47
sendiri b harus bebas dari aturan yang mengikat c harus difokuskan pada proses daripada hasil d harus didominasi oleh pemain e harus melibatkan peran
aktif dari pemain f dipengaruhi tradisi. Namun dengan bertambahnya usia, karakteristik bermain menjadi berkurang, tidak seperti ketika anak berada pada
usia pra sekolah dan taman kanak-kanak. Karakteristik yang membedakan antara lain: a Bermain menjadi lebih formal b ragam kegiatan bermain mengalami
penurunan c jumlah teman bermain juga menurun dengan bertambahnya usia d anak menjadi lebih senang bermain dengan anak lain yang sesuai dengan jenis
kelaminnya e bermain aktif juga terlihat berkurang. Meskipun demikian, semakin bertambahnya usia anak, kegiatan bermain menjadi semakin sosial.
5. Klasifikasi Bermain
Jeffrey, McConkey dan Hewson 2002: 15-21 dalam Sujiono, 2012: 146 memaparkan klasifikasi bermain sebagai berikut:
a. Permainan eksploratif exploratory play
Eksplorasi mempengaruhi anak melalui 4 cara yang berbeda: 1 memberi kesempatan anak menemukan hal baru 2 merangsang rasa ingin tahu
3 membantu anak mengembangkan keterampilan 4 mendorong anak untuk mempelajari keterampilan baru.
b. Permainan dinamis energetic play
Permainan ini melibatkan energi yang sangat banyak dan koordinasi seluruh tubuh. Pentingnya permainan kekuatan ini antara lain 1 membantu anak
menjadi penjelajah yang aktif dalam lingkungannya 2 membantu anak untuk
48
mengendalikan tubuh 3 membantu anak untuk mengkoordinasikan setiap bagian yang berbeda pada tubuhnya.
c. Permainan dengan keterampilan skillful play
Manfaat dari permainan keterampilan adalah membantu anak memiliki sikap mandiri; mengembangkan keterampilan baru dan meningkatkan
kepercayaan diri; dan belajar dengan langsung memegang bahan. d.
Permainan sosial social play Berinteraksi dengan orang lain sangat penting bagi anak. Bermain sosial
merupakan dasar dari seluruh pembelajaran sosial. Permainan ini memiki manfaat untuk anak, yaitu sebagai sarana untuk belajar dari orang lain; mengembangkan
kemampuan untuk berkomunikasi; membantu anak lebih mampu bersosialisasi; menanamkan sifat berani pada diri anak dan membantu anak untuk
mengembangkan persahabatan. e.
Permainan imajinatif imaginative play Permainan
imajinatif membantu
anak untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan bahasa, membantu anak memahami orang
lain, mengembangkan kreativitas anak, dan membantu anak mengenali dirinya sendiri.
f. Permainan teka-teki puzzle-it-out play
Dengan bermain puzzle, maka anak akan mendapat beberapa manfaat untuk perkembangannya. Manfaat tersebut antara lain mengembangkan
kemampuan anak dalam berpikir, mendorong rasa ingin tahu anak, dan mengembangkan kemandirian pada anak.
49
Sementara itu, klasifikasi bermain menurut Charlotte Buhler dalam Tedjasaputra 2001: 31 berdasarkan jenisnya,antara lain :
1. Permainan fungsional functional games
Permainan ini melibatkan panca indera dan kemampuan motorik anak dalam rangka mengembangkan aspek tersebut. Biasanya anak sering melakukan
dengan kegiatan-kegiatan motorik halus seperti menulis, melipat, dan meronce. 2.
Bermain pura-pura games of make belive and ilustration Kegiatan bermain pura-pura melibatkan unsur imajinasi dan peniruan
terhadap perilaku seseorang yang anak amati, seperti orang dewasa dan tokoh- tokoh yang sering dijumpainya. Khayalan anak dapat menggambarkan keinginan,
perasaan, dan pandangan anak mengenai dunia sekelilingnya. 3.
Bermain pasif pasive play Kegiatan bermain ini kurang melibatkan kegiatan fisik aktif. Anak lebih
terlihat pasif dan tidak membutuhkan energi yang terlalu banyak ketika bermain. Misalnya anak sedang melihat buku-buku, menonton film, dan mendengarkan
dongeng. 4.
Bangun-membangun games of construction Permainan ini mengajarkan anak untuk membangun sesuatu.
Membangun dapat dilakukan dengan menyusun dan menumpuk benda. Biasanya anak menggunakan balok atau potongan lego untuk membentuk bangunan
tertentu. Sedangkan Kathleen Stassen Berger 1983 dalam Tedjasaputra 2001: 30 mengemukakan bahwa jenis bermain dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,
yaitu:
50
a. Bermain yang mengandalkan indera dan gerakan-gerakan tubuh Sensory
motor play Bentuk bermain ini mengandalkan fungsi indera. Ini sering terjadi pada
bayi hingga anak usia pra sekolah. Bayi dapat menikmati suara yang ada di sekelilingnya dan merasakan sesuatu dengan mulutnya. Anak usia pra sekolah
juga dapat menikmati ketika mereka mendengar suara air yang ditiup melalui sedotan, bunyi saat anak menghisap mie, dan tekstur benda yang mereka pegang.
b. Bermain untuk menguasai keterampilan tertentu Mastery play
Semua kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak merupakan jenis bermain mastery play karena anak melakukan pengulangan hingga anak dapat
melakukan suatu keterampilan tertentu. c.
Bermain kasar Rough and tumble play Bentuk bermain ini merupakan bentuk kegiatan fisik aktif dan berfungsi
untuk mengimbangi kegiatan-kegiatan yang kurang menghabiskan tenaga seperti menonton televisi dan mendengarkan cerita. Anak juga dapat meningkatkan
kemampuan sosialnya karena dalam bermain kasar, anak melakukan dengan teman yang sudah dikenal baik. Anak yang baru dalam lingkungan tersebut,
pemalu, dan penakut jarang terlibat dalam kegiatan bermain ini. d.
Bermain bersama Social play Melalui bermain bersama, sifat egosentrisme anak mulai berkurang.
Anak mulai berkembang menjadi makhluk sosial yang berinterkasi dengan lingkungannya sehingga anak dapat melakukan kegiatan bermain yang melibatkan
kerjasama. Anak juga dapat menanamkan sifat peduli terhadap orang lain.
51
e. Bermain peran atau khayal Dramatic play
Bermain peran atau khayal ditandai dengan kemampuan anak untuk berpikir simbolik. Kegiatan dalam bermain peran dapat dilihat pada kegiatan anak
yang sedang menyuapi bonekanya, mengajak boneka berbicara, atau meniru peran suatu profesi. Bermain semacam ini membantu anak untuk memantapkan jenis
kelamin, membantu anak mencoba berbagai peran sosial yang diamatinya, mewujudkan khayalan dan bergaul dengan anak lain. Dari beberapa pendapat
diatas, dapat disimpulkan bahwa bermain dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a.
Bermain aktif Jenis permainan ini menuntut anak untuk bergerak aktif dan berperan
serta. Contoh permainan aktif yang dapat dilakukan anak usia dini antara lain: 1
Permainan dengan memperlajari keterampilan Setiap bermain sebenarnya merupakan keterampilan karena dilakukan
berulang-ulang. Namun keterampilan yang berupa skill dapat memebri beberapa keuntungan pada anak yaitu membantu anak memiliki sikap mandiri;
mengembangkan keterampilan baru; meningkatkan kepercayaan diri; dan belajar dengan langsung memegang bahan.
2 Bermain kasar atau dinamis
Permainan ini melibatkan banyak energi dan kerjasama dari seluruh tubuh.Kegiatan olahraga merupakan salah satu dari jenis bermain kasar. Bermain
kasar atau dinamis memberi beberapa manfaat, antara lain membantu anak menjadi penjelajah yang aktif dalam lingkungannya; membantu anak untuk
52
mengendalikan tubuh; membantu anak untuk mengkoordinasikan setiap bagian yang berbeda pada tubuhnya.
3 Bermain peran atau khayal
Bermain peran atau khayal ditandai dengan adanya kemampuan berpikir simbolik pada anak. Hal ini mulai terlihat ketika anak menyuapi bonekanya,
mengajak boneka berbicara, atau meniru peran suatu profesi. Bermain ini membantu anak memahami konsep jenis kelamin dan membantu anak mencoba
berbagai peran sosial yang diamatinya. 4
Bermain teka-teki Bermain teka-teki adalah permainan yang menuntut anak untuk
melengkapi sesuatu, misal pada sebuah gambar yang belum lengkap. Bermain puzzle membantu mengembangkan kemampuan anak dalam berpikir, mendorong
rasa ingin tahu anak, dan mengembangkan kemandirian pada anak. b.
Bermain pasif Anak memperoleh kesenangan dalam bermain bukan didapat dari diri
sendiri.Anak lebih senang melihat atau mendengarkan saja tanpa berpartisipasi dalam kegiatan bermain tersebut.Bermain ini umumnya terjadi pada fase pra
remaja. Misalnya menonton film, mendengarkan musik, dan membaca buku. Namun anak bayi juga dapat mengalami fase ini karena anak memanfaatkan
inderanya untuk menikmati suara dan apa saja yang didengar dan dilihat sehingga bayi merasa senang. Bermain aktif maupun bermain pasif juga dapat
dikelompokkan pada bermain sosial karena semua jenis permainan yang telah dijelaskan dapat dilakukan dengan anak lain. Secara bertahap, anak mulai
53
berkembang menjadi makhluk sosial yang berinterkasi dengan lingkungannya sehingga anak dapat melakukan kegiatan bermain yang melibatkan kerjasama.
D. Bermain Balok