Hasil Tahapan Pelaksanaan Program Pelatihan Pengelolaan Sampah

78 membuat kompos dari daun-daun yang sudah kering. Semangat yang tinggi tersebut dapat memberikan dampak positif kepada seluruh warga masyarakat sekitar Rumah Pintar Nur Aini pada khususnya dan warga masyarakat luas pada umumnya. 2 Sarana dan prasarana Keberhasilan pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana dalam program pengelolaan pelatihan sampah sudah disediakan dari pihak Rumah Pintar Nur Aini. Selain itu, bahan dan peralatan yang digunakan dalam pelatihan pengelolaan sampah mudah dicari dan harganya terjangkau. Adapun peralatan yang digunakan dalam pelatihan pengelolaan sampah yaitu ember bak sampah, gunting, jarum, benang jahit, tali rafia, dan lain-lain. Serta untuk bahannya seperti: daun-daun yang sudah kering, bungkus plastik kemasan, kardus. 3 SDM Tutor Tutor dalam hal ini juga memegang peranan yang penting. Dalam pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini tutor menggunakan metode penyampaian materi yang tepat. Tutor menggunakan metode praktek yang diselingi dengan penyampaian teori tentang pengelolaan sampah. Hal tersebut membuat suasana pembelajaran menjadi hidup dan tidak kaku karena sebagian 79 besar warga belajarnya sudah dewasa jadi cukup tepat apabila penyampaian metode melalui praktek langsung.

b. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Program Pelatihan

Pengelolaan Sampah di Rumah Pintar Nur Aini Pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini tidak hanya memiliki faktor pendukung, melainkan terdapat juga beberapa faktor penghambat yang menjadikan pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah kurang berjalan secara maksimal. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Ibu “WS” selaku tutor program pelatihan pengelolaan sampah, yaitu: “Faktor penghambatnya waktu pelaksanaan program yang tidak rutin. Sehingga warga belajar bisa lupa terhadap materi yang pernah diberikan sebelumnya dan sistem pemasaran yang kurang jelas” CW:2 Hal serupa disampaikan oleh Ibu “TN” dan “NP” yang mengungkapkan bahwa: “Susahnya untuk memasarkan hasil produk kerajinan, bahan-bahan samp ah plastik yang dikumpulkan memerlukan waktu yang lama” CW:4 “Ketika musim tanam tiba banyak warga belajar yang sibuk di pertanian maka pelatihan diliburkan, terkadang sampah yang sudah di siapkan untuk pelatihan di pungut oleh pemulung” CW:6 Menurut Ibu “AD” selaku pengelola Rumah Pintar Nur Aini mengungkapkan bahwa: “Faktor penghambatnya program pengelolaan sampah belum bisa berjalan secara rutin. Hal tersebut dikarenakan banyak dari warga belajar yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Hasil penjualan produk kerajinan program pengelolaan sampah belum bisa memberikan masukan kas yang lebih. Hal tersebut 80 dikarenakan warga belajar hanya diajarkan oleh tutor untuk membuat produk kerajinan limbah plastik bekas masih skala kecil belum skala yang lebih besar” CW:1 Sedangkan menurut Ibu “SK” selaku warga belajar program pelatihan pengelolaan sampah Rumah Pintar Nur Aini mengungkapkan bahwa: “Kurangnya tenaga untuk mengangkut sampah ke tempat penampungan” CW:8 Berdasarkan beberapa pernyataan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini masih memiliki berbagai faktor penghambat. Adapun faktor penghambat tersebut, antara lain: 1 Kesibukan Warga Belajar Sebagian warga belajar yang mengikuti program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini bermata pencaharian sebagai petani. Sehingga pada saat musim tanam maupun panen tiba sebagian warga belajar sibuk untuk mengurus tanamannya di sawah. Hal ini terkadang yang membuat pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini diliburkan. Akibatnya ketika memasuki pelaksanaan program terkadang warga belajar sudah lupa terkait materi yang sudah disampaikan. 2 Pemasaran hasil produk yang belum jelas Pemasaran hasil produk kerajianan dari daur ulang sampah plastik yang belum jelas. Sebagian warga belajar juga masih bingung dalam memasarkan hasil produk kerajinan tersebut. Tetapi menurut Ibu “AD”