15
2. Perkembangan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini
Suyadi 2010: 69 menyatakan bahwa perkembangan motorik halus adalah meningkatnya pengkoordinasian yang melibatkan otot dan saraf yang jauh
lebih kecil dan lebih detail. Kelompok otot dan saraf inilah yang mampu menghasilkan gerak motorik halus seperti meremas, menulis, menggambar dan
lain-lain. Terkait hal tersebut, teori sistem dinamik Santrock,2007: 207 yang diajukan oleh Ester Thelen dimana ketika melakukan eksperimen melibatkan
seorang bayi membuktikan bahwa perkembangan motorik kasar maupun motorik halus, tidak dipengaruhi oleh hereditas genetis seperti yang disampaikan oleh
Arthur Gesell 1934; dalam Santrock, 2007: 207. Bayi membangun keterampilan motorik untuk mempersepsi dan melakukan gerakan. Anak harus lebih aktif
membangun keterampilan untuk mencapai tujuan dalam batasan tertentu. Dalam mengembangkan kemampuan motorik, bayi harus mempersepsikan hal yang
memotivasi dirinya untuk melakukan suatu gerak dan memanfaatkan persepsinya untuk memperhalus gerakan Santrock, 2007: 207. Ketika bayi mulai termotivasi,
maka perilaku motorik mulai terbentuk. Perilaku tersebut merupakan gabungan dari beberapa faktor antara lain perkembangan sistem saraf; sifat fisik tubuh dan
kemungkinan gerakan; tujuan yang memotivasi bayi; dan dukungan lingkungan atas keterampilan yang akan dilakukan Halleman dkk, 2005 dalam Santrock,
2007: 207.
Sehubungan dengan hal diatas, Seifert Hoffnung 1994; Santrock, 1998; Desmita, 2005: 98 bayi pada awal kehidupan sering terlihat ingin meraih
dan menggenggam benda di dekatnya. Namun bayi hanya mampu menyentuh
16
benda tersebut dan gagal untuk menggenggam objek. Keterampilan seperti itu akan terus terjadi selama 4-5 bulan. Selama 2 tahun pertama kehidupan,
keterampilan tersebut menjadi semakin baik. Bayi mulai memperlihatkan kemampuannya secara berurutan untuk melakukan gerakan sederhana pada siku
dan bahu, kemudian gerakan pada pergelangan tangan, memutar tangan, dan melakukan koordinasi antara ibu jari dan jari telunjuk. Melanjutkan hal tersebut,
Santrock, 2011: 15 menjelaskan pada usia 3 tahun, anak memiliki kemampuan yang lebih matang untuk menggunakan tangannya dibandingkan ketika masih
bayi. Anak mampu memungut objek-objek terkecil dengan ibu jari dan jari telunjuk, namun mereka masih canggung melakukan hal tersebut. Anak juga dapat
membangun menara balok yang sangat tinggi dengan konsentrasi penuh, namun sering kali tidak sepenuhnya dalam garis lurus. Anak juga dapat bermain dengan
puzzle. Ketika anak mengenali lokasi yang cocok pada puzzle, anak belum dapat menempatkan potongan puzzle dengan tepat. Anak sering mencoba memaksakan
potongan tersebut dan menepuknya dengan keras. Pada usia 4 tahun, kemampuan motorik anak meningkat secara substansial dan lebih tepat. Anak sering marah
karena merasa bangunan balok yang disusun kurang sempurna. Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik halus mulai meningkat. Tangan, lengan, dan tubuh bergerak
bersama di bawah komando mata. Berkaitan dengan hal tersebut, Hurlock 1978: 159 juga menerangkan
bahwa pengendalian otot tangan, bahu, dan pergelangan tangan meningkat pada masa kanak-kanak dan akan mencapai tingkat kesempurnaan layaknya orang
dewasa pada umur 12 tahun. Hurlock mengilustrasikan 2 bidang keterampilan
17
tangan yang sering digunakan, yaitu keterampilan makan dan keterampilan menangkap dan melempar bola. Pada akhir tahun pertama kehidupan, anak
mampu mencoba memegang botol susu atau cangkir dan mengambil sendok yang digunakan untuk makan. Pada usia 8 bulan, anak dapat memegang botol susu
yang dimasukkan ke mulutnya. Sebulan setelah itu, anak dapat membetulkan posisi botol susu di dalam mulut. Pada umur 11 dan 12 bulan, sewaktu-waktu
anak mencoba memegang cangkir dan berusaha untuk makan sendiri dengan menggunakan sendok. Pada mulanya, anak memegang cangkir dengan kedua
tangan. Anak yang makan dengan sendok akan menjatuhkan sebagian besar makanannya. Namun dengan seringnya latihan yang dilakukan, anak mulai dapat
memegang cangkir dengan satu tangan dan makanan yang berjatuhan dari sendok mulai berkurang. Pada akhir tahun kedua, anak dapat menggunakan sendok dan
garpu dengan baik. Setahun setelahnya, anak dapat mengoleskan mentega atau manisan pada roti dengan menggunakan pisau. Bila anak diberi bimbingan dan
kesempatan, maka pada tahun keempat anak mampu menyayat daging lunak dengan sebuah pisau. Pada usia 6 tahun, sebagian besar anak sudah mampu
menguasai tugas yang digunakan dalam keterampilan makan sendiri. Pada keterampilan menangkap dan melempar bola ditunjukkan oleh anak
usia 2 tahun dimana anak dapat menggulirkan bahkan mencoba melempar bola. Meskipun demikian, pada usia 4 tahun sebagian besar anak belum mampu
melemparkan bola dengan baik. Anak terampil melempar bola saat menginjak usia 6 tahun. Karena keterampilan menangkap bola lebih sulit dibandingkan
dengan keterampilan melempar bola, maka keterampilan menangkap bola akan
18
berkembang setelahnya. Pada usia 6 tahun, anak dapat menangkap bola dengan seluruh tubuhnya. Kemudian dengan gerakan yang agak teratur, anak mulai
menangkap bola dengan tangan. Setelah melewati usia 6 tahun, anak mulai menyempurnakan gerakan tangan yang terkoordinasi sehingga mampu
menangkap dengan kedua telapak tangan. Dalam Suyadi 2010: 70 E. Berk memaparkan bahwa pada usia 3 tahun, anak sudah dapat mengenakan baju
sendiri, bahkan mampu memakai dan melepas sepatunya sendiri. Keterampilan ini disebut self-help keterampilan menolong diri sendiri. Keterampilan ini akan
mencapai puncaknya pada usia 6 tahun. Ketercapaian tersebut merupakan koordinasi gerakan-gerakan tangan dan gerakan lainnya yang berurutan dan kait-
mengait. Jadi, perkembangan motorik halus pada seseorang tidak dipengaruhi oleh
hereditas sehingga sejak awal kehidupan bayi harus mempersepsi dan beraksi sesuai dengan kemampuan motorik halus yang dimiliki sehingga bayi dapat
mewujudkan kebutuhannya dan keinginannya. Anak usia 5-6 tahun dapat menunjukkan peningkatan kemampuan motorik halus dari usia sebelumnya. Anak
mulai dapat melakukan koordinasi antara tangan, lengan, dan tubuh di bawah komando mata sehingga anak dapat melakukan beberapa keterampilan yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri. Sebagian besar anak sudah mampu menguasai tugas untuk melakukan keterampilan makan
sendiri dengan menggunakan sendok dan garpu maupun mengoleskan mentega atau manisan pada roti dengan menggunakan pisau, melempar dan menangkap
bola, dan bermain balok secara sempurna.
19
3. Fungsi Perkembangan Motorik Halus