indikator pendapatan dan konsumsi sebagai standard hidup. Pendapatan menunjukkan kemampuan untuk mengkonsumsi, dan consumption functionings
sebagai hasil dari capability. Di dalam pendekatan basic needs dan functionings, kemiskinan langsung datang dari kekurangan konsumsi. Di dalam pendekatan
capabilitiy, kemiskinan meningkat berasal dari kekurangan pendapatan dan capability, yang secara tidak sempurna dihubungkan dengan manfaat aktual yang
dicapai. Terlepas dari kelebihan dan kelemahan pendekatan diatas, dalam penelitian ini konsep kemiskinan yang digunakan merupakan kebutuhan dasar
basic needs yang disebut sebagai kemiskina absolut.
2.3. Pertumbuhan Ekonomi, Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan
Strategi pro-poor growth tidak hanya memiliki perhatian pada pertumbuhan ekonomi, tetapi harus dapat dikombinasikan dengan suatu aktivitas
kebijakan redistribusi pendapatan. Mungkin akan menjadi trade-off, jika pengurangan lebih cepat dalam kemiskinan dapat dicapai melalui pengurangan
ketimpangan, maka kebijakan distribusi menjadi prioritas yang lebih besar. Tetapi di sisi lain, jika tingkat ketimpangan muncul lebih besar untuk menjamin
pertumbuhan yang cepat dan mendorong ke arah pengurangan kemiskinan lebih cepat, maka mungkin ada toleransi ketimpangan distributional lebih besar.
Berdasarkan keadaan tersebut, muncul pertanyaan: mengapa terjadi trade- off antara pertumbuhan dan kesenjangan ekonomi dan untuk berapa lama?
Kerangka pemikiran ini yang melandasi Hipotesis Kuznets, yaitu, dalam jangka pendek ada korelasi positip antara pertumbuhan pendapatan perkapita dengan
kesenjangan pendapatan. Namun dalam jangka panjang hubungan keduanya menjadi korelasi yang negatif.
Artinya dalam jangka pendek meningkatnya pendapatan akan diikuti dengan meningkatnya kesenjangan pendapatan, namun dalam jangka panjang
peningkatan pendapatan akan diikuti dengan penurunan kesenjangan pendapatan. Fenomena ini dikenal dengan nama Kurva U-terbalik dari Hipotesis Kuznets.
Namun, hipotesis Kuznets ini mulai dipertanyakan, beberapa studi dengan menggunakan data time series terbukti bahwa pada beberapa negara yang masih
bertumpu pada sektor pertanian menunjukan hubungan negatif. Ini berarti bertolak belakang dari hipotesis Kuznets. Pemahaman atas variabel-variabel tersebut akan
membuktikan bahwa negara pertanian tidak identik dengan kemiskinan atau mungkin lebih tepatnya adalah kesejahteraan juga dapat meningkat di negara-
negara yang berbasis pertanian. Deininger and Squire 1998 memberikan secara konfrehensif untuk
menguji hipotesis Kuznets. Mereka mengumpulkan data yang sistematis dengan kualitas yang lebih baik dibanding peneliti sebelumnya, mereka mempunyai data
yang secara wajar dapat dibandingkan untuk beberapa titik waktu. Mereka juga dengan hati-hati mampu menguji perubahan pendapatan quintiles di antara orang
miskin. Hasil untuk sampel mereka adalah tidak ada bukti dari pola kurva U- terbalik. Dalam banyak kasus sesungguhnya, hal tersebut mustahil untuk
menemukan perubahan yang significant dalam distribusi pendapatan, lebih lanjut mereka meneliti apakah ada mata rantai atau link dari pertumbuhan yang cepat
terhadap penurunan ketimpangan, dan sekali lagi mereka tidak menemukan bukti sistematis seperti yang di hipotesiskan Kuznets. Hal itu terjadi karena setiap
pertumbuhan cepat dihubungkan dengan pertumbuhan ketimpangan, sehingga sering kali hal itu dihubungkan dengan turunnya ketimpangan, meskipun tidak
ada perubahan sama sekali. Ravallion dan Chen 1997 juga tidak menemukan hubungan yang sistematik antara tingkat pertumbuhan dan ketimpangan. Pengaruh
pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan menurut Gouie and Ladd 1999, yaitu; pertama, dampak dapat tidak ada dengan cara, ketidakpastian dalam jumlah
faktor, tetapi disana terdapat sedikit bukti meyakinkan bahwa pertumbuhan mengubah distribusi secara sistematis. Kedua, ketidakhadiran suatu hubungan
yang jelas, pada kasus kebijakan untuk mengejar pertumbuhan yang memungkinkan mengarah pada pertumbuhan cepat.
Dampak pertumbuhan kepada yang miskin sangat tergantung pada bagaimana keuntungan didistribusikan antar populasi. Dengan melihat pada
pertumbuhan dan share pendapatan dari kelompok yang berbeda, Deininger dan Squire 1998 menunjukkan bagaimana ketimpangan awal, berubah serentak
terhadap ketimpangan yang mempengaruhi evolusi kemiskinan. Yang miskin turun 20 persen dan dengan jelas tidak ditemukan menderita dari pertumbuhan
yang mengurangi pengaruh ketimpangan dan juga bermanfaat bagi ukuran stimulus pertumbuhan
.
Deininger dan Squire 1995, 1996 menyimpulkan bahwa ada korelasi positif antara pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan angka kemiskinan.
Namun studi yang dilakukan oleh World Bank 1990, Fields dan Jakobson 1989 dan Ravallion 1995, menunjukkan tidak ada korelasi antara pertumbuhan
ekonomi dengan tingkat kemiskinan. Kajian empiris ini pada hakekatnya adalah menguji hipotesis Kuznets di mana hubungan antara kemiskinan dan pertumbuhan
ekonomi menunjukkan hubungan negatif, sebaliknya hubungan pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesenjangan ekonomi adalah hubungan positif. Maka kedua
studi yang mempunyai hasil bertolak belakang tersebut, justru menguatkan hipotesis dari Kuznets dengan kurva U terbalik. Kuznets menyimpulkan bahwa
pola hubungan yang positif kemudian menjadi negatif dalam jangka panjang, hal tersebut mengindikasikan terjadinya proses evolusi dari distribusi pendapatan dari
masa transisi ekonomi pedesaan ke suatu ekonomi perkotaan atau ekonomi industri.
2.4. Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan