59 struktur dan norma-norma tertentu yang khas bagi keutuhan dan keberlanjutan
kesatuan tersebut Sherif
dala m
Gerungan, 1978. Ciri terpenting dari kelompok adalah memiliki kepentingan dan tujuan
bersama Tomasoa, 1978, yang dapat dicapai melalui interaksi yang mantab dan masing-masing memiliki dan memainkan perannya sendiri-sendiri Dahama dan
Bhatnagar, 1980. Oleh karena itu, sebuah kelompok memiliki ciri-ciri: a Memiliki ikatan yang nyata,
b Memiliki interaksi dan interrelasi antar sesama anggotanya, c Memiliki struktur dan pembagian tugas yang nyata,
d Memiliki kaidah-kaidah atau norma-norma tertentu yang disepakati bersama, e Memiliki keinginan dan tujuan bersama.
Sedangkan kelompok tani diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas: petani dewasa priawanita maupun petani taruna
pemudapemudi, yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada dilingkungan pengaruh
dan pimpinan seorang Kontak Tani. Di dalam pengertian Kelompok Tani ini, termasuk juga Gabungan Kelompok Tani GAPOKTAN yang merupakan
gabungan dari beberapa Kelompok Tani yang dibentuk atas Kelompok Tani yang ada dalam suatu wilayah administrasi pemerintahan Desa atau yang berada
dalam satu wilayah aliran irigasi petak pengairan tersier Departemen Pertanian Republik Indonesia, 1980.
b. Alasan Dibentuknya Kelompok tani
commit to user
60 Mosher 1969 mengemukakan bahwa adanya kegiatan kerjasama antar
Kelompok tani, merupakan salah satu faktor pelancar pembangunan pertanian. Berkaitan dengan keberadaan Kelompok Tani, Mokhzani Wong, 1979
mengemukakan adanya kecenderungan alami dari masyarakat petani untuk melakukan kegiatan kerjasama yang bersifat
cooper ative.
Di lain pihak, Sajogya 1978a memberikan 3 tiga alasan utama tentang pentingnya pembentukan
Kelompok Tani, yaitu: a Untuk memanfaatkan secara lebih baik optimal semua sumberdaya
pertanian yang tersedia dan dapat dimanfaatkan bagi perbaikan usahatani dan kesejahteraan petani,
b Adanya kepentingan pemerintah untuk memanfaatkannya sebagai alat instrumen pembangunan, dan
c Adanya idiologi yang “mewajibkan” para petani untuk terikat oleh suatu “amanat suci” yang harus mereka amalkan melalui kelompoknya.
Galeski Wong, 1979 memandang perlu dibentuknya kelompok Tani “baru” guna menaikkan kemakmuran masyarakat petani dari kenaikan
produktivitas dan kenaikan serta distribusi pendapatan yang lebih merata. Hal ini penting, karena pembentukan Kelompok Tani terbukti memberikan beragam
keuntungan yang mencakup Torres
da la m
Wong, 1979: a Semakin eratnya interaksi antar petani, dan terbangunnya kepemimpinan
Kelompok Tani, b Semakin terarahnya peningkatan jiwa kerjasama antar petani,
c Semakin cepatnya proses perembesan inovasi yang berupa teknologi baru,
commit to user
61 d Semakin lancarnya tingkat pengembalian pinjaman hutang petani,
e Semakin meningkatnya orientasipasar, baik kaitannya dengan input usaha tani maupun pemasaran hasilnya.
f Semakin meratanya pembagian air irigasi dan pengawasannya oleh sesama
petani. Keberadaan kelompok tani dalam perkembangan terakhir tidak cukup
dilandasi oleh kebutuhan pengembangan kelompok sosial untuk membangun solidaritas dan kekompakan
cohesiveness
anggotanya
,
tetapi sekaligus juga dilandasi oleh kebutuhan untuk mengembangkan unitusaha yang memiliki daya
tawar dan mampu membangun kemitraan yang sinergis dengan beragam kelembagaan pembangunan pertanian yang lain.
c. Perkembangan Kelompok Tani di Indonesia