informal umumnya dilakukan oleh para pemberi pinjaman money lender, seperti pelepas uang, pedagang input produksi, pedagang hasil panen, dan lainnya, dengan ciri khas tingkat bunga tinggi. Pola pelayanan lembaga informal pada umumnya lebih sesuai dengan karakteristik usaha kecil karena kredit yang diberikan tanpa agunan atau hanya berlandaskan kepercayaan, bentuk kredit berupa uang tunai, lama pinjaman 1-2 bulan dengan waktu pengembalian kapan saja bergantung ketersediaan uang. Namun demikian, sumber pembiayaan informal menetapkan suku bunga yang tinggi, yaitu lebih dari 60 persen per tahun. Pedagang input produksi terlihat menetapkan bunga rendah, tetapi sebenarnya nilai bunga sudah dimasukkan dengan menaikkan harga jual produksi secara tersembunyi Syukur et al. 2003. 113 Bagi masyarakat pedesaan, tingkat bunga tidak selalu menjadi ukuran penting dalam melakukan peminjaman, tetapi yang lebih penting adalah mereka mempunyai kemampuan untuk membayar kembali pinjamannya. Apabila kemampuan itu ada maka petani tidak begitu memperhatikan bunga yang harus dibayar selama kredit yang diperlukan dapat diperoleh secara cepat, mudah, dan sesuai dengan yang dibutuhkan Mubyarto, 1973. Selain sumber pembiayaan bank dan pembiayaan informal, usaha kecil juga bisa memanfaatkan kredit PKBL. Kredit PKBL merupakan salah satu bentuk CSR corporate social responsibility dari perusahaan BUMN. Secara teoritis, CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para pemangku kepentingan stakeholder, terutama komunitas atau masyarakat di sekitar wilayah kerja dan operasi perusahaan tersebut. Pelaksanaan CSR oleh BUMN dilandasi oleh Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara BUMN yang menyatakan bahwa BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecilkoperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN. Tabel 15 memberikan informasi tentang perbedaan antara sumber pembiayaan bank, kredit PKBL, dan pembiayaan informal berdasarkan kajian berbagai literatur. Tabel 15. Karakteristik Berbagai Sumber Pembiayaan Karakteristik Bank PKBL Pembiayaan Informal 1. Persyaratan aplikasi: - Lebih ketat, terikat dengan UU perbankan, prosedur sangat formal, rumit, membutuhkan waktu yang lama - Agak ketat, didasarkan dengan peraturan menteri BUMN - Longgar 2. Besar bunga: - Tergantung dengan bunga pasar komersil - Lebih rendah - Tinggi 3. Jumlah kredit: - Jlebih besar - Antara 5 jt sampai 30 juta - Lebih sedikit 4. Persyaratan agunan: - Sertifikat tanah dan bangunan - SKU, dan surat tanah - Longgar, tanpa agunan 5. Jangka waktu kredit: - Lebih lama - 1-3 tahun - Singkat 1-2 bulan Sumber: Mubyarto, 1973; Ghosh, et al., 2000; Syukur et al., 2003; Supriatna, 2009; Kementrian BUMN, 2010 114 Kredit PKBL adalah bentuk tanggung jawab Badan Usaha Milik Negara BUMN kepada masyarakat. PKBL merupakan program pembinaan usaha kecil dan pemberdayaan kondisi lingkungan oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Jumlah penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal sebesar 2 persen dari laba bersih untuk program kemitraan dan maksimal 2 persen dari laba bersih untuk program bina lingkungan. Pelaksanaan PKBL selain didasarkan pada Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN juga didasarkan pada Peraturan Menteri BUMN Nomor Per- 05MBU2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan. Peraturan tersebut menyatakan bahwa maksud dan tujuan pendirian BUMN tidak hanya mengejar keuntungan, tetapi juga turut aktif dalam memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat. PKBL BUMN juga diharapkan mampu mewujudkan 3 pilar utama pembangunan triple tracks yang telah dicanangkan pemerintah dan merupakan janji politik kepada masyarakat, yaitu: 1 pengurangan jumlah pengangguran pro-job, 2 pengurangan jumlah penduduk miskin pro-poor, dan 3 peningkatan pertumbuhan ekonomi pro-growth. Melalui PKBL diharapkan terjadi peningkatan partisipasi BUMN untuk memberdayakan potensi dan kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan masyarakat Kementrian BUMN, 2010. Peraturan Menteri BUMN Nomor Per-05MBU2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan menyatakan bahwa program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Usaha kecil yang dapat ikut serta dalam program kemitraan disyaratkan sebagai berikut: 1 memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1 milyar, 2 berdiri sendiri artinya bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar, 3 berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum 115 termasuk koperasi, 4 mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan yang telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 satu tahun, dan 5 belum memenuhi persyaratan perbankan non bankable. Untuk meningkatkan optimalisasi pelaksanaan program kemitraan, BUMN pembina dapat melakukan kerjasama dengan BUMN penyalur danatau dengan lembaga penyalur. Lembaga penyalur adalah lembaga keuangan mikro yang pendiriannya memiliki landasan hukum. Dana program kemitraan diberikan dalam bentuk pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan, serta pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha mitra binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha mitra binaan. Dana program kemitraan juga mencakup komponen beban pembinaan. Beban pembinaan tersebut meliputi: 1 untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas mitra binaan serta untuk pengkajianpenelitian yang berkaitan dengan program kemitraan, 2 beban pembinaan bersifat hibah dan besarnya maksimal 20 persen dari dana program kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan, 3 beban pembinaan hanya dapat diberikan kepada atau untuk kepentingan mitra binan. Besarnya jasa administrasi pinjaman dana program kemitraan per tahun sebesar 6 persen dari limit pinjaman. Untuk melihat perbedaan ketiga jenis sumber pembiayaan yang terdapat di daerah penelitian ditunjukkan oleh Tabel 16. Perbedaan ketiga sumber pembiaya- an yang ada dibedakan berdasarkan jumlah pinjaman yang diberikan, suku bunga yang dikenakan kepada pengusaha IKRT, jangka waktu pinjaman, jenis agunan yang berlaku, dan jadwal pembayaran. Jumlah kredit pembiayaan bank yang terdapat pada sampel IKRT berkisar antara Rp 5 000 000 sampai dengan Rp 100 000 000 dengan rata-rata pinjaman sebesar Rp 15 944 444 pada IKRT non pangan dan Rp 36 071 429 pada IKRT pangan. Jumlah kredit bank lebih besar pada IKRT pangan dibandingkan dengan IKRT non pangan. Rata-rata suku bunga yang berlaku pada kredit perbankan berkisar antara 11.11 sampai 14.03 persen. Jangka waktu pinjaman berkisar 12 116 sampai 36 bulan. Jenis agunan yang diberikan adalah dalam bentuk sertifikat dan akta jual beli tanah AJB atau girik. Jadwal pembayaran sumber pembiayaan bank lebih ketat, yaitu 1 bulan setelah kredit diberikan kepada pengusaha. Tabel 16. Karakteristik Berbagai Sumber Pembiayaan pada Industri Kecil dan

Dokumen yang terkait

Strategi Kehidupan Rumahtangga Sirkulator dalam Meningkatkan Kesejahteraan Rumahtangga (Studi Kasus di Desa Curug, Kecamatan Karangsembung, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat)

0 28 124

Pekerja Anak-Anak di Pedesaan (Peranan dan Dampak Anak Bekerja pada Rumahtangga Industri Kecil Sandal : Studi Kasus di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

1 19 120

Industri Kecil dan Rumahtangga, Tinjauan terhadap Karakteristik dan Idealisasinya sebagai Agen Pembaru di Pedesaan (Studi Kasus Desa Cikeas, Kecamatan Kedunghalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 7 154

Ekonomi Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Tapioka Di Tarikolot Dan Bubulak Desa Ciluar Kota Bogor

0 9 119

Ekonomi Rumahtangga Pengusaha dan Pekerja Industri Kecil Gerabah di Sentra Industri Gerabah Kasongan Kabupaten Bantul

0 8 221

Analisis Keberlanjutan, Jangkauan Dan Dampak Pembiayaan Lkms Terhadap Pengurangan Kemiskinan Rumahtangga Tani Di Perdesaan Jawa Barat

2 38 189

Peranan Pekerja Anak di Industri Kecil Sandal terhadap Pendapatan Rumahtangga dan Kesejahteraan Dirinya (Kasus: Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 3 1

Peranan Pekerja Anak di Industri Kecil Sandal terhadap Pendapatan Rumahtangga dan Kesejahteraan Dirinya di Desa Parakan Kec.Ciomas Kabupaten Bogor,Jawa Barat "Reviewer"

0 3 4

Sumbangan industri kecil menengah terhadap nafkah rumahtangga pedesaan di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor

0 6 111

Aksesibilitas Industri Agro Skala Mikro Kecil pada Sumber Pembiayaan dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Usaha di Kabupaten Bogor

0 4 89