Karakteristik Bermain Anak Usia Dini

42 dengan sendirinya ketika anak dihadapkan pada kegiatan bermain. Selanjutnya anak akan mengalihkan minat kreativitasnya ke situasi di luar lingkungan bermain. d. Mengembangkan tingkah laku sosial. Anak belajar komunikasi dengan anak lain sehingga anak mampu untuk memahami apa yang sedang dibicarakan dengan anak lain. Hal tersebut mendorong anak untuk belajar membinan hubungan sosial.Anak juga dapat belajar memecahkan masalah yang timbul dari hubungan tersebut. e. Meningkatkan perkembangan nilai moral anak. Hal ini terkait dengan tingkah laku sosial anak. Karena dengan berinterkasi dengan orang lain, maka anak belajar untuk bekerja sama, jujur, sportif murah hati, tulus, dan disukai banyak orang. f. Anak belajar mengenai konsep diri. Anak dapat belajar mengenai keterampilan emosi, rasa percaya diri, kemandirian dan keberanian untuk berinisiatif sehingga anak mengetahui kelebihan dan kekurangan dirinya.

4. Karakteristik Bermain Anak Usia Dini

Smith et al: Garvey; Rubin, Fein Vandenber dalam Johnson et al, 1999 dalam Suyadi, 2010: 284 mengemukakan ciri-ciri atau karakteristik bermain. Karakteristik tersebut antara lain: a. Dilakukan atas pilihan sendiri, motivasi pribadi, dan untuk kepentingan sendiri. b. Anak yang melakukan aktivitas bermain mengalami emosi-emosi positif. c. Adanya unsur fleksibilitas, yaitu mudah ditinggalkan untuk beralih ke aktivitas yang lain. d. Tidak ada tekanan tertentu atas permainan yang sedang dilakukan sehingga tidak ada target yang dicapai. 43 e. Bebas memilih. Ciri mutlak bagi anak usia dini. f. Mempunyai kualitas pura-pura, seperti anak memegang kertas lalu dilipat pura- pura menjadi pesawat dan sejenisnya. Menguatkan hal tersebut, Jeffrey, McConkey dan Hewson 1984: 15-18 dalam Sujiono,2012: 146 memaparkan karakteristik bermain, yaitu: a. Bermain muncul dari dalam diri anak Keinginan bermain harus muncul dari dalam diri anak dan sesuai dengan caranya sendiri. Itu artinya, bermain dilakukan dengan kesukarelaan atau tanpa paksaan. b. Bermain harus bebas dari aturan yang mengikat Anak memiliki cara bermain sendiri sehingga kegiatan bermain harus terbebas dari aturan yang mengikat. Hal tersebut dapat menimbulkan suasana menyenangkan, mengasyikkan, ceria, dan menggairahkan bagi anak. c. Bermain adalah aktivitas yang nyata atau sesungguhnya Bermain merupakan aktivitas nyata bagi anak. Media yang digunakan ketika bermain dapat membantu anak mendapatkan pengalaman dalam kehidupan. Misalnya ketika anak bermain air. Anak melakukan aktivitas dengan air dan mengenali air melalui kegiatan bermain yang dilakukan. d. Bermain harus difokuskan pada proses daripada hasil Anak fokus dan menekankan pada proses bukan hasil yang diciptakan oleh anak. Dengan demikian, anak dapat mengenal dan mengetahui apa yang dimainkan dan mendapatkan keterampilan baru, meningkatkan perkembangan dalam diri dan memperoleh pengetahuan dari apa yang dimainkan. Proses dalam suatu kegiatan mengakibatkan anak belajar mengenai banyak hal. 44 e. Bermain harus didominasi oleh pemain Bermain harus didominasi oleh anak bukan orang dewasa. Hal tersebut bertujuan agar anak mendapat makna apapun dari kegiatan bermain yang dilakukan. f. Bermain harus melibatkan peran aktif dari pemain Anak sebagai pemain harus aktif. Bila anak pasif, anak tidak akan memperoleh pengalaman baru, karena bagi anak bermain adalah bekerja untuk mendapat pengetahuan dan keterampilan baru. Menguatkan pendapat tersebut, Hurlock 1978: 322 menjelaskan karakteristik bermain antara lain adalah: a. Bermain dipengaruhi tradisi Anak kecil bermain meniru anak yang lebih besar dimana anak-anak tersebut juga meniru kegiatan bermain yang dilakukan oleh generasi sebelumnya. Setiap generasi pasti menurunkan bentuk permainan yang sama pada generasi berikutya. b. Bermain mengikuti pola perkembangan yang dapat diramalkan Sejak bayi hingga tahap pematangan, terdapat bentuk permainan yang melibatkan pola perkembangan. Artinya, dalam melakukan suatu bentuk permainan, anak mengalami tahapan bermain yang berbeda, dari yang sederhana dan terus berkembang pada tahapan yang lebih baik. c. Ragam kegiatan permainan menurun dengan bertambahnya usia Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya waktu dan minat bermain pada anak yang lebih besar. Anak lebih senang bermain dengan waktu yang lebih 45 panjang untuk mendapat kesenangan daripada berpindah-pindah dari satu permainan ke permainan yang lain. d. Bermain menjadi semakin sosial dengan meningkatnya usia Semakin besar anak, semakin sering anak bermain dengan anak lain. Walaupun interaksi yang dilakukan hanya sebatas berebut permainan. Bila anak mulai diterima di kalangan bermain, maka akan timbul kesempatan bermain dengan cara sosial. e. Jumlah teman bermain menurun dengan bertambahnya usia Anak usia prasekolah menganggap semua orang di sekitarnya merupakan teman bermain yang potensial. Namun ketika anak bertambah besar dan mulai membentuk kelompok bermain, anak lebih suka dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan kelompok bermainnya. Hal ini dikarenakan anak beranggapan bahwa kelompok bermainnya memiliki perhatian dan cara bermain yang sama. f. Bermain menjadi lebih sesuai dengan jenis kelamin Bayi dan anak kecil umumnya tidak begitu peduli dengan perbedaan jenis kelamin. Anak laki-laki dan perempuan melakukan jenis permainan yang sama atau serupa. Namun ketika mulai memasuki dunia sekolah, anak mulai memahami perbedaan jenis kelamin dan berusaha menjauhi kegiatan yang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya. g. Permainan dari masa kanak-kanak berubah dari tidak formal menjadi formal Bermain yang dilakukan anak kecil bersifat spontan. Anak tidak memerlukan waktu, tempat, baju, dan peralatan khusus untuk bermain. Anak akan bermain dengan benda apa saja yang ditemuinya. Setelah anak memiliki 46 kelompok bermain, anak mulai melakukan perjanjian untuk bermain dengan waktu, tempat, dan peralatan yang diperlukan. h. Bermain secara fisik kurang aktif dengan bertambahnya usia Anak yang berada dalam tahap bermain dimana anak tidak memperhatikan waktu dan hanya akan berhenti bermain bila lelah, akan mencapai tahap bermain dimana anak tidak aktif lagi menggunakan fisiknya. Tahap bermain aktif anak mulai menurun. Mereka lebih suka melamun, yaitu suatu jenis bermain dimana anak hanya menggunakan energi yang begitu minim. i. Bermain dapat diramalkan dari penyesuaian anak Penyesuaian pribadi dan sosial anak ditunjukkan dengan adanya jenis permainan yang dilakukan, kegiatan variasi permainan, dan waktu yang dihabiskan untuk bermain. Misalnya, anak yang suka bermain sendiri memiliki tingkat penyesuaian yang buruk dibanding dengan anak lain yang terbiasa bermain dengan temannya. j. Terdapat variasi yang jelas dalam permainan anak Setiap anak pasti melalui tahap bermain yang serupa. Namun demikian, anak tetap memiliki caranya sendiri untuk melalui tahapan-tahapan bermain tersebut. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kesehatan, perkembangan motorik, dan jenis kelamin. Dari beberapa kutipan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan bermain memiliki beberapa karakteristik yang sesuai dengan perkembangan anak usia 5-6 tahun. Karakteristik tersebut antara lain: a Bermain muncul dari dalam diri anak dan merupakan pilihan sendiri, motivasi pribadi, dan untuk kepentingan 47 sendiri b harus bebas dari aturan yang mengikat c harus difokuskan pada proses daripada hasil d harus didominasi oleh pemain e harus melibatkan peran aktif dari pemain f dipengaruhi tradisi. Namun dengan bertambahnya usia, karakteristik bermain menjadi berkurang, tidak seperti ketika anak berada pada usia pra sekolah dan taman kanak-kanak. Karakteristik yang membedakan antara lain: a Bermain menjadi lebih formal b ragam kegiatan bermain mengalami penurunan c jumlah teman bermain juga menurun dengan bertambahnya usia d anak menjadi lebih senang bermain dengan anak lain yang sesuai dengan jenis kelaminnya e bermain aktif juga terlihat berkurang. Meskipun demikian, semakin bertambahnya usia anak, kegiatan bermain menjadi semakin sosial.

5. Klasifikasi Bermain

Dokumen yang terkait

Hubungan Pemberian Stimulasi Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-5 Tahun di Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014

5 74 101

PENGEMBANGAN KREATIVITAS MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI KEGIATAN 3M DAN MELIPAT DI TK NEGERI DHARMA WANITA TEUNOM

0 9 1

PENGARUH KEGIATAN MENGGAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK PERMATA JL. PENDAWA KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG.

0 7 26

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN BERMAIN MENGGAMBAR DEKORATIF PADA ANAK Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Bermain Menggambar Dekoratif Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah 1 Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen Tahun 20

0 3 8

UPAYA PENINGKATAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERMAIN MENGGUNTING DAN UPAYA PENINGKATAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERMAIN MENGGUNTING DAN MENEMPEL BENTUK-BENTUK GEOMETRI di TK ‘Aisyiyah II Makamhaji.

1 3 15

LINGKUP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS DALAM MELIPAT PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN DI KECAMATAN UMBULHARJO YOGYAKARTA.

1 10 167

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM PADA ANAK KELOMPOK B USIA 5-6 TAHUN

0 1 6

PEMBELAJARAN MEWARNAI GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN

1 1 8

KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SE KOTA PONTIANAK

0 0 8

KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SE KOTA PONTIANAK

0 0 8