24
mengembangkan keterampilan hidup, menggunakan kegiatan terpadu, dan berorientasi pada prinsip perkembangan anak.
5. Stimulasi Untuk Perkembangan Motorik Halus
Dave mengembangkan teori Benyamin Bloom dalam Suyadi, 2010: 73 yang menyatakan bahwa rentang kemampuan gerak motorik anak ditunjukkan
dari gerakan yang kaku sampai pada gerakan yang luwes dengan mengklasifikasikan domain psikomotorik ke dalam lima kategori. Hal tersebut
dapat dijadikan stimulasi untuk meningkatkan perkembangan fisik motorik anak usia dini. Dengan adanya lima kategori tersebut, Dave berharap anak mampu
mencapai tingkat perkembangan fisik motorik secara sempurna, sehingga pencapain gerakan tersebut dapat menunjang tingkat kegeniusan anak. Lima
kategori tersebut adalah: a.
Imitation peniruan Keterampilan suatu gerakan yang telah dikenali sebelumnya oleh anak. Anak
dapat mengenal gerakan tersebut baik dengan mendengar maupun melihat sehingga anak melakukan representasi ulang . Stimulasi yang dapat diberikan
misalnya adalah menontonkan film; misalnya meniru gerakan binatang. Anak yang sering melihat gerakan binatang secara berulang-ulang, maka anak dapat
menirukan gerakan binatang tersebut. b.
Manipulation penggunaan konsep Kemampuan menggunakan konsep dalam melakukan kegiatan. Anak menetapkan
suatu gerakan keterampilan tertentu dengan latihan. Ketika anak mengulang- ngulang kegiatan tersebut, maka gerakan tersebut akan dengan mudah tersimpan
25
pada ingatan anak. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan garpu, melompat, dan menggunting.
c. Presition ketelitian
Kemampuan bergerak dengan kedetailan tertentu. Ketelitian ini mirip dengan maipulasi, namun mencapai kontrol yang lebih tinggi. Seperti belajar mengendarai
sepeda roda tiga, mudur, dan zigzag. d.
Articulation perangkaian Kemampuan gerak secara kombinatif dan berkesinambungan yang membutuhkan
koordinasi saraf, otot dan mata secara cermat.Stimulasi yang dapat dilakukan misalnya dengan menggambar, mengetik, dan menulis.
e. Naturalization kewajaran
Kemampuan gerak secara wajar. Diperlukan adanya kerjasama yang baik antara saraf, pikiran, mata , tangan, dan anggota tubuh yang lain. Anak tidak dapat secara
langsung bisa melakukan, namun harus diulang-ulang hingga mencapai tingkat kelenturan dan keluwesan gerak yang sempurna.
Berkaitan dengan hal tersebut, Sumantri 2005: 121 menerangkan bahwa kemampuan motorik halus anak dapat berkembang meskipun tidak mendapat
stimulasi. Namun perkembangan tersebut tidak terjadi secara optimal. Memberikan stimulasi terkait kegiatan untuk melatih perkembangan motorik
halus anak usia dini sebaiknya dengan kegiatan yang membutuhkan kecermatan, kesabaran dan ketelitian. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain seperti mencetak,
menjahit, menggunting, menjiplak, membangun menara, dan bermain play dough. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa stimulasi yang
26
dapat diberikan untuk perkembangan motorik halus anak adalah gerakan-gerakan yang melibatkan otot kecil dan penggunaan tangan seperti menjiplak, membangun
menara, dan menjahit yang dalam prosesnya membutuhkan beberapa hal yaitu peniruan, penggunaan konsep, ketelitian, perangkaian, dan kewajaran.
6. Tujuan Perkembangan Motorik Halus