36
ibunya. Anak juga berperan menjadi tokoh film yang dikenalnya seperti batman dan doraemon Tedjasaputra, 2001: 29.
d. Bermain dengan peraturan Games with rules
Dalam kegiatan bermain ini, anak sudah dapat mematuhi aturan. Lambat laun anak memahami bahwa peraturan tersebut boleh diubah sesuai dengan
kesepakatan bersama asal tidak terlalu menyimpang dari aturan umumnya. Biasanya terjadi pada anak usia 6-11 tahun Tedjasaputra, 2001: 29.
Sesuai dengan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tahapan bermain terus berkembang mulai dari kemampuan bermain anak
yang bersifat individual sampai pada kemampuan anak bermain dengan cara melibatkan teman-teman di sekitarnya. Anak usia 5-6 tahun berada pada tahapan
bermain dimana anak mulai bermain dengan anak lain. Umumnya anak lebih menyukai permainan peran. Anak menirukan penampilan atau gaya bicara dari
orang di sekitarnya atau tokoh yang sering dia jumpai di televisi. Terkadang anak melakukannya dengan anak lain. Meskipun demikian, dalam permainan tersebut
tidak ada aturan ketat di dalamnya.
3. Manfaat Bermain Bagi Anak Usia Dini
Menurut Agung Triharso 2013: 10-13 bermain memiliki beberapa manfaat untuk perkembangan anak usia dini, antara lain adalah:
a.
Bermain mempengaruhi perkembangan fisik anak
Anak usia dini bersifat aktif, banyak gerak, dan rentang perhatiannya masih sangat terbatas. Oleh sebab itu anak perlu mendapat kesempatan untuk
bergerak. Anak merasa bosan bila diminta untuk duduk berjam-jam, maka
37
sebaiknya energi yang dimiliki disalurkan melalui bermain dimana anak melakukan gerakan-gerakan tubuh yang dapat menjadikan tubuh lebih sehat dan
otot menjadi lebih kuat. b.
Bermain dapat digunakan sebagai terapi
Bermain dapat dijadikan psiko terapi atau media “pengobatan” bagi anak. Anak yang beramasalah dan tidak cukup ditangani dengan konseling atau
konsultasi saja, maka memerlukan sebuah pengobatan. Dalam menjadikan bermain sebagai psiko terapi, diperlukan adanya seorang ahli yang menangani
banyak masalah apada anak. Tindakan yang diberikan ahli psiko terapi sangat diperlukan.Hal ini bisa terjadi pada anak yang tantrum, agresif, dan kurang percya
diri.
c.
Bermain meningkatkan pengetahuan anak
Dengan bermain, anak mendapat pengetahuan dari apa yang dipelajarinya dengan mengenal bahkan memahami konsep warna, ukuran, bentuk,
arah, dan besaran sebagai landasan untuk belajar menulis, bahasa, matematika, dan ilmu pengetahuan yang lain. Aktivitas motorik kasar dan motorik halus anak
ikut berkembang. Misalnya ketika anak menulis, menggambar, dan mencorat-
coret. Perkembangan motorik kasar dapat dilihat ketika anak berlari dan berjalan.
d.
Bermain melatih penglihatan dan pendengaran
Ketajaman dan kepekaan penglihatan dan pendengaran juga sangat perlu dikembangkan. Kedua indera tersebut memudahkan anak untuk belajar membaca
serta menulis di kemudian hari. Perkembangan keduanya dapat dilatih melalui bermain.
38
e.
Bermain mempengaruhi perkembangan kreativitas anak
Anak usia dini memiliki rentang perhatian yang terbatas dan sulit diatur. Dengan bermain, anak akan merasa senang dan terkontrol sehingga kreativitas
pun meningkat. Kreativitas akan terlatih dan muncul dengan sendirinya. Dalam hal ini orang dewasa perlu untuk membebaskan anak namun tetap dalam
pengawasan. Umumnya, kreativitas diawali dengan rasa ingin tahu anak dengan mengeksplorasi setiap hal dalam kehidupan sehari-harinya.
f.
Bermain mengembangkan tingkah laku sosial anak
Dengan berkembangnya usia, anak perlu untuk dilatih berpisah dengan ibu atau pengasuhnya. Anak harus diberi pengertian bahwa perpisahan hanya
terjadi sementara. Sedangkan dengan teman sebaya, anak harus belajar berbagi hak milik, menggunakan mainan secara bergiliran, melakukan kegiatan bersama,
mempertahankan hubungan yang dibina, serta mencari solusi mengenai masalah yang dihadapi bersama. Dengan bermain, anak akan mendapatkan kebutuhan-
kebutuhan tersebut. g.
Bermain mempengaruhi nilai moral anak
Dengan bermain yang dilakukan bersama teman sebaya, anak memiliki penilaian terhadap dirinya sendiri, yaitu tentang kelebihan yang dimiliki. Hal
tersebut membantu pembentukan konsep diri dalam diri anak seperti percaya diri dan harga diri. Dari hal tersebut anak belajar bagaimana bertingkah laku seperti
bersikap jujur,murah hati, dan tulus. Menurut Wolfgang dan Wolfgang 1999: 32-37 dalam Sujiono, 2012:
145 manfaat bermain untuk anak usia dini adalah sebagai berikut:
39
a. Dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui
pemahaman kerja tubuh b.
Dapat mengembangkan keterampilan emosi, rasa percaya diri pada orang lain, kemandirian dan keberanian untuk berinisiatif karena saat bermain anak sering
berpura-pura menjadi orang lain, binatang, atau karakter orang lain. c.
Dapat mengembangkan kemampuan intelektual karena dengan bermain anak dapat bereksplorasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya
sebagai wujud dari rasa keingintahuan. d.
Dapat mengembangkan kemandirian dan menjadi diri sendiri karena melalui bermain anak selalu bertanya, meneliti lingkungan belajar mengambil
keputusan, berlatih peran sosial sehingga anak menyadari kemampuan dan kelebihan dirinya.Sementara itu, manfaat bermain menurut Tedjasaputra 2001:
38 adalah:
a. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek fisik
Bermain dengan melibatkan gerakan tubuh membuat anak menjadi lebih sehat. Otot-otot tubuh akan tumbuh dan menjadi kuat. Anak juga mendapat
kesempatan untuk menyalurkan energi yang berlebihan sehingga tidak akan merasa bosan karena pada dasarnya anak usia dini adalah anak yang tidak dapat
berdiam diri, anak lebih senang untuk melakukan gerakan-gerakan yang bebas. b.
Manfaat bermain untuk perkembangan aspek motorik kasar dan motorik halus Sejak lahir, anak belajar untuk mengembangkan kemampuan motorik
halusnya. Tanpa disadari, ketika tumbuh anak melakukan beragam kegiatan bermain yang mengembangkan otot-otot kecil seperti menggambar dan menulis
yang diawali dengan membuat coretan dan membuat garis lengkung. Anak juga belajar menggambar bentuk-bentuk tertentu yang biasanya merupakan gabungan
dari bentuk geometri seperti gambar rumah, orang, dan lain-lain. Anak juga dapat bergerak dengan melibatkan otot-otot besar sehingga motorik kasar juga
meningkat. Hal ini dapat diperlihatkan ketika anak berlari, berjalan, dan gerakan lain yang biasanya melibatkan otot besar.
40
c. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek sosial
Bermain yang dilakukan secara bersamaan bermain sosial melatih anak untuk belajar berbagi hak milik, menggunakan mainan secara bergilir, melakukan
kegiatan bersama, mempertahankan hubungan yang sudah terbina, dan mencari solusi dari masalah yang dihadapinya. Anak juga belajar berkomunikasi dengan
orang lain, baik untuk mengungkapkan isi pikiran maupun memahami perkataan orang lain sehingga anak dapat bertukar informasi. Hal tersebut mengajarkan anak
mengenai sistem nilai dan kebiasaan-kebiasaan yang dianut oleh masyarakat sekitarnya.
d. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek emosi atau kepribadian
Bermain merupakan kebutuhan alamiah yang ada dalam diri anak sehingga bila dilakukan anak dapat melepaskan ketegangan yang dialami karena
banyaknya tekanan, anak dapat memenuhi kebutuhan dan dorongan yang tidak bisa didapatkan dari dunia nyata. Anak juga belajar menilai kelebihan yang
dimiliki sehingga membantu pembentukan konsep diri yang positif. e.
Manfaat bermain untuk perkembangan aspek kognitif Dengan bermain, anak mendapat pengetahuan dan pengalaman yang
meningkatkan kemampuan kognisinya. Pengetahuan tersebut seperti pengenalan warna, ukuran, pola, bahasa, dan pengetahuan lainnya. Sedangkan pengalaman
dapat menimbulkan kreativitas daya cipta yang dilakukan anak dalam beberapa kesempatan untuk bereksplorasi. Anak yang bereksplorasi akan menemukan hal
baru yang membuat anak tersebut tertarik untuk mengasah daya cipta terkait hal yang baru ditemuinya sehingga penemuan tersebut dapat dijadikan pengalaman.
41
f. Manfaat bermain untuk perkembangan mengasah ketajaman penginderaan
Penginderaan menyangkut penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, dan peraba. Kelima aspek tersebut perlu diasah agar anak menjadi
lebih tanggap atau peka terhadap segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Penglihatan dan pendengaran anak usia dini perlu distimulasi lebih tajam karena
dapat memudahkan anak belajar mengenal dan memahami bentuk dan kata tertentu yang akan memudahkan anak untuk membaca dan menulis di kemudian
hari. Dari beberapa manfaat tersebut yang dipaparkan, maka dapat
dismipulkan bahwa bermain memiliki manfaat terhadap perkembangan anak usia dini, yaitu:
a. Meningkatkan perkembangan fisik.
Anak memiliki banyak energi. Maka sebaiknya anak menyalurkan energi tersebut dengan bermain. Bermain dapat memperkuat dan mengembangkan otot
dan koordinasinya melalui pemahaman kerja tubuh. b.
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan. Anak dapat menemui dan mengeksplor hal baru dalam hidupnya sebagai
wujud rasa keingintahuan. Anak juga memahami konsep warna, ukuran, bentuk, arah, dan besaran sebagai landasan untuk belajar menulis, bahasa, matematika,
dan ilmu pengetahuan yang lain. c.
Meningkatkan kreativitas anak. Eksperimentasi dalam bermain mengakibatkan anak mendapat kepuasan
dengan merancang sesuatu yang baru dan berbeda. Kreativitas akan muncul
42
dengan sendirinya ketika anak dihadapkan pada kegiatan bermain. Selanjutnya anak akan mengalihkan minat kreativitasnya ke situasi di luar lingkungan
bermain. d.
Mengembangkan tingkah laku sosial. Anak belajar komunikasi dengan anak lain sehingga anak mampu untuk
memahami apa yang sedang dibicarakan dengan anak lain. Hal tersebut mendorong anak untuk belajar membinan hubungan sosial.Anak juga dapat
belajar memecahkan masalah yang timbul dari hubungan tersebut. e.
Meningkatkan perkembangan nilai moral anak. Hal ini terkait dengan tingkah laku sosial anak. Karena dengan
berinterkasi dengan orang lain, maka anak belajar untuk bekerja sama, jujur, sportif murah hati, tulus, dan disukai banyak orang.
f. Anak belajar mengenai konsep diri.
Anak dapat belajar mengenai keterampilan emosi, rasa percaya diri, kemandirian dan keberanian untuk berinisiatif sehingga anak mengetahui
kelebihan dan kekurangan dirinya.
4. Karakteristik Bermain Anak Usia Dini