64
Gambar 3 menunjukkan bahwa anak yang kemampuan kerjasamanya dapat mencapai kriteria Berkembang Sangat Baik BSB terjadi peningkatan dari
Pra Tindakan ke Siklus I. Pada indikator bergabung dengan kelompok pada Pra Tindakan 38,09 meningkat menjadi 61,90. Indikator tanggung jawab dalam
menyelesaikan tugas pada Pra Tindakan 23,80 meningkat menjadi 52,38. Indikator tolong-menolong pada Pra Tindakan 28,57 meningkat menjadi 61,90
pada Siklus I. Indikator mau berbagi pada Pra Tindakan 33,33 meningkat menjadi 66,67 pada Siklus I.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi ini peneliti dan guru membandingkan hasil Pra Tindakan dan Siklus I. Perbandingan dilakukan untuk mengetahui peningkatan
yang terjadi, serta mencari kendala-kendala yang menghambat peningkatan kemampuan kerjasama anak kelompok B TK PKK Combongan.
Berdasarkan data observasi kemampuan kerjasama pada siklus I dapat dilihat bahwa hasil pelaksanaan Siklus I belum mencapai indikator keberhasilan
yang telah ditetapkan. Peneliti dan guru mencoba mencari penyebab pelaksanaan Siklus I belum mencapai keberhasilan yang ditentukan dengan memperhatikan
kejadian yang terjadi di kelas. Dari refleksi siklus I diharapkan dapat memberikan perubahan yang lebih baik terhadap proses pembelajaran dan hasil penelitian pada
siklus selanjutnya yaitu siklus II. Refleksi siklus I memberikan informasi sebagai berikut:
1 Pada saat kegiatan pembelajaran siklus I, anak-anak antusias mengikuti
kegiatan. Saat pembagian kelompok di pertemuan pertama ada beberapa anak
65
yang tidak mau bergabung dengan kelompoknya dengan alasan ada yang nakal.
2 Saat kegiatan game dimana anak-anak bekerja dalam satu tim atau kelompok,
ada anak yang diam saja. Saat ditanya alasannya karena tidak kebagian lego. Pada pertemuan I, II dan III anak-anak masih bekerja sendiri-sendiri bahkan
ada yang berebut lego. 3
Pada saat kegiatan game kerja dalam kelompok waktu yang diberikan untuk anak melakukan kegiatan terlalu lama sehingga kelompok yang sudah selesai
mengerjakan, ada sebagian anak mengganggu teman yang lain. 4
Ada beberapa anak yang masih memerlukan bimbingan guru saat kegiatan dalam kelompok atau saat turnamen.
Berdasarkan hasil tersebut, peneliti dan guru berdiskusi untukmencari solusi dan membuat rencana kegiatan pada siklus II. Solusi dan rencana siklus II
disusun untuk lebih mengoptimalkan kemampuan kerjasama anak melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Solusi dari beberapa hasil refleksi di atas
adalah sebagai berikut: 1
Pada siklus II, tim atau kelompok anak diubah sehingga ada perbedaan kelompok. Setiap anak diminta untuk mengambil kertas undian untuk
menentukan kelompok, sehingga dapat membentuk kelompok yang heterogen. Perbedaan kelompok ini agar penilaian terhadap kemampuan anak
dapat lebih mendalam dan anak dapat beradaptasi dengan teman yang berbeda beda.
66
2 Saat kegiatan game kelompok ditambah dengan menyusun huruf dari
membentuk kata sesuai bentuk lego yang dibuat untuk memaksimalkan waktu agar kelompok yang sudah selesai tidak mengganggu kelompok yang lain.
3 Jumlah lego dan variasi lego ditambah. Jumlah lego yang sebelumnya ada 30
ditambah menjadi 50 pada setiap kelompok. Dan variasi lego ditambah satu yaitu lego yang ada rodanya. Guru menjelaskan lebih detail jika anak harus
bekerja bersama dalam satu kelompok membuat satu karya, bukan setiap anak membuat sendiri-sendiri.
Dengan adanya refleksi dan perbaikan yang dilakukan pada siklus II, maka diharapkan melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan
kemampuan kerjasama anak kelompok B TK PKK Combongan. Tema pembelajaran yang dilakukan pada siklus II adalah alat transportasi. Tindakan
yang akan dilakukan pada siklus II terdiri dari 5 pertemuan yaitu hari Selasa tanggal 15 November 2016, hari Rabu tanggal 16 November 2016, hari Kamis
tanggal 17 November 2016, hari Jumat tanggal 18 November 2016 dan hari Sabtu tanggal 19 November 2016.
2. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II