16
sampah anorganik menjadi barang yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, misalnya: pembuatan kerajinan dari daur ulang dengan memanfaatkan
sampah plastik dan botol bekas. Kerajinan daur ulang tersebut diambil dari sampah-sampah plastik yang tidak laku dijual oleh pengepul, biasanya
para pengurus dan warga belajar mengkreasikan bahan yang berasal dari bahan plastik menjadi tas, dompet, tirai dan lain-lain. Sedangkan untuk
sampah yang berasal dari botol bekas biasanya dibuat bunga, hiasan lampu, bros dan lain-lain.
c. Standarisasi Pengelolaan Sampah
Standar yang berhubungan dengan pengelolaan persampahan telah diterbitkan oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Badan Standarisasi
Nasional Anonim, 2003: 55 yaitu: 1
SK-SNI. S-04-1991-03, tentang Spesifikasi Timbulan Sampah untuk kota kecil dan kota sedang di Indonesia, standar ini
mengatur tentang jenis sumber sampah, besaran timbulan sampah berdasarkan komponen sumber sampah serta timbulan
sampah bersdasarkan klasifikasi kota.
2 SNI 19-2454-1991, tentang Tata Cara Pengolahan Teknik
Sampah Perkotaan. 3
SNI 03-3241-1994, tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah. Standar ini mengatur tentang
ketentuan pemilihan lokasi TPA, kriteria pemilihan lokasi yang meliputi kriteria reional dan kriteria penyisih.
4 SNI 19-3964-1994, tentang Metode Pengambilan dan
Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. Standar ini mengatur tentang tata cara pengambilan
dan contoh timbulan sampah yang meliputi lokasi, cara, pengambilan, jumlah contoh, frekuensi pengambilan, serta
pengambilan dan perhitungan.
17
e. Komponen Sistem Pengelolaan Sampah
Pengelolaan persampahan mempunyai lingkup kegiatan yang disebut dengan sistem, terdiri dari komponen-komponen yang saling
berinteraksi membentuk kesatuan, dan mempunyai tujuan. Interaksi dalam hal ini mempunyai ketentuan, dan aturan-aturan tertentu. Sedangkan
komponen yang mempunyai bentuk tersebut di atas disebut subsistem. Komponen yang mempunyai tujuan sama tetapi bentuk interaksi tidak
mengikuti aturan yang berlaku disebut lingkungan internal, dan komponen yang tidak mempunyai tujuan yang sama, dan interaksi serta ketentuan
yang berlaku disebut dengan lingkungan eksternal DPU, 1988. Komponen sistem pengelolaan sampah adalah sebagai berikut:
1 Sistem pengelolaan persampahan dapat dibagi menjadi 4
subsistem dan satu komponen subsistem yaitu: a subsistem organisasi, dan manajemen, b Subsistem operasional, c
subsistem pembiayaan, dan retribusi, d subsistem pengaturan hukum.
2 Subsistem organisasi dan manajemen dapat dibagi menjadi 6
yaitu: a Bentuk organisasi, b struktur manajemen, c Struktur organisasi, d Personalia kualitas dan kuantitas, e Tata laksana
kerja, f Pendidikan dan latihan.
3 Subsistem Operasional terdiri dari 6 yaitu: a Tingkat pelayanan,
b Daerah pelayanan, c Sub-subsistem penampungan dan pengumpulan, d Sub-subsistem pemindahan, e Sub-subsistem
pengangkutan, f Sub-subsistem pembuangan akhir.
4 Subsistem pembiayaan dan retribusi terdiri dari 3 yaitu: a
Sumber pendanaan, b Daerah layanan, c Polaprosedur retribusi.
5 Subsistem pengaturan hukum yaitu terdiri: a Pedoman
pembentukan peraturan daerah, b Perda pembentukan organisasi, c Perda ketertiban umum di bidang kebersihan
lingkungan, d Perda pembentukan struktur tarif.
6 Komponen peran serta masyarakat terdiri dari: a Bentuk
partisipasi masyarakat, b Materi dan metode pembinaan masyarakat di bidang kebersihan penyuluhan, c Pelaksanaan
program penyuluhan, d Evaluasi serta pemeliharaan kondisi.