10 Konsep Mosher 1969 tersebut menginspirasi terbentuknya Badan Usaha
Milik Petani BUMP yang untuk pertama kali ditawarkan oleh Pakpahan 2007. FACILITATOR
1
Himpunan Mahasiswa Program Doktor Pemberdayaan Masyarakat, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
bekerjasama dengan Gabungan Kelompok Tani GAPOKTAN di Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah sejak tahun 2009 telah mengembangkan BUMP
yang merupakan hibrid dari lembaga bisnis dan lembaga pemberdayaan masyarakat petani.
Kajian Mardikanto
et a l
2010 keberadaan BUMP telah memperoleh respon positif dari Pengurus GAPOKTAN, pengelola RMU yang menjadi mitra-
kerja BUMP, maupun dari Penyuluh Pertanian PPL dan Dinas Pertanian setempat. Meskipun demikian, BUMP juga mengalami beberapa tantangan dan
masalah, yang terkait dengan SDM dan manajemen maupun pengembangan usahanya.
B. Perumusan Masalah
Bertolak dari adanya berbagai respon positif dari pemangku kepentingan di Kabupaten Sukoharjo, maka ada prospek untuk mengembangkan BUMP,
tetapi harus diakui bahwa untuk mengembangkannya banyak menghadapi masalah dan tantangan yang memerlukan kajian khusus dalam upaya menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1
FACILITATOR merupakan akronim dari Facilitating Capacity Building, Institution, Legal, Investment, Tr ading and Marketing, for Public and Private Sector
commit to user
11 1. Bagaimana model kelembagaan yang dibangun oleh BUMP?
2. Bagaimana dinamika pengembangan BUMP? 3. Bagaimana upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan
BUMP?
C. Tujuan Penelitian
Mendasarkan diri pada latar belakang dan permasalahan, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis model kelembagaan yang dibangun oleh BUMP. 2. Menganalisis dinamika pengembangan BUMP.
3. Merumuskan model pengembangan BUMP di masa mendatang.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu mengeksplorasi BUMP sebagai inovasi kelembagaan di pedesaan; sehingga dapat berkontribusi kepada:
1. Pengambil kebijakan, diharapkan dapat mengenalkan BUMP sebagai model kelembagaan baru yang mampu meningkatkan kesejahteraan petani.
Implikasinya, BUMP dapat di kembangkan secara luas di Indonesia. 2. Dunia akademik, diharapkan dapat menyumbangkan referensi baru dalam
khasanah penelitian tentang kelembagaan dalam mendukung pembangunan pertanian.
commit to user
12
E. Keterbaruan Penelitian
Berbagai kajian tentang kelembagaan telah dilakukan, namun masih terbatas pada aspek-aspek produksi, tata niaga, kemitraan, yang bersifat parsial
dan kurang holistik melihat kelembagaan petani. BUMP merupakan kelembagaan petani yang berlandaskan pada aspek pemberdayaan yang berbasis pada
pemenuhan kebutuhan ekonomi dan sosial. Kajian tentang BUMP ini menjadi sangat diperlukan sebagai inovasi kelembagaan baru yang berorientasi kepada
kesejahteraan petani. Beberapa kajian mengenai kelembagaan petani dapat dilihat pada tabel 1.1.
commit to user
13 Tabel 1.1. Beberapa Kajian tentang Kelembagaan Petani
No Penulis
Judul Tahun
Tujuan Metode
Hasil
1. Adri
Analisis kelembagaan dan ekonomi usahatani Kopi
Arabika organik di Propinsi Daerah Istimewa Aceh
1999 Menganalisis keragaan
kelembagaan dan keadaan ekonomi usahatani Kopi Arabika
Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif
Kelembagaan kemitraan mampu meningkatkan pendapatan petani
2. Amry
Rakhman Analisis Kelembagaan dan
Ekonomi Usaha Pertambakan Udang Pola Tambak Inti Rakyat
Transmigrasi di Kab. Sumbawa NTB
1999 Menganalisis keragaan
kelembagaan dan keadaan ekonomi inti dan plasma
Pendekatan Kuatitatif dan kualitatif
Perlunya perubahan bentuk kelembagaan antara inti dan plasma dari
“integrasi vertikal” menjadi sistem kontrak
3. Frits Wally
Analisis ekonomi tataniaga kakao rakyat dan faktor-faktor
yang mempengaruhi opsi kelembagaan tataniaga petani
kakao di kabupaten Jayapura 2001
Menganalisis struktur dan sistem tata niaga kakao dan mempelajari
bentuk-bentuk kelembagaan tataniaga kakao rakyat
Pendekatan kuantitatif survei
Kelembagaan tradisional menjadi pilihan menarik karena ternyata margin
tataniaga kelembagaan kemitraan jauh lebih rendah dibandingkan pada
kelembagaan tradisional
4. Justinus Kay
Analisis tata guna lahan dan ekonomi kelembagaan
mengarah kepada pengelolaan hutan berkelanjutan kasus
hutan sesaot di kawasan Hulu DAS Babak NTB
2001 Menganalisis optimum desain
sehingga DAS dapat menunjang fungsi ekonomi, hutan, dan
lingkungan dengan mewujudkan kelembagaan pengelolaan hutan
berkelanjutan Pendekatan kuantitatif
dan kualitatif Untuk mewujudkan kelembagaan
pengelolaan hutan berkelanjutan dapat dilakukan melalui penegasan peran
kelembagaan lokal
5. Marintan R.
Sinurat Analisis kelembagaan dalam
pengelolaan sumberdaya pesisir di wilayah pesisir timur Rawa
Sragi Kabupaten Lampung Selatan
2002 Menganalisis fungsi dan
wewenang lembaga dalam pengelolaan sumberdaya pesisir
Pendekatan kuantitatif dan kualitatif
Perlunya sinergitas semua komponen lembaga yang ada di pesisir dalam
pengelolaan sumberdaya yang ada sehingga menghindari berbagai konflik
yang akan muncul
6. Dwi Yani
Prasetyanti Analisis kelembagaan dan
keragaan ekonomi industri kecil 2002
Menganalisis sistem kelembagaan keuangan pada industri kecil dan
Pendekatan kuantitatif Multinomial Logistik,
Lembaga keuangan non-bank lebih berperan dibandingkan lembaga bank
p e
rp u
st a
ka a
n .u
n s.
a c.
id
d ig
ilib .u
n s.
a c.
id c
o m
m it
t o
u ser
14
No Penulis
Judul Tahun
Tujuan Metode
Hasil
di Kab. Bogor faktor yang mempengaruhi pilihan
pengrajin terhadap kelembagaan yang ada
Analisis entropy dan cobb Douglas
7. Zuriaty Rifai Analisis kelembagaan dan
kondisi sosial ekonomi masyarakat Perairan Umum
Lebak lebung Kab. Musi Banyuasin Sumatera Selatan
2002 Menganalisis sistem kelembagaan
pengelola lelang, peranan lembaga lokal, Pemda, dan kelembagaan
pemasaran Pendekatan kuantitatif
LQ, analisis revenue function
, analisis QM Peran pemerintah belum optimal,
perlunya kewenangan lebih pada lembaga lokal dalm pengelolaan
perairan umum Labak lebung
8. Sumadyo
Djoko Sutandar
Analisis kelembagaan irigasi dalam rangka desentralisasi
pengelolaan irigasi di Kab. Banyumas
2002 Menelaah Kinerja kelembagaan
irigasi Pendekatan kuantitatif
Kinerja kelembagaan irigasi tidak efisien
9. Yoisye
Lopulalan Analisis ekonomi kelembagaan
kemitraan dalam pemberdayaan nelayan kecil di Pulau Saparua
2003 Menelaah konsep kemitraan pola
modal ventura dalam pemberdayaan nelayan kecil dan
menganalisis pola koordinasi kelembagaan kemitraan dan
dampaknya terhadap peningkatan pendapatan masyarakat
Pendekatan kuantitatif dan kualitatif
Pola kemitraan belum menguntungkan dan kurang memberdayakan nelayan
karena polanya yang bersifat top down
10. Annas Zubair
Analisis kelembagaan dan kelayakan usaha sistem kontrak
tani informal contract farming pada tataniaga sayuran
2003 Mengalisis sistem kelembagaan
contract farming pada tata niaga
sayuran Pendekatan kuantitatif
Sistem kelembagaan contract farming masih belum menguntungkan petani,
margin lebih dinikmati oleh pedagang besarpengumpul
11. Puji Iswari Peranan kelembagaan
penyuluhan terhadap perilaku masyarakat desa hutan dalam
pembangunan hutan tanaman industri lestari
2004 Mengkaji keterkaitan antara faktor
individu dan lingkungan, peran kelembagaan dengan sikap dan
perilaku partisipasi masyarakat dalam pembangunan HTI lestari
Pendekatan kuantitatif penelitian deskriptif
korelasional Faktor individu, lingkungan dan peran
kelembagaan berhubungan nyata dengan sikap dan perilaku partisipasi.
Kelembagaan penyuluhan lebih berperan besar dibandingkan Pemda
dan LSM
p e
rp u
st a
ka a
n .u
n s.
a c.
id
d ig
ilib .u
n s.
a c.
id c
o m
m it
t o
u ser
15
No Penulis
Judul Tahun
Tujuan Metode
Hasil
12. M. Rubiansyah
Analisis ekonomi dan kelembagaan perkebunan kelapa
sawit rakyat di Kab. Kota Waringin Barat, Kalimantan
Tengah 2004
Menganalisis permasalahan yang dihadapi perkebunan kelapa sawit
rakyat dari aspek ekonomi dan kelembagaan
Pendekatan kuantitatif dan kualitatif
Perkebunan kelapa sawit rakyat akan efisien pada luasan lahan 2,1-4 ha.
Kelembagaan belum secara maksimal mendorong kesejahteraan petani
13. Chandra Gustiar
Analisis kelembagaan dan peranannya dalam penataan
ruang di Teluk Pangpang 2005
Menganalisis kondisi kelembagaan dan peran masing-masing
kelembagaan dalam penataan ruang
Pendekatan kuantitatif LQ, SSA dan
kualitatif Beberapa kelembagaan yang berperan
penting dalam tata ruang adalah: Bappeda, DKP, dan nelayan. Beberapa
aspek yang diperlukan dalam penataan ruang adalah kependudukan dan SDM,
infrastruktur, lingkungan, kelembagaan dan ekonomi
14. Pinondang Poltak
Marganda Analisis ekonomi kelembagaan
informal contract farming dalam usahatani nenas di Kabupaten
Subang 2006
Mengidentifikasi dan mengkaji sistem “kontrak pertanian” dan
bagaimana peran lembaga tataniaga
Pendekatan kuantitatif dan kualitatif
Kontrak farming menguntungkan bagi petani, namun demikian penguatan
kelembagaan petani sangat diperlukan petani dalam meningkatkn posisi tawar
15. Ahmad Yani Analisis ekonomi kelembagaan usaha budidaya ikan dalam
keramba jaring apung floating cage net
di wilayah kepulauan Riau
2009 Mengalisis bentuk kelembagaan
pasar ikan kerapu di Kepri Pendekatan
kuantitatif-kualitatif Kelembagaan kontrak informal dapat
digunakan sebagai alternatif untuk menurunkan biaya transaksi
16. Dian Sahor Fonna
Analisis kelembagaan dan keragaman usaha industri
pengolahan ikan di Kabupaten Bangka
2009 Menganalisis kondisi kelembagaan
modal dalam pengembangan industri pengolahan ikan
Pendekatan kuantitatif Kelembagaan modal belum berperan
optimal dibandingkan kelembagaa lain yang ada
17. Totok Mardikanto,
Edi Waluyo et al
Respon petani terhadap BUMP sebagai inovasi kelembagaan
pertanian 2010
Menganalisis mengenai bagaimana respon masyarakat petani,
penyuluh, RMU terhadap BUMP Pendekatan kualitatif
Respon masyarakat cukup positif, namun demikian perlu adanya model
kelembagaan yang bisa disepakati oleh semua pihak
p e
rp u
st a
ka a
n .u
n s.
a c.
id
d ig
ilib .u
n s.
a c.
id c
o m
m it
t o
u ser
16 BUMP sebagai sistem kelembagaan baru, sehingga penelitian mengenai
kelembagaan ini belum banyak dilakukan. Penelitian dasar yang dilakukan oleh Mardikanto
et a l
2010 lebih berfokus kepada respon pemangku kepentingan mengenai keberadaan BUMP. Berdasarkan penelitian tersebut, memunculkan
kesimpulan bahwa BUMP dinilai perlu di kembangkan mendapatkan respon yang baik. Semua GAPOKTAN, sebagian RMU, dan Penyuluh Pertanian
Lapangan PPL berminat untuk menjalin kerjasamakemitraan dengan BUMP, baik dalam kegiatan
on-far m
budidaya-padi, maupun
off-far m
pemasaran produk.
Penelitian ini akan berusaha menelisik lebih mendalam mengenai sistem kelembagaan yang ada di dalam BUMP. Pemahaman mengenai kelembagaan
BUMP akan membantu sistem kerja BUMP dalam menjalin kemitraan dengan pemangku kepentingan. Muaranya adalah tercapainya tujuan BUMP sebagai
lembaga yang berorientasi pada bisnis dan pemberdayaan Penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan penelitian-penelitian
terdahulu karena memiliki keunikan yang menunjukkan orisinalitas penelitian, yaitu dalam hal:
Lingkup penelitian: lebih holistik dalam melihat berbagai aspek baik ekonomi
maupun sosial. Pada umumnya penelitian-penelitian terdahulu hanya melihat salah satu aspek tersebut, misalnya: hanya aspek sosial, ekonomi, on-farm, off-
farm, sehingga tidak secara komprehensif menganalisis kelembagaan petani secara utuh.
commit to user
17
Tujuan penelitian: tidak sekedar melihat sistem kelembagaannnya saja, akan
tetapi juga berusaha mendalami bagaimana kemanfaatan lembaga bagi kesejahteraan petani dan daya dukung kelembagaan agribisnis lainnya dalam
mendukung keberlangsungan BUMP.
Metoda penelitian : pada penelitian-penelitian terdahulu, metode yang
dipergunakan beragam baik kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian ini lebih cenderung bersifat kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
commit to user
18
BAB II. LANDASAN TEORI