Pengertian Kelembagaan Tinjauan Pustaka 1. Pembangunan

52 Pemahaman penyuluhan sebagai sebuah sistem meliputi : 1 Kebijakan kegiatan penyuluhan, 2 Kelembagaan penyuluhan, 3 Ketenagaan penyuluh, 4 Pembiayaan penyuluhan, 5 Sarana dan Prasarana penyuluhan, 6 Penyelenggaraan penyuluhan, 7 Pengendalian dan Pengawasan penyuluhan.

5. Kelembagaan

a. Pengertian Kelembagaan

Menurut Mardikanto 2010, kelembagaan yang merupakan terjemahan dari kata “ institution ” adalah satu konsep yang tergolong membingungkan dan dapat dikatakan belum memperoleh pengertian yang mantap dalam ilmu sosiologi. Kata kelembagaan sering dikaitkan dengan dua pengertian, yaitu “ socia l institution ” atau pranata-sosial dan “social orga niza tion : atau organisasi sosial. Apapun itu, pada prinsipnya, suatu bentuk relasi-sosial dapat disebut sebagai sebuah kelembagaan apabila memiliki empat komponen, yaitu adanya: 1 Komponen person , di mana orang-orang yang terlibat di dalam satu kelembagaan dapat diidentifikasi dengan jelas 2 Komponen kepentingan, di mana o rang-orang tersebut pasti sedang diikat oleh satu kepentingan atau tujuan, sehingga di antara mereka terpaksa harus saling berinteraksi. 3 Komponen a tura n , di mana setiap kelembagaan mengembangkan seperangkat kesepakatan yang dipegang secara bersama, sehingga seseorang dapat menduga apa perilaku orang lain dalam lembaga tersebut. commit to user 53 4 Komponen str uktur , di mana setiap orang memiliki posisi dan peran, yang harus dijalankannya secara benar. Orang tidak bisa merubah-rubah posisinya dengan kemauan sendiri. Wiradi 1995 yang dikutip Chotim et a l 2003 menyatakan bahwa institusi didefinisikan sebagai tata kelakuan yang terorganisir atau mengacu pada pola prosedur. Ada beberapa tekanan yang terkandung dalam istilah institusi, yaitu norma, sistem, proses berlangsungnya pembentukan pola perilaku, hasil proses -yang menghasilkan pola, hasil proses-yang menghasilkan organisasi. Ragam tekanan dalam pengertian institusi berbeda dengan ragam tekanan yang ada pada pengertian organisasi yang hanya meliputi proses pengorganisasian dan hasil proses dalam bentuk badanorganisasi. Pakpahan 1990 membedakan kelembagaan sebagai softwa re dan organisasi adalah har dwa re -nya dalam suatu bentuk grup sosial. Dalam hal ini Ia menganalisis kelembagaan sebagai suatu sistem organisasi dan kontrol terhadap sumber daya. Beberapa ciri kelembagaan meliputi: 1 batas yurisdiksi; 2 property rights hak pemilikan, dan 3 aturan representasi. Batas yurisdiksi menentukan siapa dan apa yang tercakup di dalam organisasi. Implikasi ekonomi dari hal tersebut adalah batas yurisdiksi berarti batas suatu organisasi dapat melakukan perluasan aktivitas ekonomi seperti batas wilayah kerja, batas usaha yang diperbolehkan, jenis usaha yang diperkenankan dan sebagainya. Dengan demikian, perubahan batas yurisdiksi berimplikasi terhadap kemampuan organisasi menginternalisasikan manfaat atau biaya. Sepanjang tambahan manfaat melebihi tambahan biaya maka organisasi akan memperluas batas yurisdiksi. commit to user 54 Uphoff 1986 menyatakan bahwa antara institusi dan organisasi sering membingungkan dan bersifat inter cha ngeably . Karena ada institusi yang bukan organisasi, organisasi yang dapat sekaligus dipandang sebagai institusi, dan organisasi yang bukan isntitusi. Definisi yang dikemukakannya adalah: An orga nization is a structur e of r oles forma l or informa l that ar e r ecognized a nd a ccepted.An institution is a complex of norms and beha viour s tha t persist over time by serving some socially va lued purposes. Kasryno 1984 mendefinisikan kelembagaan sebagai “suatu perangkat aturan yang mengatur atau mengikat dan dipatuhi oleh masyarakat”. Menurut Hayami dan Kikuchi 1987 kelembagaan dengan kata dasarnya “lembaga” atau “pranata” didefinisikan sebagai a tur a n-atura n ya ng diberi sa nksi oleh pa r a a nggota komunita s . Dengan pendekatan ekonomi mereka menjelaskan bahwa spesifikasi yang jelas dari aturan-aturan yang mengatur hak-hak untuk memakai sumberdaya-sumberdaya yang terbatas hak pemilikan dan tukar-menukar hak- hak tersebut kontrak, mengakibatkan menurunnya biaya yang tersangkut dalam perundingan, penentuan kebijaksanaan dan pelaksanaan tuntutan dan perjanjian mengenai pemakaian sumberdaya-sumberdaya; dengan demikian, pengukuhan ketentuan yang diberi sanksi oleh masyarakat itu memudahkan alokasi sumber secara efisien. Kelembagaan pranata dianggap sebagai faktor utama penghambat adanya polarisasi. Pranata didefinisikan sebagai aturan-aturan yang dikukuhkan dengan sanksi oleh anggota komunitas. Aturan-aturan tersebut memudahkan koordinasi dan kerjasama di antara penduduk dalam pemakaian sumber-sumber commit to user 55 daya, dengan membantu mereka membangun harapan yang sewajarnya dimiliki setiap orang dalam hubungannya dengan orang lain. Pranata dibagi menjadi dua yaitu: 1 lingkungan pranata dasar- seperangkat aturan-aturan keputusan dasar dan hak-hak pemilikan yang dapat dispesifikasi ke dalam hukum formal atau prinsip-prinsip adat kebiasaan yang dianggap suci oleh tradisi; dan 2 susunan pranata sekunder-bentuk persetujuan khusus yang mengatur cara-cara, bagaimana unit-unit ekonomi dapat berkompetisi atau bekerja sama dalam pemakaian sumber-sumber daya. Pranata sekunder lebih mudah berubah dibandingkan pranata dasar. Sedangkan dengan pendekatan anthropologi, Tjondronegoro 1999 melihat desa sebagai kelembagaan bukan semata-mata satuan ekonomi, juga mempunyai kaitan erat dengan pemujaan dan agama. Kaitan antara warga desa dahulu juga mungkin lebih genealogis , tetapi setelah adanya komunikasi antar satuan masyarakat menjadi lebih terbuka dan menjadi bersifat ter ritoria l dan pada zaman Belanda menjadi da era h hukum . Scott 2008 memberi definisi konsepsi kelembagaan yang meliputi: elemen-elemen r egula tif, normatif, da n kognitif-kultura l ya ng bersama -sa ma ber da mpinga n dengan aktivita s da n sumber daya menyedia ka n sta bilitas da n memberi ar ti pa da kehidupa n sosia l . Hal ini dikarenakan proses-proses kelembagaan digerakkan oleh elemen-elemen tersebut yang merupakan blok bangunan pusat dari struktur kelembagaan, menyediakan serat elastis yang mengarahkan tindakan dan melawan perubahan. Meskipun ketiga elemen ini penting, tetapi harus meliputi tindakan-tindakan yang terkait dan sumberdaya- commit to user 56 sumberdaya material. Aturan, norma, dan arti tumbuh dalam interaksi, dilestarikan dan dimodifikasi oleh tindakan manusia. b. Dimensi Kelembagaan Sahyuti 2003 menyatakan bahwa kelembagaan institusi memberi tekanan pada lima hal, yaitu: 1 berkenaan dengan aspek sosial, 2 berkaitan dengan hal-hal yang abstrak yang menentukan perilaku individu dalam sistem sosial, 3 berkaitan dengan perilaku atau seperangkat tata kelakuan atau cara bertindak yang mantap dan sudah berjalan lama dalam kehidupan masyarakat, 4 ditekankan pada pola perilaku yang disetujui dan memiliki sanksi dalam kehidupan masyarakat dan 5 pelaksanaan kelembagaan diarahkan pada cara-cara yang baku untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam sistem sosial tertentu

c. Kelembagaan Pembangunan Pertanian