pembangunan sosial. Di satu sisi pengeluaran investasi infrastruktur dibutuhkan untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, namun di sini lain juga diperlukan
investasi untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Pembangunan manusia yang berhasil akan memberikan manfaat positif bagi pertumbuhan
ekonomi melalui tersedianya tenaga kerja yang berkualitas. Dengan kata lain sesungguhnya terdapat hubungan dua arah antara pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan manusia. Anggaran pemerintah tahun 2000-2003 ditampilkan pada Tabel 4. Pada Tabel tersebut, pengeluaran pendidikan dan kesehatan termasuk
dalam komponen pengeluaran rutin dan pembangunan, yang bertujuan untuk meningkatkan sumberdaya manusia dimana porsi pengeluaran pembangunan
terhadap GDP hanya sebesar 3.4 persen tahun 2003. Pada Tabel 4 juga terlihat bahwa sebagian besar dana pemerintah dialokasikan untuk pembayaran hutang.
Tabel 4. Anggaran Pemerintah Indonesia, Tahun 2000-2003 terhadap
GDP
Uraian 2000 2001 2002 2003
A. Total Penerimaan
15.1 19.3
17.9 17.3 1. Penerimaan Pajak
10.7 12.9
13.0 13.1
2. Penerimaan Non Pajak 4.4
6.5 4.9
4.2
B. Pengeluaran Pemerintah 20.1
23.2 20.4 19.1
1. Pengeluaran Pemerintah Pusat 15.8
17.8 14.6
13.1 a. Pengeluaran rutin
3.2 14.9
11.5 9.7
b. Pengeluaran Pembangunan 4.3
2.9 3.1
3.4 2. Balanced Fund
0.0 5.5
5.6 5.8
C. Budget Defisit -5.0
-3.8 -2.5 -1.8
D. Financing 5.0
3.8 2.5 1.8
1. Pendanaan Domestik 2.4
2.5 1.4
1.2 2. Pendanaan Asing
2.5 1.4
1.4 0.6
Sumber: Departemen Keuangan, 2005. [
www.fiskal.depkeu.go.id] Sejak tahun 1997, pemerintah telah membuat beberapa kebijakan untuk
memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia dan berupaya untuk menurunkan tingkat kemiskinan yang terjadi. Namun demikian pemerintah juga dihadapkan
pada permasalahan defisit anggaran yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Defisit anggaran yang terus meningkat akan memberikan tekanan terhadap
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN terutama dari sisi pengeluaran, karena pemerintah juga harus membayar cicilan pokok dari hutang ditambah suku
bunga yang berlaku. Untuk menutupi difisit anggaran, pemerintah telah menghapuskan subsidi bahan bakar minyak BBM dan meningkatkan pajak.
Penghapusan subsidi bahan bakar minyak dikurangi dengan cara meningkatkan harga BBM.
Pada tahun 2000 harga BBM di pasar secara rata-rata meningkat sebesar 12 persen. Pada tanggal 16 Juni 2001 kenaikan harga BBM mencapai 30.10
persen Tim Sosialisasi BBM, 2000. Pada tahun 2002 berdasarkan surat keputusan Presiden No. 9 Tanggal 16 Januari 2002 harga BBM secara bertahap
akan disesuaikan dengan harga internasional, kecuali minyak tanah untuk rumah tangga dan pengusaha kecil. Penghapusan subsidi BBM tersebut, tentu saja
memberikan pengaruh yang besar terhadap kinerja makroekonomi antara lain ditunjukkan oleh meningkatkan jumlah penduduk miskin Oktaviani, et. al, 2005.
Sebagai alternatif pengganti penghapusan subsidi BBM, pemerintah telah memberikan kompensasi dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai BLT dalam
penelitian ini disebut sebagai transfer pendapatan kepada masyaraktat miskin sebesar Rp. 100000., per bulan. Pertanyaannya adalah seberapa besar dampak
BLT terhadap penurunan ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan di Indonesia.
Dalam kasus Indonesia, seperti disebutkan dalam Indonesia Human Development Report 2004, perkembangan pembangunan manusia selama ini
sangat tergantung pada pertumbuhan ekonomi dari awal 1970-an sampai akhir 1990-an. Pertumbuhan tersebut memungkinkan penduduk untuk mengalokasikan
pengeluaran untuk kesehatan dan pendidikan lebih banyak. Sementara pengeluaran pemerintah untuk pelayanan seperti kesehatan dan pendidikan relatif
kecil. Alokasi pengeluaran pemerintah untuk bidang sosial selama ini jauh lebih sedikit dibandingkan Malaysia, Thailand ataupun Filipina.
Kualitas sumberdaya manusia Indonesia yang dilihat dari indikator Indeks Pembangunan Manusia IPM dan Indeks Kemiskinan Manusia IKM masih
relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Dari 177 negara, IPM dan IKM di Indonesia masing-masing berada pada peringkat 110 dan 41
pada tahun 2005. Hal ini terlihat dari hasil penelitian dari Balai Penelitian dan Pengembangan Diknas menyatakan bahwa populasi anak sekolah dibawah 15
tahun memiliki keterampilan rendah karena hanya 37.6 anak mampu membaca tanpa mengerti bacaan yang mereka baca. Ini menunjukkan kemampuan
memperoleh pengetahuan anak Indonesia dari membaca sangat rendah. Hal ini jelas bahwa selain dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
peningkatan pembangunan manusia sangatlah penting dalam upaya mengurangi tingkat kemiskinan. Hal ini karena pendidikan dan kesehatan yang baik
memungkinkan penduduk miskin untuk meningkatkan nilai asset mereka yang terpenting adalah tenaga mereka Lanjouw, et. all. 2001.
Adelman 1986 memperkenalkan tiga pendekatan dalam menanggulangi masalah kemiskinan yang disebut sebagai poverty-focused approaches to policy,
yaitu pertama adalah pendekatan yang berorieantasi kepada harta mereka atau aset assets-oriented approaches yang ditujukan untuk meningkatkan kuantitas
dari asset yang dimiliki oleh kaum miskin, kedua, adalah pendekatan atau strategi peningkatan permintaan demand generating strategies yang ditujukan untuk
meningkatkan volume penjualan tenaga kerja dari kaum miskin tersebut, yang umumnya terdiri dari tenaga kerja yang tidak terampil, dan ketiga, kebijakan
meningkatkan harga price-increasing policies dari asset utama yang dimiliki oleh kaum miskin yaitu tenaga kerja.
Rendahnya produktivitas tenaga kerja kaum miskin salah satu tidak lain disebabkan oleh karena rendahnya akses mereka untuk memperoleh pendidikan
dan kesehatan, karena jangankan untuk memperoleh pendidikan dan kesehatan yang baik, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi basic need mereka relatif sulit
untuk memenuhinya, sehingga dalam hal ini merupakan tugas kita semua untuk memerangi kemiskinan khususnya pemerintah melalui pengeluaran rutin dan
pembangunan. BAPPENASUNSFIR 2002 menunjukkan bahwa di Indonesia proporsi
GDP yang digunakan untuk pelayanan publik seperti kesehatan dan pendidikan masih relatif kecil 7.9 persen jika dibandingkan dengan negara-negara lain
seperti Amarika Serikat 14.4 persen, Poland 24,8 persen, Korea 17.5 persen dan Philipina 17.6 persen.
Kebutuhan akan peningkatan alokasi pengeluaran pemerintah untuk bidang sosial menjadi semakin terasa sejak Indonesia mengalami krisis ekonomi.
Krisis tersebut bukan hanya menyebabkan melorotnya pencapaian pembangunan manusia tetapi juga membawa pengaruh buruk kepada tingkat kemiskinan Booth,
1999; Fane, 2000.
Sehubungan dengan itulah maka investasi pada pendidikan dan kesehatan sangat penting artinya bagi pengurangan kemiskinan. Pentingnya persoalan
investasi sektor publik untuk pembangunan sosial tersebut juga berlaku untuk pemerintah daerah, terlebih setelah berlakunya otonomi daerah. Selama ini
pengeluaran pembangunan pemerintah provinsi masih terkonsentrasi pada bidang infrastruktur ekonomi dan belum memberikan perhatian yang memadai bagi
bidang pembangunan manusia serta efisiensi investasi sektor publik tersebut pun masih rendah Brata dan Arifin, 2003.
Pendidikan dan kesehatan merupakan investasi sumberdaya manusia yang penting dalam usaha untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Untuk
memperoleh pekerjaan yang layak dengan upah tinggi, seseorang membutuhkan keterampilan yang memadai. Ketarampilan yang memadai dapat diperoleh melalui
pendidikan. Pendidikan juga merupakan elemen penting dalam memerangi kemiskinan.
Gagasan bahwa investasi untuk pendidikan dan kesehatan memiliki manfaat ekonomi dan sosial jangka panjang bagi setiap individu maupun
masyarakat luas telah muncul sejak jaman Adam Smith. Sumberdaya manusia didefinisikan sebagai kumpulan investasi, antara lain melalui pendidikan,
kesehatan, pelatihan kerja dan migrasi yang mengembangkan produktivitas individu dalam bekerja dan juga pada kegiatan bukan bekerja Center For The
Study Of Living Standards, 2001. Dalam perkembangannya, definisi sumberdaya manusia makin diperluas,
tidak hanya mencakup pendidikan dan kesehatan, tetapi juga memasukkan faktor mobilitas dan rasa aman Ananta, 2003.
Dengan mobilitas, manusia mampu menemukan pekerjaan dan tempat tinggal yang lebih baik, sebaliknya rasa tidak aman dapat mengakibatkan
kapasitas produktivitas seseorang atau produktivitas tenaga kerja menjadi menurun. Pertanyaannya adalah bagaimana dampak investasi sumberdaya
manusia sektoral terhadap ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan di Indonesia.
Dari uraian tersebut, maka dirumuskan beberapa permasalahan untuk menjawab pertanyaan bagaimana dampak investasi sumberdaya manusia sektoral
dan transfer perdapatan rumahtangga terhadap: 1.
Indikator makroekonomi yang ditunjukkan oleh perubahan produk domestik bruto, inflasi dan neraca perdagangan.
2. Output, penyerapan tenaga kerja dan tingkat harga di sektoral.
3. Pendapatan, distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan kelompok
rumahtangga.
1.3. Tujuan Penelitian