Keragaan Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Bogor

89 Jumlah anak yang dimiliki dan jumlah anak yang bersekolah dapat dipandang sebagai beban bagi pengusaha IKRT seperti halnya pada jumlah tanggungan keluarga. Rata-rata jumlah anak yang dimiliki oleh IKRT tas adalah sebanyak 3.72 orang, rata-rata jumlah anak yang dimiliki oleh IKRT alas kaki adalah 2.57 orang, dan rata-rata jumlah anak yang dimiliki oleh IKRT pangan adalah 2.50 orang. Jumlah anak yang dimiliki akan mempengaruhi pengeluaran rumahtangga pengusaha IKRT baik pengeluaran pangan maupun pengeluaran non pangan. Rata-rata jumlah anak bersekolah pada pengusaha IKRT non pangan dan pangan adalah 1.5 orang, rata-rata jumlah anak sekolah pada pengusaha tas adalah 1.4 orang, dan pada pengusaha alas kaki sebanyak 1.6 orang, sedangkan rata-rata jumlah anak yang bersekolah pada IKRT pangan adalah 1.54 orang. Jumlah anak yang bersekolah akan menentukan besarnya pengeluaran untuk pendidikan yang harus dikeluarkan oleh pengusaha. Semakin banyak jumlah anak yang bersekolah, pengeluaran pendidikan akan semakin besar. Berdasarkan deskripsi dari karakteristik sampel diatas terlihat bahwa karakteristik IKRT non pangan dengan IKRT pangan tidak jauh berbeda. Pengusaha yang berposisi sebagai pemilik dan juga ikut bekerja dalam kegiatan usaha tas dan alas kaki sebanyak 70 persen dari keseluruhan pengusaha yang ada, sedangkan yang hanya mengelola usaha saja sebanyak 30 persen. Pengusaha yang berposisi sebagai pemilik dan ikut bekerja dalam kegiatan tempe adalah sebanyak 90 persen, sedangkan pengusaha yang hanya mengelola usaha saja hanya sebesar 10 persen. Posisi pengusaha dalam usaha akan menentukan aktivitas dan biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha. Posisi pemilik yang hanya sebagai pengelola akan memiliki waktu dan kesempatan lebih banyak untuk berinteraksi dengan pihak luar, seperti berinteraksi dengan lembaga keuangan, dan pasar produk. Namun disisi lain, posisi pemilik yang hanya mengelola akan mengeluarkan biaya yang lebih mahal untuk tenaga kerja dan kegiatan produksi lainnya. Perbandingan karakteristik antara pengusaha IKRT yang berpartisipasi kredit dengan yang tidak berpartisipasi pada sumber pembiayaan formal terlihat pada Tabel 5. Rata-rata umur pengusaha IKRT non pangan yang berpartisipasi 90 pada sumber pembiayaan formal tidak jauh berbeda dengan yang tidak berpartisipasi dalam sumber pembiayaan, yaitu pengusaha yang memperoleh kredit rata-rata berumur 44.87 tahun, sedangkan pengusaha yang tidak memperoleh kredit rata-rata berumur 41.89 tahun. Demikian juga pada IKRT pangan, pengusaha yang berpartisipasi dalam sumber pembiayaan rata-rata berumur 39.35 tahun sedangkan pengusaha yang tidak berpartisipasi berumur 41.39 tahun. Pengusaha yang berpartisipasi dalam sumber pembiayaan pada usaha kecil tas dan alas kaki memiliki rata-rata pendidikan formal yang ditempuh selama 8.03 tahun, sedangkan yang tidak berpartisipasi dalam sumber pembiayaan memiliki rata-rata pendidikan 6.72 tahun. Ini menunjukkan pengusaha yang berpartisipasi dalam sumber pembiayaan memiliki pendidikan yang lebih tinggi dari pengusaha yang tidak berpartisipasi dalam sumber pembiayaan, sedangkan pada IKRT pangan tidak ada perbedaan yang nyata antara pengusaha yang berpartisipasi dalam sumber pembiayaan dengan yang tidak berpartisipasi dalam sumber pembiayaan. Tabel 5. Rata-rata Karakteristik Sampel Berdasarkan Partisipasinya pada Sumber Pembiayaan Formal di Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat No. Karakteristik Pengusaha IKRT Non Pangan IKRT Pangan Partisipan Non Partisipan Partisipan Non Partisipan 1. Umur thn 44.88 41.90 39.35 41.39 2. Tingkat pendidikan thn 8.03 6.72 8.65 8.30 3. Jumlah tanggungan keluarga org 4.81 4.46 4.43 5.48 4. Jumlah anak yang dimiliki org 3.28 2.65 2.50 2.52 5. Jumlah anak sekolah org 1.81 1.35 1.61 1.48 Jumlah sampel org 32.00 48.00 23.00 27.00 Sumber: data primer diolah Rata-rata jumlah anggota keluarga antara pengusaha IKRT yang berpartisipasi dalam sumber pembiayaan dengan pengusaha IKRT yang tidak berpartisipasi dalam sumber pembiayaan formal tidak jauh berbeda pada pada IKRT non pangan, yaitu 4.8 orang pada pengusaha yang berpartisipasi dalam sumber pembiayaan dan 4.45 orang pada pengusaha yang tidak berpartisipasi dalam sumber pembiayaan formal. Rata-rata jumlah anggota keluarga pada pengusaha yang berpartisipasi dalam sumber pembiayaan pada IKRT pangan 91 adalah 4.43 orang, sedangkan jumlah anggota keluarga pada pengusaha yang tidak berpartisipasi sebanyak 5.48 orang. Jumlah anak yang dimiliki IKRT non pangan yang berpartisipasi dalam sumber pembiayaan adalah 3.28 orang, sedangkan IKRT yang tidak berpartisipasi sebanyak 2.65 orang. Jumlah anak yang dimiliki IKRT pangan antara yang berpartisipasi dalam sumber pembiayaan dengan yang tidak berpartisipasi hampir sama, yaitu 2.5 orang. Pengusaha yang berpartisipasi dalam sumber pembiayaan pada pengusaha IKRT non pangan memiliki jumlah anak bersekolah rata-rata sebanyak 1.81 orang, sedangkan pengusaha yang tidak berpartisipasi dalam sumber pembiayaan memiliki anak bersekolah rata-rata sebanyak 1.35 orang. Rata-rata jumlah anak bersekolah pada pengusaha yang berpartisipasi dalam sumber pembiayaan pada IKRT pangan sebesar 1.60 orang, sedangkan pada pengusaha yang tidak berpartisipasi sebanyak 1.48 orang. Ini menunjukan pengusaha IKRT yang berpartisipasi dalam sumber pembiayaan akan lebih mampu untuk menyekolahkan anak-anaknya. Berdasarkan partisipasi pada berbagai sumber pembiayaan, maka Tabel 6 menunjukkan karakteristik pengusaha IKRT yang dikelompokkan berdasarkan sumber pembiayaan tersebut. Rata-rata umur sampel IKRT non pangan yang meminjam ke bank, PKBL, dan modal sendiri hampir sama, yaitu berkisar 44 tahun, sedangkan rata-rata umur yang meminjam ke informal lebih muda, yaitu 40 tahun. Rata-rata umur sampel IKRT pangan yang meminjam ke bank lebih tua dari PKBL dan modal sendiri. Tingkat pendidikan sampel IKRT non pangan yang meminjam ke bank lebih tinggi, diikuti sampel PKBL, sumber pembiayaan informal, dan modal sendiri. Tingkat pendidikan sampel IKRT pangan yang lebih tinggi terjadi pada sampel PKBL, diikuti bank dan modal sendiri. Jumlah anggota keluarga pada kedua IKRT dengan sumber pembiayaan yang berbeda secara umum hampir sama, yaitu berkisar 4 orang. Hal ini menunjukkan kedua IKRT yang ada merupakan keluarga kecil, yang memiliki jumlah anggota keluarga antara 1 sampai 5 orang. Rata-rata jumlah anak yang dimiliki oleh sampel IKRT non pangan yang meminjam ke bank dan PKBL hampir sama, yaitu berkisar 3 orang, sedangkan sampel informal dan modal sendiri memiliki jumlah anak rata- rata sebesar 2.6 orang. Rata-rata jumlah anak pada IKRT pangan yang meminjam

Dokumen yang terkait

Strategi Kehidupan Rumahtangga Sirkulator dalam Meningkatkan Kesejahteraan Rumahtangga (Studi Kasus di Desa Curug, Kecamatan Karangsembung, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat)

0 28 124

Pekerja Anak-Anak di Pedesaan (Peranan dan Dampak Anak Bekerja pada Rumahtangga Industri Kecil Sandal : Studi Kasus di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

1 19 120

Industri Kecil dan Rumahtangga, Tinjauan terhadap Karakteristik dan Idealisasinya sebagai Agen Pembaru di Pedesaan (Studi Kasus Desa Cikeas, Kecamatan Kedunghalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 7 154

Ekonomi Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Tapioka Di Tarikolot Dan Bubulak Desa Ciluar Kota Bogor

0 9 119

Ekonomi Rumahtangga Pengusaha dan Pekerja Industri Kecil Gerabah di Sentra Industri Gerabah Kasongan Kabupaten Bantul

0 8 221

Analisis Keberlanjutan, Jangkauan Dan Dampak Pembiayaan Lkms Terhadap Pengurangan Kemiskinan Rumahtangga Tani Di Perdesaan Jawa Barat

2 38 189

Peranan Pekerja Anak di Industri Kecil Sandal terhadap Pendapatan Rumahtangga dan Kesejahteraan Dirinya (Kasus: Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 3 1

Peranan Pekerja Anak di Industri Kecil Sandal terhadap Pendapatan Rumahtangga dan Kesejahteraan Dirinya di Desa Parakan Kec.Ciomas Kabupaten Bogor,Jawa Barat "Reviewer"

0 3 4

Sumbangan industri kecil menengah terhadap nafkah rumahtangga pedesaan di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor

0 6 111

Aksesibilitas Industri Agro Skala Mikro Kecil pada Sumber Pembiayaan dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Usaha di Kabupaten Bogor

0 4 89