peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan masing- masing sebesar 20 persen. Hasil simulasi perubahan produktivitas tenaga kerja
dapat dilihat pada Tabel 9. Perubahan produktivitas tenaga kerja sektoral tersebut, selanjutnya dimasukkan ke dalam model CGE dengan tujuan untuk mengetahui
dan menganalisis dampaknya terhadap kinerja mikro dan makroekonomi Indonesia.
6.1. Dampak Investasi Sumberdaya Manusia dan Transfer Pendapatan
terhadap Kinerja Makroekonomi Indonesia Dampak peningkatan investasi sumberdaya manusia sebesar 20 persen,
yang diwakili oleh pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan serta dampak transfer pendapatan ke rumahtangga perdesaan oleh pemerintah
ditampilkan pada Tabel 23. Tabel 23. Hasil Simulasi Dampak Investasi Sumberdaya Manusia dan Transfer
Pendapatan terhadap Kinerja Makroekonomi Indonesia
Variabel Ekonomi Makro Terpilih
Simbol Simulasi 1
Simulasi 2 Simulasi 3
Balance of trade GDP delB
1.129 0.887
-0.504 Defisit Anggaran Rp Miliar
delbudget -10740.746
-11560.049 6216.464
Pengeluaran Pemerintah Agregat w0govt_g
-2.783 -2.844
3.142 Penerimaan Pemerintah Agregat
w0govt_t 2.485
2.885 0.689
Tenaga Kerja employ_i
1.353 1.491
0.500 Output Agregat
x1prim_i 4.610
4.934 0.160
Devaluasi Riil p0realdev
1.810 1.634
-0.534 Indeks Harga Konsumen
p3tot -1.451
-1.517 0.395
Upah Riil realwage
0.132 0.201
-0.295 GDP Riil dari Sisi Pengeluaran
x0gdpexp 4.565
4.871 0.172
Pengeluaran Investasi Riil x2tot_i
4.471 5.956
2.220 Konsumsi Rumahtangga Riil
x3tot 2.959
3.449 0.413
Ekspor x4tot 7.742
6.975 -1.088
Impor x0imp_c 2.348
2.605 0.835
Perubahan Stok x6tot
4.587 5.174
0.061 Keterangan:
Simulasi 1: Peningkatan Investasi Sumberdaya Manusia untuk Pendidikan sebesar 20 Persen
Simulasi 2: Peningkatan Investasi Sumberdaya Manusia untuk Kesehatan sebesar 20 Persen
Simulasi 3: Transfer Pendapatan kepada kelompok Rumahtangga Perdesaan oleh Pemerintah sebesar Rp. 100000,- dari pendapatan rata-rata aktual masing-masing kelompok
rumahtangga
Dari Tabel 23 dapat diketahui bahwa dampak peningkatan investasi sumberdaya manusia untuk pendidikan sebesar 20 persen simulasi 1 berdampak
pada peningkatan produktivitas tenaga kerja sektoral lihat estimasi hasil ekonometrik. Peningkatan produktivitas tenaga kerja tersebut direpresentasi oleh
kenaikan output aggregat sebesar 4.610. Dilihat dari sisi pengeluaran, PDB riil nasional mengalami peningkatan sebesar 4.565 persen untuk sepuluh tahun ke
depan. Peningkatan PDB riil tersebut dipengaruhi oleh peningkatan pengeluaran investasi riil 4.471, konsumsi rumahtangga riil 2.959 perubahan stok 4.587
persen. Disamping hal tersebut peningkatan PDB riil juga dipengaruhi oleh kenaikan nilai ekspor, meskipun nilai impor meningkat, numun peningkatan nilai
ekspor lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan nilai impor, sehingga rasio neraca perdagangan terhadap PDB menjadi positif, atau meningkat sebesar
1.129 persen. Temuaan ini sangat mendukung endogenous growth theory yang
menekankan pentingnya peranan pemerintah untuk meningkatkan modal manusia yang ditunjukkan oleh peningkatan produktivitas, dimana pada akhirnya
produktivitas tersebut menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi Romer, 1986; Lucas, 1988.
Hal yang sama juga terjadi jika dilakukan peningkatan investasi sumberdaya manusia untuk kesehatan simulasi 2, dimana output aggregat
meningkat sebesar 4.934 persen. PDB riil dari sisi pengeluaran juga mengalami peningkatan sebesar 4.871 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan
investasi sumberdaya manusia baik untuk pendidikan maupun kesehatan dapat dijadikan sebagai instrumen untuk meningkatkan modal manusia yang merupakan
faktor penting dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dan jika tetap dilakukan kebijakan tersebut dengan tingkat pengeluaran yang sama selama
sepuluh tahun ke depan, maka kondisi perekonomian Indonesia diharapkan semakin membaik. Dari Tabel 23, juga tersebut dapat diketahui bahwa investasi
sumberdaya manusia, baik untuk pendidikan maupun kesehatan memiliki pengaruh yang signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi.
Stimulasi ekonomi yang diberikan pemerintah dalam transfer pendapatan kepada rumahtangga perdesaan hanya berdampak kecil pada peningkatan PDB
riil. PDB riil hanya meningkat sebesar 0.172 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa transfer pendapatan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat lebih
banyak digunakan untuk kegiatan konsumsi bukan kegiatan yang produktif, dengan kata lain bahwa peningkatan PDB tersebut lebih disebabkan karena
kenaikan permintaan sehingga harga-harga meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh kenaikan indeks harga konsumen sebesar 0.395 persen.
Dampak dari transfer pendapatan kerumahtangga perdesaan tersebut menyebabkan nilai ekspor mengalami penurunan sebesar 1.088 persen sementara
nilai impor mengalami peningkatan sebesar 0.835 persen, sehingga neraca perdagangan mengalami defisit seperti yang ditunjukkan oleh penurunan rasio
neraca perdagangan dengan PDB, yaitu menurun sebesar 0.504 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa jika transfer pendapatan terus dilakukan, maka dalam
jangka panjang ketergantungan terhadap impor akan semakin meningkat. Peningkatan investasi sumberdaya manusia simulasi 1 dan simulasi 2
berdampak langsung pada peningkatan produktivitas tenaga kerja sektoral, sehingga mendorong sebagian besar industri untuk berproduksi lebih efisien, dan
pada akhirnya industri mampu menghasilkan barang yang lebih murah. Efisiensi tersebut pada gilirannya berdampak pada penurunan harga sektoral. Penurunan
harga-harga tersebut ditunjukkan oleh penurunan indeks harga konsumen yang mencerminkan bahwa harga-harga produk Indonesia lebih murah.
Produk Indonesia menjadi lebih kompetitif terlihat dari devaluasi riil mata uang rupiah terhadap dollar meningkat masing-masing sebesar 1.810 persen dan
1.634 persen pada skenario simulasi 1 dan simulasi 2. Rasio neraca perdagangan dengan PDB bernilai positif. Neraca perdagangan positif ini digambarkan oleh
peningkatan nilai ekspor untuk kedua simulasi dan kekuatan posisi ekspor Indonesia tersebut juga didukung dengan devaluasi riil mata uang rupiah terhadap
dollar. Sedangkan pada simulasi 3 rasio neraca perdagangan terhadap PDB bernilai negatif. Hal tersebut disebabkan karena nilai ekspor menurun, disisi lain
nilai impor meningkat. Kondisi ini juga diperkuat oleh devaluasi rill mata uang rupiah terhadap dollar yang mengalami penurunan sebesar 0.534 persen, sehingga
produk-produk Indonesia menjadi tidak kompetitif dipasar Internasional, dengan kata lain harga produk-produk Indonesia menjadi lebih mahal.
Lebih jauh dapat diketahui bahwa dampak peningkatan investasi sumberdaya manusia dapat menurunkan jumlah pengangguran. Dari temuan ini
diketahui bahwa penyerapan tenaga kerja meningkat sebesar 1.353 persen pada simulasi 1, dan 1.491 persen pada simulasi 2. Sedangkan pada simulasi 3
permintaan tenaga kerja hanya meningkat sebesar 0.500 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa investasi di dalam modal manusia dapat mengurangi
jumlah pengangguran lebih besar dibandingkan dengan transfer pendapatan ke rumahtangga perdesaan.
Peningkatan modal manusia yang direpresentasikan oleh produktivitas tenaga kerja, baik pada simulasi 1 dan simulasi 2 memberikan dampak yang baik
terhadap defisit anggaran pemerintah, defisit anggaran pemerintah menurun sebesar Rp 10.74 triliun dan Rp. 11.56 triliun atau masing-masing sekitar 0.51
persen dan 0.55 persen terhadap GDP, sebaliknya transfer pendapatan ke rumahtangga mengakibatkan defisit anggaran pemerintah semakin meningkat,
yaitu sebesar Rp 6.216 triliun atau sekitar 0.30 persen terhadap GDP. Hal ini mengindikasikan investasi sumberdaya manusia baik untuk pendidikan maupun
untuk kesehatan memiliki tingkat pengembalian yang lebih besar daripada transfer pendapatan yang diberikan oleh pemerintah.
Transfer pendapatan berdampak pada kenaikan anggaran rumahtangga, yang mendorong pada kenaikan permintaan, sehingga dalam jangka panjang
permintaan barang-barang impor semakin tinggi. Berbedanya hal dengan dampak investasi sumberdaya manusia, dimana tidak akan menyebabkan ketergantungan
terhadap impor. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa investasi sumberdaya manusia lebih memberikan dampak positif terhadap kinerja makroekonomi
Indonesia. Hasil temuan ini bertentangan dengan Oktaviani, et. al 2005, yang
menyebutkan bahwa transfer langung kepada masyarakat miskin lebih baik dari pada peningkatan pengeluaran di sektor pendidikan. Adanya perbedaan temuan ini
disebabkan karena simulasi yang dilakukan Oktaviani, et. al 2005 adalah 1 total pengeluaran pemerintah tidak mendisagregasi pengeluaran pembangunan
dan pengeluaran rutin, dan 2 meningkatkan pengeluaran di sektor pendidikan sedangkan dalam kajian ini pengeluaran pendidikan yang dijadikan sebagai
instrumen dalam peningkatan produktivitas tenaga kerja sektoral di estimasi lewat model ekonometrik. Dengan kata lain, stimulasi ekonomi atau guncangan yang
diberikan di dalam model CGE dalam kajian ini lewat peningkatan produktivitas tenaga kerja yang diukur dengan output per effective labor.
6.2. Dampak Investasi Sumberdaya Manusia dan Transfer Pendapatan