BUMP Sebagai Lembagai Bisnis Berbasis Moral

204

d. BUMP Sebagai Lembagai Bisnis Berbasis Moral

Sejak lama telah terjadi perdebatan antara sitem ekonomi sosialis dan kapitalis yang terkait dengan moral ekonomi Thompson, 1993 dalam Calhoun, 1994. Di Indonesia, sejak tahun1980 telah diperdebatkan tentang Ekonomi Pancasila, yang oleh Mubyarto et a l 1981 dirumuskan sebagai sistem ekonomi yang bermoral Pancasila dengan 5 lima platform, yaitu: moral agama, moral kemerataan sosial, moral nasionalisme ekonomi, moral kerakyatan, dan moral keadilan sosial. BUMP sebagai lembaga bisnis berbasis moral, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Moral Agama Dalam konteks religi bahwa sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat bagi manusia. Hal ini mengindikasikan bahwa mengejar keuntungan diperbolehkan, namun demikian bahwa kemaslahatan umat manusia menjadi orientasi utama. Nahdhatul Ulama sebagai lembaga keagaamn berdiri diatas tiga tiang penyangga yaitu Nahdlatul Wathan yang berdiri pada tahun 1914, Nahdlatut Tujjar 1918 dan Tashwirul Afkar 1918 yang juga didirikan oleh para ulama pendiri NU. Nahdlatul Wathan yang artinya kebangkitan bangsa atau tanah air merupakan organisasi pendidikan dan dakwah yang berfungsi untuk menyediakan sumber daya manusia yang berwatak religius dan nasionalis. Sumber daya demikian dibutuhkan untuk kepentingan kekuasaan seperti kebutuhan akan pejabat birokrasi maupun kepentingan kemasyarakatan secara luas. NU dengan ketiga pilar penting tersebut memiliki tanggung jawab commit to user 205 yang besar terhadap kemajuan ekonomi, pendidikan, keagamaan, dan pemikiran. Berkaitan dengan hal tersebut, salah satunya perlu melakukan gerakan ekonomi bagi umatnya yang mayoritas adalah kelompok petani dan nelayan. Gerakan kesejahteraan umat tersebut sebagai bagian mewujudkan pilar Nahdlatut Tujjar. Selain dari sudut pandang Agama Islam, pada hakikatnya beberapa agama dan kepercayaan juga menganjurkan upaya pemberdayaan kepada umat. Dari sudut keimanan kristiani, diimani bahwa kehadiran Yesus kedunia adalah untuk melakukan fungsi pemberdayaan Mardikanto, 2005, hal itu antara lain tertulis dalam Matius 25:45 yang berbunyi: “ Aku berka ta kepada mu, sega la sesuatu yang tida k ka mu la kuka n untuk sa la h seor a ng da ri ya ng pa ling hina ini, ka mu tida k mela kukannya juga untuk Aku” Lebih lanjut, dalam dan 1 Korintus, 10:31 disebutkan bahwa: …, jika engka u maka n ata u jika engkau minum a ta u jika engka u mela kukan sesua tuya ng lain, la kuka nla h semua nya itu untuk kemulia a n Alla h Dalam kehidupan masyarakat Hindu, juga terdapat ajaran Tri Hita Ka ra na , yang mewajibkan keserasian hidup antar manusia, antara manusia dengan penciptanya, dan antara manusia dengan lingkungannya. Ini juga berarti bahwa dalam kehidupan komunitas Hindu mewajibkan perilaku, termasuk berbisnis, harus seantiasa dilandasi oleh keimanan. Dalam masyarakat Buddha, terdapat Dha rma atau perilaku hidup yang benar, yang dijadikan landasan hidup. Oleh karena itu, dewasa ini muncul gerakan Enga ged Buddhism EB sebagai salah satu alternatif pemikiran buddhisme di zaman moderen ini. Kata ‘ enga ged ’ yang berarti commit to user 206 ‘terlibat’ menekankan bahwa pentingnya keterlibatan atau kepedulian umat Buddha terhadap isu-isu sosial, politik, dan kemasyarakatan. Istilah EB ini juga berarti bahwa perilaku hidup umat Buddha, harus senantiasa dilandasi oleh keimanannya. Dalam masyarakat Kong Hu Tzu, juga terdapat perilaku pemberdayaan yang berbasis keimanan. Bahkan ajaran Lao Tzu telah dijadikan semacam Credo pemberdayaan. Mendasarkan diri dari berbagai pandangan pemberdayaan dalam konteks religi, menunjukkan bahwa bisnis yang berhasil harus senantiasa memberdayakan. Pemberdayaan adalah bagian dari upaya memberikan manfaat kepada orang lain. Sehingga dapat ditarik sebuah hipotesis awal bahwa bisnis yang berhasil adalah bisnis yang dilandasi oleh keimanan. BUMP sebagai kelembagaan yang tidak hanya mengejar kepentingan semata dianggap sebagai sebuah model kelembagaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai religi, yang dibuktikan dengan komitmen NU sebagai salah satu kelembagaan terbesar di Indonesia untuk mengembangkan BUMP sebagai gerakan ekonomi yang berbasis keimanan. Fenomena ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang mengejar keuntungan semata tidak akan mencapai puncak keberhasilan karena mengesampingkan aspek manusia yang semestinya diperhatikan. BUMP sebagai lembaga bisnis yang berbasis pemberdayaan atau lembaga bisnis yang berbasis pada umat atau bisa juga disebut sebagai lembaga bisnis yang berbasis pada keimanan adalah salah satu kelembagaan yang patut untuk commit to user 207 dikembangkan sebagai inovasi kelembagaan di pedesaan. Orientasi utamanya tidak hanya bisnis tetapi juga kesejahteraan umat. BUMP sebagai lembaga bisnis berbasis moral, dapat dilihat pada: a Fokus kegiataan yang lebih mengutamakan pemberdayaan masyarakat b Pemanfaatan keuntungan c Pelaksanaan tanngungjawab sosial dan lingkungan cor pora te socia l responsibility CSR 2 Moral Kemerataan Sosial Platform kemerataan-sosial dari BUMP, dapat dilihat dari: a Filosofi pembentukan BUMP yang tidak semata-mata mengejar keuntungan, tetapi lebih mengutamakan pemberdayaan masyarakat. b Kepemilikan saham yang terbuka bagi seluruh warga masyarakat petani, baik secara individual dan atau yang bergabung dalam kelompok-tani dan Gabungan Kelompok-tani GAPOKTAN, yang bergabung dalam asosiasi, maupun yang telah membentuk Badan Usaha yang berbentuk Kelompok Usaha Bersama maupun Koperasi. c BUMP menyisihkan sebagian keuntungan perusahaan 10 yang dibagikan kepada mitra-kerja individu, kelompok-tani, GAPOKTAN, asosiasi, KUB, dan Koperasi. d Pengelolaan program kegiatan tanggungjawab sosial Cor pora te socia l Responsibility baik yang dilakukan oleh BUMP maupun mitra-usaha BUMP. commit to user 208 3 Moral Nasionalisme Ekonomi Platform Nasionalisme Ekonomi, dapat dilihat dari pembentukan dan kepemilikan saham BUMP yang terbuka bagi semua warga negara, tanpa memandang suku, agama, ras, dan aliran apapun. 4 Moral Kerakyatan Platform Kerakyatan dari BUMP, terlihat kepada keberpihakan BUMP kepada masyarakat petani yang merupakan pelaku utama dan pelaku usaha kegiatan agribisnis yang sebagian besar rakyat perdesaan. 5 Moral Keadilan Sosial. Platform keadilan sosial, terlihat pada pembagian deviden yang nberdasarkan pada jumlah saham yang dimiliki, dan pemberian sebagian keuntungan kepada para-pihak yang telah menjalin kemitraan-usaha dengan BUMP.

e. BUMP dalam pegembangan Sistem Penyuluhan Pertanian Non- pemerintah