12
BAB II KAJIAN TEORI
A. Perkembangan Sosial Anak Usia Dini
1. Pengertian Perkembangan sosial Anak Usia Dini
Perkembangan sosial dapat diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi,
meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama Syamsu Yusuf, 2000: 122. Selanjutnya Masitoh, Ocih, Heny 2005:
11 mengatakan perkembangan sosial adalah perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan masyarakat dimana anak itu berada.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Soemantri Patmonodewo 2003: 31 menyatakan perkembangan sosial dimaksudkan sebagai perkembangan tingkah
laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku di dalam masyarakat di mana anak berada. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Elizabeth
B. Hurlock 1998: 250 perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu
bermasyarakat memerlukan tiga proses. Ketiga proses tersebut adalah belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial, memainkan peran sosial yang dapat
diterima dan aktivitas sosial untuk perkembangan sikap sosial dalam bermasyarakat.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial merupakan proses untuk menyesuaikan diri berdasarkan
aturan-aturan yang berlaku dimana anak berada sehingga anak dapat diterima di
13
lingkungannya. Ada dua faktor yang mempengaruhi anak dalam memperoleh perkembangan sosial. Faktor pertama adalah bimbingan orang tua maupun guru
dalam mengenalkan aspek-aspek sosial dan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat. Faktor yang kedua adalah lingkungan sosial dimana anak berada.
2. Tahapan Perkembangan Sosial Anak Usia Dini
Syamsu Yusuf 2006: 122 menyatakan bahwa anak dilahirkan tanpa membawa sifat sosial. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar
menyesuaikan diri dengan orang lain. Anak dapat memperoleh kemampuan sosial melalui pengalaman dalam berhubungan atau bergaul dengan orang lain, baik
dengan orang tua, teman maupun dengan masyarakat sekitar. Sejalan dengan pendapat di atas, Hurlock 1978: 259 menyatakan bahwa
hanya ada sedikit bukti yang menunjukkan anak dilahirkan dalam keadaan bersifat sosial, anti sosial, atau tidak sosial. Hurlock menjelaskan bahwa perilaku sosial
sudah terlihat sejak bayi melalui reaksi terhadap orang di sekitarnya sebagai berikut:
a. Mulainya perilaku sosial
Pada waktu lahir, bayi tidak suka bergaul dengan orang lain. selama kebutuhan fisik sudah terpenuhi bayi tidak minat dengan orang lain. Dasar
perilaku sosial yang diletakkan pada masa bayi meliputi meniru, rasa malu, perilaku kelekatan, ketergantungan, menerima otoritas, persaingan, mencari
perhatian, kerjasama sosial dan perilaku melawan.
14
b. Perkembangan sosial pada masa kanak- kanak awal
Pada usia 2 sampai 6 tahun anak belajar melakukan hubungan sosial dengan orang-orang di luar lingkungan rumah, terutama dengan anak-anak yang
sebaya. Anak-anak belajar menyesuaikan diri dan bekerjasama melalui kegiatan bermain. Pola perilaku sosial pada masa kanak-kanak awal meliputi kerjasama,
persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empati, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru dan
perilaku kelekatan. Sedangkan perilaku nonsosial meliputi perlawanan, permusuhan, pertengkaran, mengejek dan menggertak, perilaku yang sok kuasa,
egosentrisme, prasangka dan antagonisme jenis kelamin. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan sosial
bukan merupakan bawaan lahir seseorang melainkan hasil dari belajar dan pengalaman yang diperoleh melalui interaksi dengan orang lain. Ada dua tahapan
perilaku sosial pada anak usia dini yaitu masa mulainya perilaku sosial saat masih bayi dan masa kanak- kanak awal.
3. Lingkungan Sosial Anak Usia Dini