Pelaksanaan Program Pengelolaan Pelatihan Sampah di Rumah

62 kegiatan yang dilakukan oleh Rumah Pintar Nur Aini. Dengan demikian mereka bisa mengelola sampah secara bijak tanpa harus selalu membuang sampah yang dianggap sudah tidak terpakai lagi. Untuk mengatasi sampah rumah tangga yang semakin banyak, warga belajar program pengelolaan pelatihan sampah dapat mengelola sampah yang dihasilkan dengan cara memilah sampah secara mandiri. Hal tersebut sesuai yang diungkapkan oleh Ibu “NP” yang merupakan salah satu warga belajar program pengelolaan pelatihan sampah Rumah Pintar Nur Aini yaitu: “Awalnya warga memilah sampah sesuai dengan jenisnya masing- masing di rumah dengan tempat sampah seadanya yang penting tempatnya sendiri-sendiri. Kemudian setelah sampah sudah terlihat banyak maka sampah tersebut dikumpulkan menjadi satu di Rumah Ibu “SK” menggunakan 3 ember besar dan bak sampah karet. Setelah itu, sampah yang sudah terkumpul dibawa pada saat pelatihan pengelolaan sampah yang dilakukan di Rumah Pintar Nur Aini. Sedangkan untuk sampah yang sudah tidak layak digunakan tetap ditinggal di ember bak tersebut untuk dikumpulkan menjadi satu kemudian di berikan ke pemulung atau diangkut oleh truk kebersihan dari DPU mas” CW:6. Sementara itu Ibu “SK” selaku warga belajar yang mengungkapkan sebagai berikut: “Ya itu tadi mas, sampah yang dikumpulkan dari masing-masing warga belajar. Apabila sampah sudah terlihat banyak maka sampah tersebut langsung disetor atau dikumpulkan menjadi satu di tempat penampungan yang ada di rumah saya ini mas. Setelah dikumpulkan maka sampah tersebut diuraikan berdasarkan jenisnya. Apabila sampah sudah diuraikan berdasarkan jenisnya selanjutnya untuk sampah organik untuk pembuatan komposnya dilakukan di jugangan tanah yang sudah digali. Sedangkan untuk sampah non organik seperti sampah plastik yang masih layak dibawa pada saat pelaksanaan pelatihan pembuatan kriya yang dilaksanakan di Rumah Pintar Nur Aini” CW:8. 63 Warga belajar sudah menyadari betapa pentingnya agar bisa mengubah pandangannya betapa sampah tidak harus langsung dibuang. Melainkan sampah yang masih layak bisa dipilah, dimanfaatkan dan di daur ulang menjadi produk kerajinan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Tetapi juga terdapat beberapa hambatan kecil pada awalnya dalam mengolah sampah. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu “SW” selaku warga belajar, yaitu: “Pernah mas, awalnya saya membuang sampah hanya tercampur menjadi satu tempat sampah mas. Karena pada awalnya cukup susah untuk menerapkan terutama dalam diri saya untuk bisa mengolah sampah secara benar. Tetapi lama kelamaan juga mulai terbiasa dan menjadi kebiasaan” CW:5. Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu “SK” yang mengalami kesulitan dalam mengolah sampah, yaitu: “Ada mas, pada saat musim penghujan tiba memilah sampah cukup lama karena sampah banyak yang terken a air” CW:8. Berdasarkan beberapa pernyataan dari sebjek penelitian diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pada awalnya warga belajar mengalami kesulitan dalam mengolah sampah. Hal yang paling susah diubah yaitu pandangan dan sikap dari mereka yang menganggap bahwa sampah adalah barang yang sudah tidak berguna dan mempunyai nilai lagi, sehingga mereka langsung membuang sampah begitu saja tanpa tindakan penyelesaian yang lebih tepat. Tetapi apabila sudah mempunyai kesadaran akan pentingnya mengolah sampah, maka mereka dapat melakukan tindakan yang tepat dalam mengolah sampah seperti pemilahan sampah antara sampah organik dan sampah nonorganik serta memanfaatkan 64 sampah yang masih layak untuk digunakan membuat berbagai macam produk kerajinan dan membuat kompos dari sampah daun kering. Setelah melakukan beberapa wawancara dengan subyek penelitian dan hasil pengamatan di lapangan maka dalam pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini terdapat beberapa tahapan, yaitu: a. Assessment atau identifikasi kebutuhan masyarakat. Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai macam kebutuhan pendidikan di masyarakat. Adapun cara identifikasi kebutuhan masyarakat yang dilakukan oleh Rumah Pintar Nur Aini, seperti yang disampaikan oleh Ibu “AD” selaku pengelola Rumah Pintar Nur Aini, yaitu: “Pertama kita melihat keadaan kesibukan sehari-hari kaum perempuan yang ada di sekitar sini. Setelah tau, kita melakukan identifikasi masalah yang timbul di sekitar Rumah Pintar. Ternyata setelah diidentifikasi yang menjadi permasalahan yaitu mengenai sampah. Banyak warga yang kurang peduli pada sampah, masih sering membakar sampah sehingga timbul asap yang mengganggu pernapasan. Selain itu, sampah yang dibuang dalam satu tempat masih tercampur. Oleh sebab itu, kami berinisiatif untuk menyadarkan warga dengan melakukan sosialisasi yang diadakan tiap pertemuan ibu-ibu mengenai pengelolaan sampah yang benar. Setelah itu, terbentuk suatu kesepakatan bersama antar pengurus pengelola dengan ibu-ibu untuk membentuk wadah kegiatan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini” CW:1. Sedangkan Ibu “WS” selaku tutor program pelatihan pengelolaan sampah menambahkan bahwa: “Tahap identifikasi yang pertama yaitu melihat kondisi lapangan, mata pencaharian penduduk terutama kaum perempuan dan setelah itu melihat masalah yang ada di wilayah tersebut. Setelah melihat kondisi di lapangan ternyata masalah yang ada yaitu mengenai sampah. Sebenarnya sampah itu adalah masalah sepele yang harus 65 diperhatikan. Untuk mengatasi masalah sampah tiap warga harus mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya sendiri bahwa sampah yang dihasilkan dari diri sendiri juga harus dikelola dengan baik oleh diri kita masing-masing. Dengan demikian sampah tidak akan menjadi masalah yang besar. Kemudian setelah itu, terjadi pertemuan-pertemuan diantar kaum perempuan untuk membahas masalah sampah. Hingga akhirnya terbentuklah sebuah program pelatihan pengelolaa n sampah di Rumah Pintar” CW:2. Berdasarkan pemaparan data diatas maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa dalam mengidentifikasi kebutuhan masyarakat pihak Rumah Pintar Nur Aini melakukan beberapa tahap diantaranya melihat kondisi di lapangan, melihat dan mengidentifikasi kesibukan sehari-hari yang dilakukan oleh warga sekitar terutama kaum perempuan, melihat dan mengidentifikasi masalah yang timbul di lingkungan setempat, melakukan pertemuan dan sosialisasi terkait masalah pengelolaan sampah, serta mencari solusi dan membuat kesepakatan bersama untuk membentuk program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini. b. Pengembangan Desain Program Pengembangan desain program dilakukan setelah identifikasi kebutuhan selesai. Laporan hasil identifikasi kebutuhan dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengembangkan rancangan program. Setelah melakukan wawancara dan pengamatan maka peneliti dapat menjelaskan bahwa untuk pengembangan desain program yang dilakukan oleh Rumah Pintar Nur Aini untuk program pelatihan pengelolaan sampah belum tersusun secara baku dan jelas. Seperti yang diungkapkan oleh pengelola Rumah Pintar Nur Aini, yaitu: 66 “Desain program yang kita buat masih sederhana yang terpenting dari kami mengetahui program yang akan dilaksanakan, menyiapkan narasumber, waktu pelaksanaan program, sasaran warga belajar, sarana dan prasarana yang dibutuhkan dan bahan yang digunakan dalam pelatihan. Jadi untuk penyusunan secara bakunya atau standarnya kita belum” CW:1. c. Penyempurnaan Program Penyempurnaan program merupakan kegiatan tahap lanjutan dari pengembangan desain, tahap ini merupakan upaya validasi program yang akan di laksanakan di masyarakat. Penyempurnaan program dalam pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini berpedoman dengan melihat dari desain program yang masih kurang maksimal. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu “AD” selaku pengelola Rumah Pintar Nur Aini, yaitu: “Melakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada warga belajar dan masyarakat terkait program yang akan dilaksanakan, karena jika tidak sosialisasi warga tidak mengetahui program yang ada dan dilaksanakan di Rumah Pintar, kemudian melakukan kesepakatan jadwal pelaksanaan program agar program dapat berjalan secara kontinyu. Selanjutnya membentuk kepengurusan dalam pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah supaya program dapat terkoordinir dan berjalan dengan baik” CW:1. d. Penyiapan Perangkat Tahap berikutnya yaitu menyiapkan perangkat-perangkat yang diperlukan dalam mengimplementasikan program. Perangkat ini meliputi sarana prasarana, media, pembiayaan, narasumber. Penyiapan perangkat merupakan hal terpenting dalam proses pelaksanaan program, karena dengan persiapan perangkat yang optimal tentunya akan mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam penyiapan sarana prasarana, media, 67 narasumber, pembiayaan program sudah di sediakan oleh pihak Rumah Pintar Nur Aini. Seperti yang disampaikan oleh Ibu “TN” selaku warga belajar program pelatihan pengelolaan sampah: “Untuk sarana dan prasarana dalam pelaksanaan prgram pelatihan sampah sudah disediakan dari pihak Rumah Pintar mas, seperti: gunting, benang, jarum, sampah plastik ” CW:4. Sementara itu Ibu “AD” selaku pengelola Rumah Pintar Nur Aini juga menambahkan bahwa: “Semua penyiapan perangkat dari sarana prasarana, media, narasumber, pembiayaan disediakan dan ditanggung oleh Rumah Pintar Nur Aini. Seperti sarana gunting kita bisa meminjam gunting yang disediakan dari program TPA yang ada di Rumah Pintar, untuk sampah plastik warga belajar sudah menyediakan dan mengumpulkan dari rumah masing-masing. Untuk narasumber kita kerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan dari UGM. Biasanya narasumber sifatnya sukarela saja. Selanjutnya untuk media seperti screen, laptop juga sudah ada dari Rumah Pintar Nur Aini” CW:1. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Ibu “SW” selaku warga belajar, yaitu: “Pokoknya semua sudah disiapkan dari Rumah Pintar mas. Mulai dari sarana, media, gurunya” CW:5. Berdasarkan pemaparan data di atas dari subyek penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini untuk perangkat mulai dari sarana prasarana, media, pembiayaan, serta narasumber sudah disediakan dan ditanggung pihak Rumah Pintar Nur Aini. e. Pelaksanaan Kegiatan 68 Pelaksanaan kegiatan merupakan implementasi program yang harus sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan kecuali jika di temui ada hambatan mendesak yang memaksa program tidak dapat berjalan sesuai rencana. Ibu “AD” selaku pengelola Rumah Pintar Nur Aini menjelaskan bahwa: “Secara umum pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah belum bisa sesuai dengan tujuan dan perencanaan yang ditetapkan. Masih terdapat kendala program yang menghambat seperti kesibukan warga belajar yang membuat program diundur-undur, pengumpulan sampah yang lama” CW:1. Ibu “WS” selaku tutor program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini juga memberikan penjelasannya terkait tahap pelaksanaan program pengelolaan pelatihan sampah, yaitu: “Tahap awal mengumpulkan sampah, kegiatan ini dilakukan di masing-masing rumah warga belajar. Proses pengumpulan dilakukan selama dua bulan untuk sampah nonorganik. Tahap kedua pemilahan sampah, pemilahan berarti mengurai antara sampah yang organik dan sampah non organik. Proses pemilahan sam pah dilakukan di rumah Ibu “SK”. Tahap ketiga yaitu pengangkutan, tahap ini dilakukan dengan memindahkan sampah yang sudah cukup banyak dari rumah warga belajar ke rumah Ibu “SK” yang selanjutnya dikumpulkan menjadi satu menggunakan penampung sampah yang sudah disediakan. Serta tahap akhirnya yaitu pengolahan sampah, tahap ini memanfaatkan sampah yang masih layak untuk dibuat kerajinan dari limbah sampah plastik, sedangkan untuk sampah daun kering dibuat kompos untuk meyuburkan tanaman. Pelaksanaan pelatihan dilakukan di Rumah Pintar Nur Aini setiap hari Minggu pagi ” CW:2. Selain itu untuk membuat warga belajar nyaman dan tidak kaku dalam mengikuti program pengelolaan pelatihan sampah maka peran tutor dalam menyampaikan materi cukup penting. Seperti yang disampaikan 69 oleh Ibu “MP” selaku warga belajar program pengelolaan pelatihan sampah di Rumah Pintar Nur Aini, yaitu: “Metode penyampaian materi langsung pada teori yang dibarengi praktek” CW:7. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Ibu “WS” selaku tutor program pengelolaan pelatihan sampah di Rumah Pintar Nur Aini, yaitu: “Saya lebih langsung praktek sambil menyampaikan teori mas, supaya suasananya biar tidak membosankan dan tegang. Dengan demikian materi yang saya sampaikan mudah diterima” CW:2. Berdasarkan kedua pernyataan dari subjek penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa metode yang digunakan dalam penyampaian materi kepada warga belajar dalam pelaksanaan suatu program cukup penting. Menggunakan metode yang tepat berdasarkan kondisi dan karakter dari warga belajar, maka materi yang disampaikan akan mudah diterima dan dipraktekkan oleh warga belajar. f. Penilaian Tahap selanjutnya setelah program dilaksanakan yaitu tahap penilaian. Tahap penilain bertujuan untuk mengetahui ketercapaian tujuan baik itu tujuan yang sifatnya pengetahuan maupun keterampilan. Ibu “AD” selaku pengelola Rumah Pintar Nur Aini menjelaskan bahwa: “Penilaian yang dilakukan dalam pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah masih sebatas penilaian yang melihat dari kualitas hasil produk yang telah dibuat” CW:1. Sedangkan Ibu “WS” selaku tutor program pelatihan pengelolaan sampah menambahkan bahwa: 70 “Penilaian yang dilakukan dengan cara melihat dan mengamati warga belajar dalam setiap mengikuti program apakah ada kemajuan atau tidak jadi tidak dengan memberikan nilai secara langsung tetapi kepada proses yang dilalui dalam setiap mengikuti program pelatihan” CW:2. Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu “MP” selaku warga belajar program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini bahwa: “Penilaiannya ya hanya di lihat hasil kerajinannya yang sudah jadi mas. Apa sudah bagus atau belum, kalau belum biasanya akan dituntun kembali dari tutornya mas” CW:7. Berdasarkan analisis data diatas maka dapat disimpulkan bahwa penilaian yang dilakukan dalam pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah yang dilakukan di Rumah Pintar Nur Aini lebih ke penilaian yang menitikberatkan pada kualitas hasil. g. Umpan Balik Umpan balik merupakan aktivitas pasca kegiatan penilaian. Umpan balik ini dilakukan untuk memberikan penguatan pada peserta program terkait hasil yang telah mereka peroleh. Menurut hasil penelitian dan wawancara dengan subyek penelitian bahwa dalam pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini umpan balik yang dilakukan ketika sebelum proses pelatihan program dilaksanakan. Ibu “AD” selaku pengelola program menjelaskan bahwa: “Umpan balik yang dilakukan dalam program yaitu dengan melakukan pertanyaan kepada warga belajar terkait materi yang telah disampaikan dan memberikan kepada warga belajar untuk tanya” Seperti yang diungkapkan oleh Ibu “WS” selaku tutor program pelatihan pengelolaan sampah bahwa: 71 “Biasanya saya sebelum melanjutkan materi yang akan dilakukan,saya akan menanyakan terkait materi yang sebelumnya pernah dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Serta saya mempersilahkan warga belajar untuk bertanya terkait materi yang belum jelas mana. Hal ini untuk mengingatkan kembali kepada warga belajar terkait materi supaya bisa melanjutkan materi dengan baik tanpa ada warga belajar yang tertingg al” CW:2. Sedangkan menurut Ibu “NP” selaku warga belajar program pelatihan pengelolaan sampah bahwa: “Biasanya setelah pelatihan selesai tutor selalu mananyakan materi apa yang sudah dilakukan hari ini kemudian menanyakan secara garis besar bagaimana c ara membuatnya” CW:6. Pendapat tersebut diperkuat oleh Ibu “SK” selaku warga belajar program pelatihan pengelolaan sampah yang menyatakan bahwa: “Umpan balik yang dilakukan dengan bertanya pada warga belajar dan warga belajar diberi kesempatan untuk mencoba praktek langsung terkait materi yang telah disampaikan mas” CW:8. Berdasarkan beberapa pendapat diatas terkait umpan balik program, dapat disimpulkan bahwa umpan balik yang dilakukan pada program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini yaitu sebelum program dimulai dan setelah program selesai dilaksanakan, tutor selalu menanyakan materi yang sudah pernah dilaksanakan dan tutor juga memberikan kesempatan untuk warga belajar yang masih kesulitan dalam praktek. Sehingga pembelajaran yang dilakukan akan lebih hidup karena adanya hubungan interaktif yang baik antara tutor dan warga belajar. h. Evaluasi Program Evaluasi pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini berguna untuk mengetahui keberhasilan suatu 72 program. Hasil dari evaluasi berguna untuk meningkatkan kualitas program, dan memperbaiki hal-hal yang masih dianggap belum berhasil atau mencapai target. Evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini ini belum ada panduan atau acuan yang baku. Menurut Ibu “AD” selaku pengelola Rumah Pintar Nur Aini menjelaskan bahwa: “Evaluasi yang kami lakukan dengan melihat apa saja yang masih menjadi kendala dalam pelaksanaan program. Biasanya kami membuat catatan-catatan ke dalam buku terkait hal-hal yang harus diperbaiki. Sehingga kedepannya program dapat berjalan lebih baik” CW:1. Sedangkan Ibu “WS” selaku tutor program menambahkan bahwa: “Evaluasi yang dilakukan dengan mencatat yang menjadi kendala apa saja yang terjadi selama program dilakukan. Sehingga kita bisa tahu kekurangan dan bisa memperbaiki untuk menjadi lebih baik” CW:2. Berdasarkan dapat diambil kesimpulan bahwa Evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini ini belum ada panduan atau acuan yang baku. Evaluasi yang dilakukan biasanya hanya membuat catatan pada setiap kegiatan dalam buku, jadi setiap agenda kegiatan dicatat untuk mengetahui kegiatan apa saja yang pernah dilakukan dan untuk melihat hasil pencapaian yang telah diperoleh dalam satu kegiatan. i. Tindak Lanjut Tindak lanjut dalam hal ini adalah kegiatan lanjutan pasca program dilaksanakan. Baik itu berupa program pendampingan maupun 73 pengembangan program yang telah dilakukan. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan wawancara dengan sumber penelitian dapat di jelaskan bahwa untuk pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini masih fakum untuk sementara waktu. Karena warga belajar banyak yang sibuk dengan aktivitasnya yang utama seperti pada musim penghujan banyak yang mengurus tanaman di sawah. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu “AD” selaku pengelola Rumah Pintar Nur Aini yang menjelaskan bahwa: “Setelah program pelatihan pengelolaan sampah berjalan beberapa kali dan saat ini masih belum mulai kembali. Ada rencana untuk melanjutkan program mas tetapi untuk saat ini masih banyak warga belajar yang masih sibuk mas terutama pada musim penghujan saat ini banyak yang sibuk mengurus pertanian di sawahnya. Sebetulnya masih banyak produk kerajinan kriya dari limbah sampah non organik yang belum dibuat mas” CW:1. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu “SW” selaku warga belajar bahwa: “Sekarang programnya berhenti mas, karena banyak warga belajar yang masih sibuk dengan kerjanya. Sebenarnya programnya bagus mas, bisa untuk mengisi waktu luang dan tambah ilmu” CW:5. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ibu “SK” selaku warga belajar yang menjelaskan bahwa: “Saat ini programnya belum mulai lagi mas, dulu awal-awal masih sering dilaksanakan programnya. Mungkin sekarang pada sibuk mas dengan pekerjaannya, apalagi saat ini musim hujan banyak yang ke sawah” CW:8. Menurut pendapat beberapa subjek penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa untuk program pelatihan pengelolaan sampah saat ini masih fakum dikarenakan beberapa hal yaitu warga belajar yang masih 74 sibuk dengan pekerjaannya terutama pada waktu seperti musim hujan saat ini banyak yang ke sawah. Berdasarkan beberapa tahapan pelaksanaan program di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan program pengelolaan pelatihan sampah di Rumah Pintar Nur Aini terdapat beberapa tahapan diantaranya assessment atau identifikasi kebutuhan, pengembangan desain program, penyempurnaan program, penyiapan perangkat, pelaksanaan kegiatan, penilaian, umpan balik, evaluasi program, tindak lanjut. Serta dalam pelaksanaan kegiatan masih dibagi lagi kedalam beberapa tahapan yaitu tahap mengumpulkan sampah, pemilahan sampah, pengangkutan, dan pengolahan.

2. Hasil Tahapan Pelaksanaan Program Pelatihan Pengelolaan Sampah

di Rumah Pintar Nur Aini Menurut penjelasan dari berbagai subyek penelitian terkait hasil tahapan pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini belum berjalan sesuai dengan harapan maupun tujuan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu “AD” selaku pengelola Rumah Pintar Nur Aini, bahwa: “Sebetulnya untuk pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah belum bisa dikatakan berjalan sesuai dengan harapan mas. Karena warga belajar terkadang tidak bisa mengikuti program secara rutin sehingga program diundur-undur. Akibatnya produk kerajinan banyak yang belum dibuat” CW:1. Meskipun demikian warga belajar setidaknya dapat membuat berbagai macam produk kerajinan dari sampah non organik seperti sampah 75 plastik menjadi barang-barang yang unik dan juga bisa membuat kompos dari sampah organik seperti daun kering, sisa sayur dan lain sebagainya. Seperti yang diungkap kan oleh Ibu “WS” selaku tutor program pelatihan pengelolaan sampah, bahwa: “Setidaknya terdapat beberapa produk kerajinan yang dapat dibuat dengan menggunakan sampah plastik seperti tas plastik yang dapat dibuat bunga, kerangka minuman gelas yang dapat dibuat keranjang buah, plastik minyak goreng yang dapat dibuat tikar, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk sampah organik dapat dibuat kompos. Pembuatan kompos dilakukan di Rumah Pintar dengan metode praktek langsung. Dalam kegiatan ini warga belajar cukup partisipatif karena mereka juga berharap dengan membuat kompos bisa untuk pupuk tanaman di sekitar rumah maupun tanamannya yang ada di sawah. Setelah mengamati prakteknya maka warga belajar sebagian besar tertarik untuk mencoba membuat kompos di rumah. Mereka ada yang praktek dengan membuat galian di tanah, menggunakan ember bak. Setelah dicoba, awalnya mengalami kegagalan komposnya tidak jadi. Dari situ kemudian banyak yang tanya langsung terkait komposnya tidak jadi. Setelah melalui percobaan berkali- kali maka berhasil juga”CW:2 Berdasarkan beberapa informasi dari subyek penelitian maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa hasil tahapan pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini belum berjalan sesuai dengan harapan atau tujuan. Tahap yang masih menjadi kendala dalam program yaitu pelaksanaan programnya. Hal ini dikarenakan sebagian dari warga belajar terkadang tidak bisa mengikuti program secara rutin sehingga mengakibatkan program diundur-undur dan poduk kerajinan yang dibuat masih sedikit. Hal tersebut dikarenakan pada musim penghujan ini sebagian warga belajar masih sibuk mengurus pertaniannya di sawah. Meskipun demikian terdapat beberapa warga belajar yang semangat dan partisipatif dalam mengikuti program. Adapun dari program 76 pelatihan pengelolaan sampah, warga belajar dapat membuat beberapa hasil kerajinan, diantaranya: kresek plastik yang dapat dibuat bunga, kerangka minuman gelas yang dapat dibuat keranjang buah, plastik minyak goreng yang dapat dibuat tikar, dan lain sebagainya. Selain itu, warga belajar bisa mempraktekkan sendiri membuat kompos.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Program

Pengelolaan Pelatihan Sampah di Rumah Pintar Nur Aini a. Faktor Pendukung dalam Pelaksanaan Program Pengelolaan Sampah di Rumah Pintar Nur Aini Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan program pengelolaan pelatihan sampah di Rumah Pintar Nur Aini, seperti yang disampaikan oleh Ibu “AD” selaku pengelola Rumah Pintar Nur Aini, sebagai berikut: “Faktor pendukungnya yaitu semangat warga belajar yang tinggi untuk mengikuti program pengelolaan sampah serta sarana dan prasarana yang memadai” CW:1 Hal yang diungkapkan diatas ditambah lagi oleh tutor program pengelolaan pelatihan sampah Rumah Pintar Nur Aini yaitu “WS” yang menyatakan bahwa: “Faktor pendukungnya antusiasme ibu-ibu yang cukup tinggi untuk mengikuti program pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini. Sebagian dari mereka beralasan dari pada tidak ada pekerjaan dan gosip lebih baik mengisi kegiatan yang positif yaitu mengikuti program pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini. Kemudian bahan dan peralatan untuk membuat kerajinan harganya murah dan mudah dicari” CW:2 77 “Metode pembelajaran saya lebih langsung praktek sambil menyampaikan teori mas, supaya suasananya biar tidak membosankan dan tegang. Dengan demikian materi yang saya sampaikan mudah diterima” CW:2 Pendapat tersebut diperkuat oleh Ibu “MP” selaku warga belajar program pengelolaan pelatihan sampah Rumah Pintar Nur Aini yang mengatakan bahwa: “Tutor mengulang materi yang disampaikan pada pertemuan sebelumnya untuk mengingatkan warga belajar, sarana dan prasarana yang sudah disediakan di Rumah Pintar, Metode penyampaian materi langsung pada teori yang dibarengi praktek” CW:7 Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diutarakan oleh beberapa subjek penelitian tentang faktor pendukung dalam pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat faktor pendukung yang secara nyata dapat menunjang pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah. Adapun beberapa faktor pendukung tersebut adalah sebagai berikut: 1 Semangat Sebagian besar warga belajar program pelatihan pengelolaan sampah Rumah Pintar Nur Aini mempunyai semangat yang tinggi dalam mengikuti program tersebut. Hal ini dikarenakan sebagian dari warga belajar menginginkan lingkungan sekitar tempat tinggal mereka yang bersih dan rapi. Selain itu, mereka juga ingin mengelola sampah secara benar dengan tidak melakukan pembakaran dan memanfaatkan sampah non organik menjadi produk kerajinan daur ulang serta 78 membuat kompos dari daun-daun yang sudah kering. Semangat yang tinggi tersebut dapat memberikan dampak positif kepada seluruh warga masyarakat sekitar Rumah Pintar Nur Aini pada khususnya dan warga masyarakat luas pada umumnya. 2 Sarana dan prasarana Keberhasilan pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana dalam program pengelolaan pelatihan sampah sudah disediakan dari pihak Rumah Pintar Nur Aini. Selain itu, bahan dan peralatan yang digunakan dalam pelatihan pengelolaan sampah mudah dicari dan harganya terjangkau. Adapun peralatan yang digunakan dalam pelatihan pengelolaan sampah yaitu ember bak sampah, gunting, jarum, benang jahit, tali rafia, dan lain-lain. Serta untuk bahannya seperti: daun-daun yang sudah kering, bungkus plastik kemasan, kardus. 3 SDM Tutor Tutor dalam hal ini juga memegang peranan yang penting. Dalam pelaksanaan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini tutor menggunakan metode penyampaian materi yang tepat. Tutor menggunakan metode praktek yang diselingi dengan penyampaian teori tentang pengelolaan sampah. Hal tersebut membuat suasana pembelajaran menjadi hidup dan tidak kaku karena sebagian