Pelaksanaan Program Pengelolaan Pelatihan Sampah di Rumah
62
kegiatan yang dilakukan oleh Rumah Pintar Nur Aini. Dengan demikian mereka bisa mengelola sampah secara bijak tanpa harus selalu membuang
sampah yang dianggap sudah tidak terpakai lagi. Untuk mengatasi sampah rumah tangga yang semakin banyak, warga belajar program pengelolaan
pelatihan sampah dapat mengelola sampah yang dihasilkan dengan cara memilah sampah secara mandiri. Hal tersebut sesuai yang diungkapkan
oleh Ibu “NP” yang merupakan salah satu warga belajar program pengelolaan pelatihan sampah Rumah Pintar Nur Aini yaitu:
“Awalnya warga memilah sampah sesuai dengan jenisnya masing- masing di rumah dengan tempat sampah seadanya yang penting
tempatnya sendiri-sendiri. Kemudian setelah sampah sudah terlihat banyak maka sampah tersebut dikumpulkan menjadi satu di Rumah
Ibu “SK” menggunakan 3 ember besar dan bak sampah karet. Setelah itu, sampah yang sudah terkumpul dibawa pada saat
pelatihan pengelolaan sampah yang dilakukan di Rumah Pintar Nur Aini. Sedangkan untuk sampah yang sudah tidak layak digunakan
tetap ditinggal di ember bak tersebut untuk dikumpulkan menjadi satu kemudian di berikan ke pemulung atau diangkut oleh truk
kebersihan dari DPU mas” CW:6. Sementara itu Ibu “SK” selaku warga belajar yang mengungkapkan
sebagai berikut: “Ya itu tadi mas, sampah yang dikumpulkan dari masing-masing
warga belajar. Apabila sampah sudah terlihat banyak maka sampah tersebut langsung disetor atau dikumpulkan menjadi satu di tempat
penampungan yang ada di rumah saya ini mas. Setelah dikumpulkan maka sampah tersebut diuraikan berdasarkan
jenisnya. Apabila sampah sudah diuraikan berdasarkan jenisnya selanjutnya untuk sampah organik untuk pembuatan komposnya
dilakukan di jugangan tanah yang sudah digali. Sedangkan untuk sampah non organik seperti sampah plastik yang masih layak
dibawa pada saat pelaksanaan pelatihan pembuatan kriya yang
dilaksanakan di Rumah Pintar Nur Aini” CW:8.
63
Warga belajar sudah menyadari betapa pentingnya agar bisa mengubah pandangannya betapa sampah tidak harus langsung dibuang.
Melainkan sampah yang masih layak bisa dipilah, dimanfaatkan dan di daur ulang menjadi produk kerajinan yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi. Tetapi juga terdapat beberapa hambatan kecil pada awalnya dalam mengolah sampah. Seperti yang diungkapkan oleh
Ibu “SW” selaku warga belajar, yaitu:
“Pernah mas, awalnya saya membuang sampah hanya tercampur menjadi satu tempat sampah mas. Karena pada awalnya cukup
susah untuk menerapkan terutama dalam diri saya untuk bisa mengolah sampah secara benar. Tetapi lama kelamaan juga mulai
terbiasa dan menjadi kebiasaan” CW:5. Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu “SK” yang mengalami
kesulitan dalam mengolah sampah, yaitu: “Ada mas, pada saat musim penghujan tiba memilah sampah cukup
lama karena sampah banyak yang terken a air” CW:8.
Berdasarkan beberapa pernyataan dari sebjek penelitian diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pada awalnya warga belajar
mengalami kesulitan dalam mengolah sampah. Hal yang paling susah diubah yaitu pandangan dan sikap dari mereka yang menganggap bahwa
sampah adalah barang yang sudah tidak berguna dan mempunyai nilai lagi, sehingga mereka langsung membuang sampah begitu saja tanpa tindakan
penyelesaian yang lebih tepat. Tetapi apabila sudah mempunyai kesadaran akan pentingnya mengolah sampah, maka mereka dapat melakukan
tindakan yang tepat dalam mengolah sampah seperti pemilahan sampah antara sampah organik dan sampah nonorganik serta memanfaatkan
64
sampah yang masih layak untuk digunakan membuat berbagai macam produk kerajinan dan membuat kompos dari sampah daun kering. Setelah
melakukan beberapa wawancara dengan subyek penelitian dan hasil pengamatan di lapangan maka dalam pelaksanaan program pelatihan
pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini terdapat beberapa tahapan, yaitu:
a. Assessment atau identifikasi kebutuhan masyarakat. Kegiatan ini dilakukan
untuk mengidentifikasi berbagai macam kebutuhan pendidikan di masyarakat. Adapun cara identifikasi kebutuhan masyarakat yang
dilakukan oleh Rumah Pintar Nur Aini, seperti yang disampaikan oleh Ibu “AD” selaku pengelola Rumah Pintar Nur Aini, yaitu:
“Pertama kita melihat keadaan kesibukan sehari-hari kaum perempuan yang ada di sekitar sini. Setelah tau, kita melakukan
identifikasi masalah yang timbul di sekitar Rumah Pintar. Ternyata setelah diidentifikasi yang menjadi permasalahan yaitu mengenai
sampah. Banyak warga yang kurang peduli pada sampah, masih sering membakar sampah sehingga timbul asap yang mengganggu
pernapasan. Selain itu, sampah yang dibuang dalam satu tempat masih tercampur. Oleh sebab itu, kami berinisiatif untuk
menyadarkan warga dengan melakukan sosialisasi yang diadakan tiap pertemuan ibu-ibu mengenai pengelolaan sampah yang benar.
Setelah itu, terbentuk suatu kesepakatan bersama antar pengurus pengelola dengan ibu-ibu untuk membentuk wadah kegiatan
program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini” CW:1.
Sedangkan Ibu “WS” selaku tutor program pelatihan pengelolaan sampah menambahkan bahwa:
“Tahap identifikasi yang pertama yaitu melihat kondisi lapangan, mata pencaharian penduduk terutama kaum perempuan dan setelah
itu melihat masalah yang ada di wilayah tersebut. Setelah melihat kondisi di lapangan ternyata masalah yang ada yaitu mengenai
sampah. Sebenarnya sampah itu adalah masalah sepele yang harus
65
diperhatikan. Untuk mengatasi masalah sampah tiap warga harus mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya sendiri bahwa
sampah yang dihasilkan dari diri sendiri juga harus dikelola dengan baik oleh diri kita masing-masing. Dengan demikian sampah tidak
akan menjadi masalah yang besar. Kemudian setelah itu, terjadi pertemuan-pertemuan diantar kaum perempuan untuk membahas
masalah sampah. Hingga akhirnya terbentuklah sebuah program pelatihan pengelolaa
n sampah di Rumah Pintar” CW:2. Berdasarkan pemaparan data diatas maka dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa dalam mengidentifikasi kebutuhan masyarakat pihak Rumah Pintar Nur Aini melakukan beberapa tahap diantaranya melihat
kondisi di lapangan, melihat dan mengidentifikasi kesibukan sehari-hari yang dilakukan oleh warga sekitar terutama kaum perempuan, melihat dan
mengidentifikasi masalah yang timbul di lingkungan setempat, melakukan pertemuan dan sosialisasi terkait masalah pengelolaan sampah, serta
mencari solusi dan membuat kesepakatan bersama untuk membentuk program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini.
b. Pengembangan Desain Program
Pengembangan desain program dilakukan setelah identifikasi kebutuhan selesai. Laporan hasil identifikasi kebutuhan dapat dijadikan
sebagai acuan dalam mengembangkan rancangan program. Setelah melakukan wawancara dan pengamatan maka peneliti dapat menjelaskan
bahwa untuk pengembangan desain program yang dilakukan oleh Rumah Pintar Nur Aini untuk program pelatihan pengelolaan sampah belum
tersusun secara baku dan jelas. Seperti yang diungkapkan oleh pengelola Rumah Pintar Nur Aini, yaitu:
66
“Desain program yang kita buat masih sederhana yang terpenting dari kami mengetahui program yang akan dilaksanakan,
menyiapkan narasumber, waktu pelaksanaan program, sasaran warga belajar, sarana dan prasarana yang dibutuhkan dan bahan
yang digunakan dalam pelatihan. Jadi untuk penyusunan secara
bakunya atau standarnya kita belum” CW:1. c.
Penyempurnaan Program Penyempurnaan program merupakan kegiatan tahap lanjutan dari
pengembangan desain, tahap ini merupakan upaya validasi program yang akan di laksanakan di masyarakat. Penyempurnaan program dalam
pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini berpedoman dengan melihat dari desain program yang masih kurang
maksimal. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu “AD” selaku pengelola Rumah Pintar Nur Aini, yaitu:
“Melakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada warga belajar dan masyarakat terkait program yang akan dilaksanakan, karena jika
tidak sosialisasi warga tidak mengetahui program yang ada dan dilaksanakan di Rumah Pintar, kemudian melakukan kesepakatan
jadwal pelaksanaan program agar program dapat berjalan secara kontinyu.
Selanjutnya membentuk
kepengurusan dalam
pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah supaya program dapat terkoordinir dan berjalan dengan baik” CW:1.
d. Penyiapan Perangkat
Tahap berikutnya yaitu menyiapkan perangkat-perangkat yang diperlukan dalam mengimplementasikan program. Perangkat ini meliputi
sarana prasarana, media, pembiayaan, narasumber. Penyiapan perangkat merupakan hal terpenting dalam proses pelaksanaan program, karena
dengan persiapan perangkat yang optimal tentunya akan mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam penyiapan sarana prasarana, media,
67
narasumber, pembiayaan program sudah di sediakan oleh pihak Rumah Pintar Nur Aini. Seperti yang disampaikan oleh Ibu “TN” selaku warga
belajar program pelatihan pengelolaan sampah: “Untuk sarana dan prasarana dalam pelaksanaan prgram pelatihan
sampah sudah disediakan dari pihak Rumah Pintar mas, seperti: gunting, benang, jarum, sampah plastik
” CW:4. Sementara itu Ibu “AD” selaku pengelola Rumah Pintar Nur Aini
juga menambahkan bahwa: “Semua penyiapan perangkat dari sarana prasarana, media,
narasumber, pembiayaan disediakan dan ditanggung oleh Rumah Pintar Nur Aini. Seperti sarana gunting kita bisa meminjam gunting
yang disediakan dari program TPA yang ada di Rumah Pintar, untuk sampah plastik warga belajar sudah menyediakan dan
mengumpulkan dari rumah masing-masing. Untuk narasumber kita kerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan dari UGM.
Biasanya narasumber sifatnya sukarela saja. Selanjutnya untuk media seperti screen, laptop juga sudah ada dari Rumah Pintar Nur
Aini” CW:1. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Ibu “SW” selaku warga
belajar, yaitu: “Pokoknya semua sudah disiapkan dari Rumah Pintar mas. Mulai
dari sarana, media, gurunya” CW:5.
Berdasarkan pemaparan data di atas dari subyek penelitian, maka
dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini untuk perangkat mulai dari
sarana prasarana, media, pembiayaan, serta narasumber sudah disediakan dan ditanggung pihak Rumah Pintar Nur Aini.
e. Pelaksanaan Kegiatan
68
Pelaksanaan kegiatan merupakan implementasi program yang harus sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan kecuali jika di temui ada
hambatan mendesak yang memaksa program tidak dapat berjalan sesuai rencana. Ibu “AD” selaku pengelola Rumah Pintar Nur Aini menjelaskan
bahwa: “Secara umum pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah
belum bisa sesuai dengan tujuan dan perencanaan yang ditetapkan. Masih terdapat kendala program yang menghambat seperti
kesibukan warga belajar yang membuat program diundur-undur,
pengumpulan sampah yang lama” CW:1. Ibu “WS” selaku tutor program pelatihan pengelolaan sampah di
Rumah Pintar Nur Aini juga memberikan penjelasannya terkait tahap pelaksanaan program pengelolaan pelatihan sampah, yaitu:
“Tahap awal mengumpulkan sampah, kegiatan ini dilakukan di masing-masing rumah warga belajar. Proses pengumpulan
dilakukan selama dua bulan untuk sampah nonorganik. Tahap kedua pemilahan sampah, pemilahan berarti mengurai antara
sampah yang organik dan sampah non organik. Proses pemilahan sam
pah dilakukan di rumah Ibu “SK”. Tahap ketiga yaitu pengangkutan, tahap ini dilakukan dengan memindahkan sampah
yang sudah cukup banyak dari rumah warga belajar ke rumah Ibu “SK” yang selanjutnya dikumpulkan menjadi satu menggunakan
penampung sampah yang sudah disediakan. Serta tahap akhirnya yaitu pengolahan sampah, tahap ini memanfaatkan sampah yang
masih layak untuk dibuat kerajinan dari limbah sampah plastik, sedangkan untuk sampah daun kering dibuat kompos untuk
meyuburkan tanaman. Pelaksanaan pelatihan dilakukan di Rumah Pintar Nur Aini setiap hari Minggu pagi
” CW:2. Selain itu untuk membuat warga belajar nyaman dan tidak kaku
dalam mengikuti program pengelolaan pelatihan sampah maka peran tutor dalam menyampaikan materi cukup penting. Seperti yang disampaikan
69
oleh Ibu “MP” selaku warga belajar program pengelolaan pelatihan sampah di Rumah Pintar Nur Aini, yaitu:
“Metode penyampaian materi langsung pada teori yang dibarengi praktek” CW:7.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Ibu “WS” selaku tutor program pengelolaan pelatihan sampah di Rumah Pintar Nur Aini, yaitu:
“Saya lebih langsung praktek sambil menyampaikan teori mas, supaya suasananya biar tidak membosankan dan tegang. Dengan
demikian materi yang saya sampaikan mudah diterima” CW:2. Berdasarkan kedua pernyataan dari subjek penelitian tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa metode yang digunakan dalam penyampaian materi kepada warga belajar dalam pelaksanaan suatu program cukup
penting. Menggunakan metode yang tepat berdasarkan kondisi dan karakter dari warga belajar, maka materi yang disampaikan akan mudah
diterima dan dipraktekkan oleh warga belajar. f.
Penilaian Tahap selanjutnya setelah program dilaksanakan yaitu tahap
penilaian. Tahap penilain bertujuan untuk mengetahui ketercapaian tujuan baik itu tujuan yang sifatnya pengetahuan maupun keterampilan. Ibu “AD”
selaku pengelola Rumah Pintar Nur Aini menjelaskan bahwa: “Penilaian yang dilakukan dalam pelaksanaan program pelatihan
pengelolaan sampah masih sebatas penilaian yang melihat dari kualitas hasil produk yang telah dibuat” CW:1.
Sedangkan Ibu “WS” selaku tutor program pelatihan pengelolaan
sampah menambahkan bahwa:
70
“Penilaian yang dilakukan dengan cara melihat dan mengamati warga belajar dalam setiap mengikuti program apakah ada
kemajuan atau tidak jadi tidak dengan memberikan nilai secara langsung tetapi kepada proses yang dilalui dalam setiap mengikuti
program pelatihan” CW:2. Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu “MP” selaku warga belajar
program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini bahwa: “Penilaiannya ya hanya di lihat hasil kerajinannya yang sudah jadi
mas. Apa sudah bagus atau belum, kalau belum biasanya akan dituntun kembali dari tutornya mas” CW:7.
Berdasarkan analisis data diatas maka dapat disimpulkan bahwa
penilaian yang dilakukan dalam pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah yang dilakukan di Rumah Pintar Nur Aini lebih ke
penilaian yang menitikberatkan pada kualitas hasil. g.
Umpan Balik Umpan balik merupakan aktivitas pasca kegiatan penilaian. Umpan
balik ini dilakukan untuk memberikan penguatan pada peserta program terkait hasil yang telah mereka peroleh. Menurut hasil penelitian dan
wawancara dengan subyek penelitian bahwa dalam pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini umpan balik
yang dilakukan ketika sebelum proses pelatihan program dilaksanakan. Ibu “AD” selaku pengelola program menjelaskan bahwa:
“Umpan balik yang dilakukan dalam program yaitu dengan melakukan pertanyaan kepada warga belajar terkait materi yang
telah disampaikan dan memberikan kepada warga belajar untuk
tanya” Seperti yang diungkapkan oleh Ibu “WS” selaku tutor program
pelatihan pengelolaan sampah bahwa:
71
“Biasanya saya sebelum melanjutkan materi yang akan dilakukan,saya akan menanyakan terkait materi yang sebelumnya
pernah dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Serta saya mempersilahkan warga belajar untuk bertanya terkait materi yang
belum jelas mana. Hal ini untuk mengingatkan kembali kepada warga belajar terkait materi supaya bisa melanjutkan materi dengan
baik tanpa ada warga belajar yang tertingg
al” CW:2. Sedangkan menurut Ibu “NP” selaku warga belajar program
pelatihan pengelolaan sampah bahwa: “Biasanya setelah pelatihan selesai tutor selalu mananyakan materi
apa yang sudah dilakukan hari ini kemudian menanyakan secara garis besar bagaimana c
ara membuatnya” CW:6. Pendapat tersebut diperkuat oleh Ibu “SK” selaku warga belajar
program pelatihan pengelolaan sampah yang menyatakan bahwa: “Umpan balik yang dilakukan dengan bertanya pada warga belajar
dan warga belajar diberi kesempatan untuk mencoba praktek langsung terkait materi yang telah disampaikan mas” CW:8.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas terkait umpan balik
program, dapat disimpulkan bahwa umpan balik yang dilakukan pada program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini yaitu
sebelum program dimulai dan setelah program selesai dilaksanakan, tutor selalu menanyakan materi yang sudah pernah dilaksanakan dan tutor juga
memberikan kesempatan untuk warga belajar yang masih kesulitan dalam praktek. Sehingga pembelajaran yang dilakukan akan lebih hidup karena
adanya hubungan interaktif yang baik antara tutor dan warga belajar. h.
Evaluasi Program Evaluasi pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di
Rumah Pintar Nur Aini berguna untuk mengetahui keberhasilan suatu
72
program. Hasil dari evaluasi berguna untuk meningkatkan kualitas program, dan memperbaiki hal-hal yang masih dianggap belum berhasil
atau mencapai target. Evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini ini belum ada
panduan atau acuan yang baku. Menurut Ibu “AD” selaku pengelola
Rumah Pintar Nur Aini menjelaskan bahwa: “Evaluasi yang kami lakukan dengan melihat apa saja yang masih
menjadi kendala dalam pelaksanaan program. Biasanya kami membuat catatan-catatan ke dalam buku terkait hal-hal yang harus
diperbaiki. Sehingga kedepannya program dapat berjalan lebih
baik” CW:1. Sedangkan Ibu
“WS” selaku tutor program menambahkan bahwa: “Evaluasi yang dilakukan dengan mencatat yang menjadi kendala
apa saja yang terjadi selama program dilakukan. Sehingga kita bisa tahu kekurangan dan bisa memperbaiki untuk menjadi lebih baik”
CW:2.
Berdasarkan dapat diambil kesimpulan bahwa Evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di
Rumah Pintar Nur Aini ini belum ada panduan atau acuan yang baku. Evaluasi yang dilakukan biasanya hanya membuat catatan pada setiap
kegiatan dalam buku, jadi setiap agenda kegiatan dicatat untuk mengetahui kegiatan apa saja yang pernah dilakukan dan untuk melihat hasil
pencapaian yang telah diperoleh dalam satu kegiatan. i.
Tindak Lanjut Tindak lanjut dalam hal ini adalah kegiatan lanjutan pasca program
dilaksanakan. Baik itu berupa program pendampingan maupun
73
pengembangan program yang telah dilakukan. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan wawancara dengan sumber penelitian dapat di jelaskan
bahwa untuk pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini masih fakum untuk sementara waktu. Karena
warga belajar banyak yang sibuk dengan aktivitasnya yang utama seperti pada musim penghujan banyak yang mengurus tanaman di sawah. Seperti
yang diungkapkan oleh Ibu “AD” selaku pengelola Rumah Pintar Nur Aini yang menjelaskan bahwa:
“Setelah program pelatihan pengelolaan sampah berjalan beberapa kali dan saat ini masih belum mulai kembali. Ada rencana untuk
melanjutkan program mas tetapi untuk saat ini masih banyak warga belajar yang masih sibuk mas terutama pada musim penghujan saat
ini banyak yang sibuk mengurus pertanian di sawahnya. Sebetulnya masih banyak produk kerajinan kriya dari limbah sampah non
organik yang belum dibuat mas” CW:1. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu “SW” selaku warga
belajar bahwa: “Sekarang programnya berhenti mas, karena banyak warga belajar
yang masih sibuk dengan kerjanya. Sebenarnya programnya bagus mas, bisa untuk mengisi waktu luang dan tambah ilmu” CW:5.
Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ibu “SK” selaku warga belajar yang menjelaskan bahwa:
“Saat ini programnya belum mulai lagi mas, dulu awal-awal masih sering dilaksanakan programnya. Mungkin sekarang pada sibuk
mas dengan pekerjaannya, apalagi saat ini musim hujan banyak
yang ke sawah” CW:8. Menurut pendapat beberapa subjek penelitian maka dapat diambil
kesimpulan bahwa untuk program pelatihan pengelolaan sampah saat ini masih fakum dikarenakan beberapa hal yaitu warga belajar yang masih
74
sibuk dengan pekerjaannya terutama pada waktu seperti musim hujan saat ini banyak yang ke sawah.
Berdasarkan beberapa tahapan pelaksanaan program di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan program pengelolaan
pelatihan sampah di Rumah Pintar Nur Aini terdapat beberapa tahapan diantaranya assessment atau identifikasi kebutuhan, pengembangan desain
program, penyempurnaan program, penyiapan perangkat, pelaksanaan kegiatan, penilaian, umpan balik, evaluasi program, tindak lanjut. Serta
dalam pelaksanaan kegiatan masih dibagi lagi kedalam beberapa tahapan yaitu tahap mengumpulkan sampah, pemilahan sampah, pengangkutan,
dan pengolahan.