Perkembangan Kelompok Tani di Indonesia

61 d Semakin lancarnya tingkat pengembalian pinjaman hutang petani, e Semakin meningkatnya orientasipasar, baik kaitannya dengan input usaha tani maupun pemasaran hasilnya. f Semakin meratanya pembagian air irigasi dan pengawasannya oleh sesama petani. Keberadaan kelompok tani dalam perkembangan terakhir tidak cukup dilandasi oleh kebutuhan pengembangan kelompok sosial untuk membangun solidaritas dan kekompakan cohesiveness anggotanya , tetapi sekaligus juga dilandasi oleh kebutuhan untuk mengembangkan unitusaha yang memiliki daya tawar dan mampu membangun kemitraan yang sinergis dengan beragam kelembagaan pembangunan pertanian yang lain.

c. Perkembangan Kelompok Tani di Indonesia

Menurut Mardikanto 1996, seiring dengan dikembangkannya program intensifikasi pertanian melalui Program BIMASINMAS pada penghujung dasawarsa 1960-an, telah dikembangkan beragam bentuk Kelompok Tani di Indonesia, seperti: Kelompok Pendengar Siaran Pedesaan Kelompen Sipedes, Kelompok Petani Pemakai Air P3A, Kelompok Pemberantasan Hama, Kelompok Demonstrasi Area. Kelompok tersebut dilebur dalam Kelompok Tani Hamparan dan atau Kelompok Tani Domisili, sejak dikembangkannya Proyek Penyuluhan Pertanian Pangan Na tiona l Food Cr ops Extension Projects NFCEP di tahun 1976. Kelompok-kelompok tersebut berubah fungsinya menjadi sekedar merupakan commit to user 62 Kelompok Kegiatan yaitu Kelompok Tani yang dibentuk guna melakukan kegiatan-kegiatan khusus. Belajar dari pengalaman NFCEP tersebut, keberadaan Kelompok Tani kemudian diresmikan pembentukannya melalui Surat Edaran Menteri Pertanian No. 130MentanII1979, sehingga Kelompok Tani bukan lagi menjadi kelompok informal, melainkan sudah berubah menjadi Kelompok Formal. Dalam perjalananannya, Kelompok Tani yang semula dikembangkan sebagai instrumen penyuluhan pertanian, sejak dikembangkannya program Intensifikasi Khusus INSUS pada tahun 1979, keberadaan Kelompok Tani berubah menjadi instrumen pengelolaan usahatani. Sebab, melalui INSUS, usahatani tidak lagi dikelola secara perorangan individual melainkan dilaksanakan secara bekerjasama antar petani dalam satu kelompok hamparan. Keberadaan kelompok tani sebagai instrumen pengelolaan usahatani seperti itu, kemudian dikembangkan lagi pada pelaksanaan SUPRA INSUS, yang memperluas unit pengelolaan usahatani dari Kelompok Tani ke Gabungan Kelompok Tani. Memasuki masa reformasi, keberadaan Kelompok Tani tidak hanya dijadikan instrumen pengelolaan usahatani, melainkan lebih dikembangkan lagi menjadi instrumen ekonomi perdesaan, melalui program Corpora te Fa r ming di tahun 2000, Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan LUEP di tahun 2004, dan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan PUAP di tahun 2008. Berkaitan dengan perkembangan kelompok tani di Indonesia tersebut, dapat disimpulkan bahwa: commit to user 63 1 Keberadaan kelompok tani sebelum NFCEP, lebih bersifat sebagai kelompok sosial yang bersifat informal 2 Memasuki era NFCEP, kelompok tani dikembangkan sebagai instrumen penyuluhan pertanian. 3 Pada era INSUS sampai dengan akhir 1990-an, kelompok tani telah dikembangkan sebagai instrumen pengelolaan usahatani, utamanya dalam upaya peningkatan produksi dan pelestarian swasembada beras 4 Melalui Cor pora te Far ming , diupayakan pengembangan kelompok tani untuk beramalgamasi dalam satu Corpora te sebagai suatu unit pengelolaan usahatani. Pengelolaan usahatani tidak lagi menjadi hak dan kewajiban masing-masing petani sebagai pemilik lahan usahatani, tetapi sepenuhnya dikelola oleh Corpora te Fa rming. Petani sebagai pemilik lahan hanya sebagai “ buruhta ni” di lahannya sendiri, dan akan menerima bagian pendapatan cor por ate secara proporsional berdasarkan luas lahannya. 5 Pengembangan LUEP, memberikan kesempatan kepada kelompok tani untuk mengembangkan usaha pengolahan dan pemasaran produk 6 Pengembangan PUAP yang memberikan hibah sebesar Rp. 500.000.000Gapoktan, lebih memfokuskan pada pemberian pinjaman kepada anggota-anggota Kelompok taniGapoktan untuk pengembangan agribisnis Upaya tersebut belum secara jelas mengarah pada pengembangan Kelompok taniGapokatan sebagai lembaga yang dibentuk, dimiliki, dan commit to user 64 dikelola oleh petani untuk mengembangkan unitusaha yang memiliki daya tawar dan mampu membangun kemitraan yang sinergis dengan beragam kelembagaan pembangunan pertanian yang lain.

d. Kebijakan Pengembangan Kelompok Tani