83 15 493 903kapitatahun, dan menurut PDRB harga konstan adalah sebesar Rp 6
828 684 kapitatahun Pemda Kab. Bogor, 2011. Laju Pertumbuhan Ekonomi LPE Kabupaten Bogor selama lima tahun
terakhir menunjukkan adanya peningkatan dan penurunan, yaitu sebesar 5.95 persen pada tahun 2006 kemudian meningkat menjadi 6.04 persen pada tahun
2007. Penurunan terjadi pada tahun 2008 menjadi 5.85 persen dan 4.05 persen pada tahun 2009, namun pada tahun 2010 berhasil meningkat lagi menjadi 5.09
persen. Kondisi ekonomi Kabupaten Bogor pada tahun 2010 relatif stabil bahkan mengalami peningkatan seiring dengan tumbuhnya beberapa sektor penggerak
ekonomi dan membaiknya infrastruktur penunjang ekonomi. Hal ini dapat terlihat dari pergerakan nilai Produk Domestik Regional Bruto PDRB.
Kontribusi laju pertumbuhan ekonomi yang terbesar diberikan oleh kelompok lapangan usaha sektor sekunder seperti industri pengolahan, listrik, gas
air dan bangunan sebesar 4.04 persen. Kontribusi sektor primer masih sebesar 0.30 persen. Kondisi ini mengindikasikan bahwa peranan pertumbuhan industri
bergerak positif seiring dengan dimulainya realisasi investasi yang masuk ke Kabupaten Bogor pada kelompok lapangan usaha di sektor sekunder tersebut.
Selain itu, tingginya kontribusi sektor sekunder ini membuka peluang dalam menunjang sektor lain bergerak terutama sektor primer, khususnya kelompok
lapangan usaha pertanian yang kontribusi terhadap laju pertumbuhannya sebesar 0.23 persen Pemda Kab. Bogor, 2011.
Mata pencaharian penduduk Kabupaten Bogor beragam, yaitu sebagai pegawai negeri sipil PNS, sektor pertanian, perdagangan, angkutan, industri
pengolahan, dan jasa. Sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting di Kabupaten Bogor, karena lahan pertanian yang dimiliki masih luas dan sebagian
besar wilayah Kabupaten Bogor adalah pedesaan yang menitikberatkan pada sektor pertanian terutama tanaman padi. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
merupakan salah satu faktor penunjang pertumbuhan ekonomi rakyat di Kabupaten Bogor.
5.2. Keragaan Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Bogor
Sektor industri merupakan komponen utama pembangunan daerah yang mampu memberikan kontribusi ekonomi yang cukup besar, tingkat penyerapan
84 tenaga kerja yang banyak dan terjadinya transformasi kultural daerah menuju ke
arah modernisasi kehidupan masyarakat
.
Sektor inudstri tersebut terdiri dari industri besar dan menengah serta industri kecil.
Jumlah industri kecil di Kabupaten Bogor pada Tahun 2010 adalah sebesar 14 975 unit usaha, dan dapat
menyerap tenga kerja sebesar 336 594 orang Disperindag Jabar, 2013. Banyaknya industri pengolahan di Kabupaten Bogor diharapkan dapat
menampung jumlah angkatan kerja yang ada, sehingga dapat menekan angka pengangguran. Jumlah industri pengolahan ini tersebar di berbagai Kecamatan
yang ada di Kabupaten Bogor. Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor
mengelompokkan industri pengolahan terutama IKRT kepada tiga kelompok besar, yaitu industri kimia sebanyak 2 864 unit usaha, industri aneka sebanyak 2
137 unit usaha, dan industri logam mesin dan elektronika ILME sebanyak 1 078 unit usaha. Industri Kimia meliputi Industri Kimia dan Barang Kimia, Industri
Karet dan Barang Karet, Industri Bahan Bangunan dan Bahan Galian, Industri Agro, dan Industri Hasil Hutan. Industri Aneka meliputi Industri alas kaki,
Industri Konveksi, Industri Tas, dan Industri Boneka Dikukm Perindag Kab. Bogor, 2012.
Industri pengolahan berskala kecil juga dikelompokkan berdasarkan sentra- sentra usaha yang tersebar di berbagai Kecamatan. Sentra usaha ini merupakan
suatu kawasan atau wilayah yang menjalankan kegiatan usaha yang seragam. Sentra-sentra industri kecil tersebut terdiri dari sentra industri logam, sentra dodol,
sentra manisan pala, sentra tahu dan tempe, sentra alas kaki, sentra tas, sentra bahan bangunan dan bahan galian, sentra logam, serta sentra industri aneka
makanan. Dengan demikian, sentra usaha tersebut dapat dikelompokkan sebagai IKRT berbasis non pangan dan sentra IKRT berbasis pangan. Sentra IKRT yang
berbasis non pangan artinya adalah industri kecil dan rumahtangga yang tidak menggunakan bahan baku berupa hasil langsung dari produk pertanian dan tidak
menghasilkan produk berupa bahan pangan. Sentra IKRT berbasis pangan adalah indutri kecil yang menggunakan bahan baku dari hasil pertanian dan
menghasilkan produk berupa bahan pangan. Tabel 3 menunjukkan sebaran
85 industri kecil berdasarkan sentra-sentra industri kecil yang ada di Kabupaten
Bogor. Tabel 3. Sentra-Sentra Industri Kecil di Kabupaten Bogor Jawa Barat Tahun
2011
No Sentra Industri Kecil
Jumlah Unit Usaha
Kecamatan 1. Hasil hutan
676 Parung pjg,Tenjo, Kemang, Cileungsi
2. Dodol 100
Kemang 3. Manisan pala
48 Dramaga
4. Tahu dan Tempe 350
Citereup, Parung 5. Bahan bangunan dan galian
40 Parung Panjang
6. Alas kaki 1 854
Ciomas, Tamansari 7. Tas
141 Ciampea
8. Logam 139
Citereup, Leuwisadeng 9. Dandang
42 Cigombong
Sumber: Dikukm Perindag Kab. Bogor, 2012 Sentra industri alas kaki merupakan sentra unggulan di Kabupaten Bogor
karena jumlahnya mencapai 1 854 unit. Sentra alas kaki tersebar di Kecamatan Ciomas, Taman Sari, Dramaga dan Bojong Gede. Jumlah pengusaha industri alas
kaki terbesar terdapat di Kecamatan Ciomas, yaitu sebanyak 893 unit usaha, diikuti Kecamatan Taman Sari sebesar 800 unit usaha, sedangkan di Kecamatan
Dramaga hanya sebesar 77 unit usaha, dan Kecamatan Bojong Gede sebesar 30 unit usaha. Sentra industri tas mencapai 141 unit usaha yang tersebar di
Kecamatan Ciampea, di desar Bojong Rangkas, Tegal Waru, dan Cikampak. Sentra industri tempe dan tahu mencapai 350 unit yang tersebar di Kecamatan
Citereup dan Parung, sedangkan sentra industri kecil lainnya memiliki jumlah unit usaha yang lebih sedikit. Industri hasil hutan terlihat besar, namun jenis usahanya
cukup beragam Dikukm Perindag Kab. Bogor, 2012.
5.3. Karakteristik Desa Sampel
Wilayah penelitian ini meliputi tiga kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor, yaitu Kecamatan Ciomas, Kecamatan Ciampea, dan Kecamatan Citereup.
Pemilihan ketiga kecamatan ini didasarkan pada jumlah sentra industri kecil yang terbesar di Kabupaten Bogor. Sentra usaha tersebut dikelompokkan kepada IKRT
non pangan dan IKRT pangan. Sentra IKRT non pangan yang paling banyak
86 adalah sentra alas kaki dan sentra tas, sedangkan sentra IKRT pangan adalah
sentra tempe dan tahu. Kecamatan Ciomas terdiri dari 11 desa dengan luas wilayah 1 630.537 ha.
Jumlah penduduk Kecamatan Ciomas sekitar 143 960 jiwa, yang terdiri dari 73 291 jiwa penduduk laki-laki dan 70 678 jiwa penduduk perempuan. Jumlah kepala
keluarga di Kecamatan Ciomas sebanyak 31 398 kepala keluarga. Rata-rata kepadatan penduduk Kecamatan Ciomas adalah 12 460 jiwa per km
2
, dan rata-rata penyebaran penduduk sebesar 80.95 jiwa per km
2
. Penduduk Kecamatan Ciomas bekerja di berbagai bidang ekonomi seperti petani, pengusaha kecil, pedagang
pengemudi, dan PNS. Penduduk yang bekerja sebagai petani sebanyak 2 946 orang, pengusaha yang terdiri dari pengusaha besar sebanyak 79 orang, pengusaha
menengah sebanyak 268 orang dan pengusaha kecil sebanyak 129 orang, sedangkan pengusaha sebanyak 12 500 orang. Penduduk yang bekerja sebagai
pedagang sebanyak 33 000 orang, sebagai pengemudi sebanyak 16 056 orang dan PNS sebanyak 38 821 orang. Kecamatan Ciomas merupakan salah satu sentra
industri kecil alas kaki yang tersebar di berbagai desa yang ada, seperti desa Parakan, Mekarjaya, Ciomas, Sukamakmur, Ciapus, Kota Batu dan Pagelaran.
Daerah penelitian ini adalah Desa Parakan, Desa Mekarjaya, dan Desa Ciomas. Pemilihan ketiga desa ini didasarkan pada jumlah IKRT alas kaki yang terbanyak.
Jumlah IKRT alas kaki di Desa Parakan sebanyak 286 unit, di Desa Mekarjaya sebanyak169 unit, dan Kecamatan Ciomas sebanyak 60 unit. Pengusaha alas kaki
tersebut berprofesi sebagai pemilik dan sebagai pekerja. Kecamatan Ciampea terdiri dari 12 kelurahandesa yang tersebar diseluruh
wilayah kerja Kecamatan Ciampea. Luas wilayah Kecamatan Ciampea adalah 5 106 km
2
. Jumlah penduduk Kecamatan Ciampea sebanyak 146 608 jiwa yang terdiri dari 75 527 jiwa laki-laki dan 71 081 jiwa perempuan. Kepadatan pen-
duduk di Kecamatan Ciampea adalah 27.55 jiwa per km
2
. Sektor pertanian masih merupakan sektor utama di Kecamatan Ciampea dengan luas lahan sawah yang
dimiliki sebesar 2 729 hektar. Disamping itu, Kecamatan Ciampea merupakan sentra dari industri tas dan industri konveksi. Industri tas tersebar di Desa Bojong
Rangkas sebanyak 61 unit, di Desa Tegal Waru sebanyak 74 unit dan Desa
87 Cikampak sebanyak 6 unit. Industri konveksi juga menjadi unggulan dari
kecamatan ini, yaitu konveksi jaket yang terletak di Desa Cihideung Ilir. Kecamatan Citeureup terdiri dari 14 kelurahandesa. Jumlah penduduk
Kecamatan Citeureup sebanyak 198 197 jiwa, yang terdiri dari 101 316 jiwa laki- laki dan 96 881 jiwa perempuan. Kepadatan penduduk pada Kecamatan Citereup
adalah 26.04 jiwa per km
2
. Penduduk Kecamatan Citereup memiliki mata pencaharian yang beragam, yaitu sebagai buruh, pengusaha, pedagang,
pengemudijasa, dan PNS. Pada Kecamatan Citereup telah banyak berdiri industri pengolahan yang berskala kecil dan besar. Industri pengolahan yang ada antara
lain industri pengolahan semen, industri tekstil, dan industri kecil yang berbasis rumahtangga. Luas lahan pertanian sudah sangat sempit di Kecamatan ini, hanya
416 ha lahan sawah saja. Kecamatan Citereup merupakan sentra dari IKRT tempe yang terdapat di Desa Citereup. Jumlah IKRT tempe berjumlah sekitar 200 unit.
Fasilitas lembaga keuangan baik formal maupun informal cukup tersedia di daerah penelitian. Lembaga keuangan formal yang tersedia adalah lembaga
keuangan perbankan dan lembaga keuangan non bank. Lembaga keuangan bank yang ada di sekitar wilayah penelitian terdiri dari BRI unit, Bank Jabar, Bank
BNI, Bank Syariah, Bank Mandiri, dan Bank Perkreditan Rakyat. Lembaga keuangan non bank terdiri dari leasing dan factoring berupa fasilitas kredit
kendaraan dan fasilitas rumahtangga. Lokasi lembaga keuangan tersebut tidak terlalu jauh dari lokasi IKRT yang ada.
5.4. Karakteristik Pengusaha Sampel
Karakteristik sampel meliputi umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga atau ukuran keluarga, jumlah anak yang dimiliki, dan jumlah anak yang
bersekolah. Sampel dari penelitian ini terdiri dari 80 sampel untuk IKRT non pangan dan 50 sampel untuk IKRT pangan.
Tabel 4 menunjukkan karakteristik sampel IKRT yang dikelompokkan menjadi IKRT tas, alas kaki, dan tempe. Rata-rata umur pengusaha IKRT non
pangan secara umum adalah 43 tahun, rata-rata umur pengusaha tas adalah 47.32 tahun, dan rata-rata umur pengusaha alas kaki adalah 41.16 tahun, sedangkan rata-
rata umur pengusaha pangan tempe adalah 37.14 tahun. Ini menunjukkan bahwa pengusaha IKRT tas dan alas kaki maupun tempe berada pada usia produktif.