IV. MODEL EKONOMI KESEIMBANGAN UMUM
Dalam mengukur dampak investasi sumberdaya manusia dan transfer pendapatan kepada kelompok rumahtangga digunakan sebuah model computable
general equilibrium CGE sebagai alat analisis utama. Pada prinsipnya untuk
menjawab tujuan penelitian ini digunakan model ekonometrik, model CGE, metoda FGT dan Beta Distribution Function. Hasil dari suatu model atau metoda
dijadikan sebagai input bagi pendekatan lainnya, namun secara keluruhan model yang digunakan adalah model CGE yang dikembangkan dari model INDOF
Oktaviani, 2000 dan model WAYANG Wittwer, 1999. Untuk mengevaluasi ketimpangan distribusi pendapatan digunakan metode beta distribusi function atau
beta density distribution function yang diadopsi dari Decaluwe, et.al 1999; dan Agenor, et. al 2003 sedangkan untuk mengevaluasi kemiskinan poverty
incidence pada setiap kelompok di dalam model ekonomi keseimbangan umum
digunakan metode Foster, Greer and Thorbecke FGT. Metode ini dapat dilakukan membandingkan tingkat kemiskinan yang dihasilkan pada kasus post-
simulation dan pre-simulation seperti yang digunakan oleh Chockburn, 2001.
4.1. Mengapa Menggunakan Model Komputasi Keseimbangan Umum
Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam kerangka keseimbangan umum antara lain Input-Output IO model, Social Accounting
Matrix SAM model dan Computable General Equilibrim CGE Model.
Model Input-output I-O pertama kali dikembangkan oleh Prof. W. Leontif pada akhir dekade 1930-an, ketika itu Leontief memenangkan hadiah
Nobel untuk ilmu ekonomi Tahun 1973. Salah satu yang sering dibicarakan dari
model Leontief adalah terkait dengan input-output. Istilah interindustry analysis juga sering digunakan karena tujuan dasar dalam kerangka input-output adalah
untuk menganalisis ketergantungan industri dalam perekonomian Miller and Blair, 1985.
Dalam perkembangannnya model IO powerful dan banyak powerful digunakan sebagai alat analisis dalam perencanaan ekonomi yang praktis dan
bersifat kuantitatif. Tabel IO pada dasarnya merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta
saling keterkaitan antar-satuan kegiatan ekonomi sektor dalam suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu.
Dalam suatu model input-output, transaksi-transaksi yang digunakan dalam penyusunan Tabel IO memenuhi tiga asumsi dasar, yaitu:
1. Asumsi homogenitas, yang mensyaratkan bahwa tiap sektor memproduksi suatu output tunggal dengan struktur input tunggal dan tidak ada substitusi
otomatis antara berbagai sektor. 2. Asumsi proporsionalitas, yang mensyaratkan bahwa dalam proses produksi,
hubungan antara input dengan output merupakan fungsi linier, yaitu tiap jenis input yang diserap oleh sektor tertentu naik atau turun sebanding dengan
kenaikan atau penurunan output sektor tersebut. 3. Asumsi aditivitas, yaitu suatu asumsi yang menyatakan bahwa efek total
pelaksanaan produksi di berbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Ini berarti bahwa di luar sistem input-output, semua pengaruh
dari luar diabaikan.
Dengan asumsi-asumsi tersebut, tabel input-output mempunyai keterbatasan antara lain karena rasio input-output tetap konstan sepanjang periode
analisis, produsen tidak dapat menyesuaikan perubahan-perubahan inputnya atau mengubah proses produksi. Hubungan yang tetap ini menunjukkan bahwa jika
input suatu sektor digandakan maka outputnya juga akan digandakan. Asumsi semacam itu menolak adanya pengaruh perubahan teknologi ataupun
produktivitas yang berarti perubahan kuantitas dan harga input sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output.
Model IO ini sehubungan dengan penelitian ini tidak dapat menangkap fenomena kemiskinan di Indonesia karena tabel IO sendiri tidak menampilkan
neraca transaksi rumah tangga. Pada Model IO tidak memasukkan kemungkinan substitusi antar faktor produksi sehingga perubahan harga relatif suatu faktor
produksi tidak akan merubah komposisi penggunaan faktor produksi, selain itu pada model IO dampak dari suatu kebijakan hanya dapat di analisis di tingkat
industri. Model SAM merupakan perluasan dari model IO, ruang lingkup model
SAM jauh lebih luas dan terperinci dibandingkan dengan model IO. Model IO hanya menyajikan arus transaksi ekonomi dari sektor produksi ke sektor faktor
produksi, rumahtangga, pemerintah, perusahaan dan luar negeri, sedangkan dalam model SAM hal-hal tersebut didisagregasi secara lebih rinci. Misalnya,
rumahtangga didisagregasi berdasarkan tingkat pendapatan atau kombinasi dari tingkat pendapatan dan lokasi pemukiman, dan seterusnya. Di samping itu dalam
model SAM dapat dimasukkan beberapa variabel makroekonomi, seperti: pajak, subsidi, modal dan transfer pendapatan antar institusi dan sebagainya, sehingga
model SAM dapat lebih menggambarkan seluruh transaksi makroekonomi, sektoral dan institusi secara utuh dalam sebuah neraca. Keunggulan lain dari
model SAM dibanding model IO adalah bahwa model SAM mampu menggambarkan arus distribusi pendapatan dalam perekonomian. Sama halnya
dengan model IO, model SAM juga merupakan sebuah matrix bujursangkar yang terdiri atas kolom dan baris. Kolom menjelaskan transaksi pengeluaran dan baris
menjelaskan transaksi penerimaan. Total nilai transaksi pada kolom harus sama dengan total nilai transaksi pada baris agar syarat keseimbangan terpenuhi
Sadoulet and de Janvry, 1995. Dari uraian singkat diatas, dapat ditarik beberapa alasan untuk
menjustifikasi mengapa dalam penelitian ini digunakan model CGE, yaitu model CGE telah memasukkan kemungkinan substitusi antara faktor produksi, sehingga
jika terjadi perubahan harga relatif suatu faktor produksi, produsen akan merubah komposisi penggunaan faktor produksi ke arah faktor produksi yang harga
relatifnya lebih murah. Sedangkan pada model IO dan SAM substitusi antara faktor produksi tidak dimungkinkan karena asumsi yang mendasarinya adalah
Leontief dan teknologi dianggap tetap. Pada model IO dampak dari suatu kebijakan hanya dapat dianalisis di tingkat industri, sedangkan pada model CGE
dampak kebijakan dapat dianalisis pada tingkat institusi, distribusi pendapatan diantara golongan rumah tangga, distribusi pendapatan diantara faktor produksi
primer, neraca perdagangan dan sebagainya Horison, 1997. Lebih lanjut, Wobs 2001 menyatakan bahwa pada model CGE harga
telah diperlakukan sebagai variabel endogen, sedangkan pada model IO harga dianggap sebagai variabel eksogen.
4.2. Struktur Model